-Premier Amour-
"Cinta mengajariku melihat dengan cara memejam dan mengerti tanpa perlu penjelasan."
***
Haechan menggeliat di sofa ruang kerja Mark. Ia mengucek matanya dengan kedua tangannya. Matanya menelusuri ruangan tersebut. Tidak ada siapapun di ruangan ini selain dirinya. Kemana Mark? Kenapa kekasihnya itu meninggalkannya.
Ceklek.
Suara pintu terbuka.
"Sudah bangun hmm?"
Mark mendekati kekasihnya yang sedang duduk sambil mengerjapkan matanya yang sepertinya masih terlihat mengantuk. Percayalah wajah bangun tidur Haechan terlihat sangat menggemaskan.
Haechan merentangkan kedua tangannya. Meminta Mark menggendongnya ala koala.
"Gendong."
Mark tersenyum lalu mengangkat tubuh mungil itu kedalam gendongannya. Haechan melingkarkan kakinya pada tubuh Mark, ia juga mengalungkan lengannya ke leher pria kanada itu. Ia menyandarkan kepalanya ke dada bidang kekasihnya sambil mencium aroma maskulin yang mengaur dari jas yang dipakai oleh Mark.
"Masih ngantuk? Mau pulang sekarang?"
Haechan menggeleng, "Aku akan menunggumu sampai selesai bekerja."
"Mau makan apa?"
"Aku ingin ice chococlate." jawabnya.
Mark menempelkan keningnya dengan kening Haechan hingga hidung keduanya saling bersentuhan.
"Anything for you."
"Aku berat ya, Mark? Sepertinya berat badanku bertambah." Haechan menunduk sedih.
Belakangan ini Haechan selalu makan banyak apalagi ia juga sering mengemil setiap malam ketika sedang asyik menonton drama favoritenya. Haechan tidak pernah lagi memikirkan berat badannya yang akan bertambah naik.
Mark menggeleng, "Kamu masih kurus seperti lidi."
"Ish nyebelin! Aku serius tau!"
"Aku juga serius sayang."
"Kalo aku jadi gendut kamu masih sayang gak?" tanya Haechan sambil mendongak menatap manik mata kekasihnya itu dengan serius.
"Sayang pake banget." jawaban Mark entah kenapa belum membuat Haechan puas mendengarnya.
"Bohong! Kamu pasti ninggalin aku kalo aku jadi gendut."
"Udah ya Chan jangan mikir aneh-aneh, apalagi berpikiran kalo aku bakal ninggalin kamu hanya karna kamu berubah jadi gembul. Aku tetep cinta mati sama kamu. Ok?" ucap Mark final.
Sebenarnya Mark merasa gemas dengan kekasih kecilnya ini. Haechan selalu tidak percaya bahwa Mark sangat mencintai pria manis ini. Ia tak akan sanggup jika kehilangan Haechan dalam hidupnya. Separuh hidupnya akan hilang jika itu terjadi.
Haechan mengangguk senang mendengarnya. Ia masih berada dalam gendongan pria kanada itu. Haechan enggan turun, ia merasa sangat nyaman. Masa bodoh Mark akan pegal menggendongnya.
Tok. Tok.
"Permisi tuan Mark saya—" Karina ternganga melihat bosnya yang sedang bermesraan dengan kekasihnya. Bosnya juga sangat terang-terangan menggendong kekasihnya dengan manja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Premier Amour [PROSES PENERBITAN]
RomanceYou are similar to my favorite song. When the song ended, I keep repeating it. - Mark Lee You like a camera. Whenever I see you, then I'm going to smile. - Haechan Lee - Premier Amour -