Helloooooo eprybadeh.... 😅
Baru bisa up nih gara2 abis musingin teorinya MH di twitter sama tiktok 😂
Gila ya teorinya luar biasah 🤭Jangan lupa spam komen dan votenya ya!!
Happy reading!
-Premier Amour-
"Kamu harus bangun, aku akan tetap disini sampai kamu bangun." bisiknya parau.
Jeno dan Lucas serta grandpa Lee dan juga ayahnya Lee Siwon menangis melihat betapa kacaunya Mark saat ini. Mereka tidak tau apa yang akan terjadi pada Mark setelah ini.
Bagi Mark, Haechan adalah dunianya. Haechan ibarat matahari penuh yang menyinari hari-harinya yang pernah dipenuhi kegelapan. Hidup Mark dulu sangat kacau, ia selalu bergantung pada Haechan. Ia selalu berpikir bahwa tidak ada yang bisa menyanyanginya dengan tulus selain Haechan.
"Chanie.. lihat sayang aku membuat tatto bergambar matahari." Mark membuka sedikit lengan bajunya menampilkan tatto bergambar matahari dilengan kirinya. Ia memang sengaja belum memberitahukan tatto tersebut pada Haechan. Ia berniat memberitahukannya setelah mereka pulang dari rumah sakit. Tapi ternyata Haechan masih menutup kedua matanya.
"Aku ingin memberitahumu ketika kamu sudah bangun. Kamu harus melihatnya sayang."
"Tuan Mark—kami harus memindahkan jenaz—"
"Haechanku belum mati! Ia hanya sedang tertidur. Ia hanya mengantuk dan sebentar lagi akan bangun." Mark membentak sang perawat. Ia membenarkan selimut Haechan dan menaikannya sebatas dada. Ditubuh Haechan masih terpasang alat-alat monitor jantung. Monitor disamping ranjangnya benar-benar menunjukan detak jantung Haechan yang sudah terhenti. Tapi Mark seakan membutakan matanya.
"Chanie, kamu pasti bangun kan sayang? Jika kamu pergi.. untuk apa aku hidup. Aku tidak pernah bermain-main dengan ucapanku. Lebih baik kita mati bersama. Aku—" dada Mark terasa sesak. Ia memegangi dadanya yang terasa sakit.
"AKU TIDAK BISA MELANJUTKAN HIDUPKU TANPAMU, CHANIE!"
"MARK!!" Jeno menghampiri Mark yang berteriak histeris diruangan operasi tersebut.
"Jangan seperti ini Mark." Jeno menenangkannya, ia juga berusaha menahan sesak di dadanya melihat tubuh kaku saudara tirinya. Adik kesayangannya yang sangat ia kasihi selama ini.
"Jeno, apa sekarang Tuhan sedang menghukumku? Dulu aku pernah menyia-nyiakannya. Dulu aku pernah menyakitinya. Apa ini hukuman Tuhan untukku?" tanya Mark parau.
"Tapi aku sudah berusaha memperbaiki segalanya. Apakah ia masih membenciku karena kesalahanku di masa lalu? Jika aku bisa memutar waktu kembali—aku ingin memperlakukan Haechan sebaik mungkin tanpa pernah menyakitinya." Mark mulai menyalahkan dirinya.
Jeno menggeleng, "Ini sudah takdir Mark."
Mark menggeleng lemah, "Jika iya pergi aku juga harus pergi. Aku tidak sanggup hidup tanpanya. AKU TIDAK BISA!" Ia berteriak marah.
Mark dengan cepat mengambil pisau bedah yang berada di meja operasi. Ia mencengkrem pisau itu dengan erat. Darah mengalir dari tangan Mark.
"MARK!!" semua yang berada diruangan terkejut melihat self harm Mark yang kembali kambuh. Dulu saat JHS Mark memang kerap sekali mengalami self harm. Dia akan menyakiti dirinya sendiri tanpa ia sadari. Ia akan melakukan tindakan apapun hingga membuat kewarasannya hilang. Bahkan saat ini mungkin Mark tidak sadar seratus persen.
"Kau.." Ia menunjuk dokter Taeyon dengan marah. "Sudah kukatakan lakukan yang terbaik! Kau telah membuat Haechanku menutup kedua matanya. Mata indah itu seharusnya kini sedang menatapku penuh kegembiraan. Mata hazel itu.." nafas Mark tercekat, kepalanya juga berdenyut nyeri. "Mata hazel itu harus kembali menatapku dengan teduh." lanjutnya sendu memandangi Haechan yang masih terpejam. Tidak ada tanda-tanda mata hazel itu akan terbuka dan menatapnya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Premier Amour [PROSES PENERBITAN]
Storie d'amoreYou are similar to my favorite song. When the song ended, I keep repeating it. - Mark Lee You like a camera. Whenever I see you, then I'm going to smile. - Haechan Lee - Premier Amour -