-Premier Amour-
"Kenapa Tuhan memberikanku beban yang sangat berat? Aku tau aku hanyalah pendosa. Tapi tolong berikan aku keringanan dari masalah yang kau datangkan untukku."
"Tuhan... Keinginanku hanya satu. Aku ingin bahagia. Dan bahagiaku ada pada Lee Haechan. Sesulit itukah mengabulkan permohonanku?"
-Mark Lee-
***
"Miss you too, Koeun."
Mark menyentuh lengan Koeun yang melingkar di perutnya. "Dalam mimpimu!" pria bermata tajam itu menghempaskan lengan Koeun yang memeluknya.
Koeun tidak tersinggung dengan ucapan Mark. Ia justru menarik lengan Mark untuk memasuki Mansion pribadi keluarga Lee.
"Kenapa baru kesini?"
Koeun mendudukan Mark di sofa dan ia tidak tahu malunya mendudukan dirinya di pangkuan Mark dengan melingkarkan tangannya di leher Mark.
Ia tersenyum lalu mengecup bibir tipis Mark sebelum memberikannya lumatan.
Koeun melepaskan ciumannya karena tidak mendapat respon dari pria di depannya ini.
"Kenapa?" Koeun mengecup rahangnya.
Mark tetap diam enggan mengeluarkan suaranya.
Dadanya bergemuruh merasakan sakit saat ia membiarkan Koeun mengecup bibirnya. Bayangan Haechan muncul dipikirannya. Rasa bersalah terus memenuhi pikirannya belakangan ini.
"Kapan kau akan putus dengan pacar taruhanmu yang penyakitan itu?"
"Berhenti mengatakannya seperti itu!" Mark menatapnya tajam membuat Koeun memutar bola matanya jengah.
"Aku tidak perlu mengotori tanganku kan? Ia juga akan mati dengan sendirinya. Dan kau menjadi miliku kembali."
Koeun tersenyum sambil menggesekan bokongnya ke area sensitif Mark. Mark menahan erangannya.
"Ingat perjanjian kita, Koeun. Jika kau berani menyentuhnya aku tidak segan untuk membun—"
"Jangan menganggap remeh ucapanku, Mark" Koeun memotong ucapan Mark dan tersenyum tipis melihat reaksi Mark.
"Aku tidak menyangka orang yang kukenal dulu sangat lugu kini bertingkah seperti pelacur."
Ucapan Mark tidak membuat Koeun marah. Tapi ia justru semakin menggoyangkan bokongnya pada area sensitif Mark.
"Ahhh..." Koeun mendesah saat ia semakin menggesekan kemaluannya pada penis Mark yang masih terbungkus celana.
Mark hanya diam dan memejamkan matanya melihat kelakuan Koeun. Ia ingin sekali mendorong dan membunuh wanita di depannya ini. Tapi mengingat masa lalu indah yang dulu mereka lalui membuat hati Mark melemah.
Penyebab Koeun seperti ini juga karena perbuatan ayahnya yang telah membuat keluarga Koeun bangkrut dan membuat Koeun terpaksa harus menjadi pelacur karena ayahnya sendiri menjualnya saat berada di luar negeri. Saat ini Mark benar-benar tidak memiliki cara untuk mengatasi Koeun. Entah apa yang harus ia lakukan.
"Berhenti." ucap Mark dengan suara tegasnya.
Sorot matanya yang tajam menatap Koeun yang sedang menahan nafsunya. "Jika kau ingin aku selalu menemuimu, berhenti melakukan hal yang membuatku muak!" bentaknya.
Koeun berdecih. "Bukankah kau butuh pelepasan? Pria penyakitanmu itu tidak bisa memuaskanmu, bukan?"
Mark mengepalkan kedua tangannya. Ia butuh memukul apapun untuk melampiaskan amarahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Premier Amour [PROSES PENERBITAN]
Storie d'amoreYou are similar to my favorite song. When the song ended, I keep repeating it. - Mark Lee You like a camera. Whenever I see you, then I'm going to smile. - Haechan Lee - Premier Amour -