- Premier Amour -
"Puncak dari kesabaran adalah saat aku memilih diam, padahal dihatiku ada luka yang berbicara."
"Dan puncak dari kekuatan adalah ketika aku memilih tersenyum, padahal dimataku ada selaksa air mata yang terbendung."
Mark meninggalkan Mina di Mall dan berlalu keluar mengejar Haechan. Sial! Ia kehilangan jejak Haechan, hingga ia buru-buru ke parkiran untuk mengambil mobilnya. Ia terus memukuli setir mobilnya hingga tangannya mengepal kuat.
Mark sangat kalut melihat Haechan pergi begitu saja. Apalagi ini tengah malam. Ia benar-benar akan membunuh siapapun yang berani menyakiti Haechan.
Lucas menghampiri Haechan setelah berhasil memukuli pria mabuk yang tadi berniat mencelakai Haechan. Tapi kedua pria mabuk itu berhasil kabur saat Lucas akan menelepon polisi.
Ia memegangi bahu Haechan yang bergetar. "Lihat aku Haechan." Lucas berusaha menenangkan Haechan yang masih menangis kencang.
"Lucas..."
"Iya ini aku. Apa kau baik-baik saja?" tanyanya khawatir melihat lebam di pipi kiri Haechan.
Haechan mengangguk sambil terus menangis. "Bagaimana denganmu?"
"Aku baik-baik saja. Kenapa kau berjalan sendirian di tengah malam yang sepi!" Lucas tanpa sengaja membentaknya.
"Aku— Hiksss..." Haechan kembali menangis. Ia bahkan masih begitu takut tentang kejadian hari ini. Mungkin jika Lucas tidak datang tepat waktu pria itu sudah semakin melecehkannya.
Lucas membawa Haechan kedalam pelukannya. Tubuh Haechan bergetar ketakutan karna terlalu banyak menangis, ia juga terlalu shock saat pria mabuk itu hampir melecehkannya.
Mark melihat kearah depan jalanan yang sepi dan menemukan Haechan sedang terduduk di tepi jalan bersama dengan Lucas sambil berpelukan.
Tunggu! Berpelukan?
Tatapannya menajam, ia keluar dari mobilnya hingga menutup pintu mobilnya sangat kencang."Bajingan!" Mark menarik kerah Lucas dan tanpa aba-aba langsung melayangkan pukulan. "Apa yang kau lakukan pada kekasihku, sialan!" Mark membentak marah.
Mark dan Lucas bertengkar di tengah jalan hingga suara-suara pukulan terdengar begitu keras. Wajah keduanya babak belur. Tidak ada yang menghentikan perkelahian diantara mereka berdua dan tidak ada juga yang mau mengalah, mereka terus saling memukul satu sama lain.
Haechan berusaha mendekati keduanya tapi kepalanya benar-benar terasa sangat sakit. Jantungnya juga berpacu begitu cepat, hingga ia terus meraup oksigen sebanyak mungkin.
Lucas tersungkur karena pukulan Mark yang begitu kuat, ia meludahkan darah yang ada di mulutnya. Wajahnya dipenuhi lebam.
"Harusnya kau tanya pada sahabat baikmu itu! Kau selalu menyalahkanku atas apa yang tak pernah kuperbuat! Bajingan!"
Lucas membentaknya marah, ia berniat menghajar Mark kembali tapi suara Haechan kembali menghentikannya. Suara lembut Haechan selalu membuatnya terpana.
"Berhenti. Kumohon..." Mark dan Lucas beralih menatap Haechan yang sedang menangis histeris. Mark melihat pipi Haechan yang lebam.
Pria bermata tajam itu langsung berlari menghampiri Haechan dan mengangkat tubuh mungil itu. Haechan mengalungkan lengannya ke leher Mark. Kepalanya yang sejak tadi sangat pusing ia sandarkan ke dada bidang kekasihnya itu.
"Terimakasih Lucas." Haechan melihat kearah Lucas sebelum Mark membawanya ke mobil.
Lucas tersenyum mendengarnya. Seketika rasa sakit yang ada di wajah dan tubuhnya menghilang mendengar suara manis itu. Suara yang beberapa tahun ini memenuhi pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Premier Amour [PROSES PENERBITAN]
RomantizmYou are similar to my favorite song. When the song ended, I keep repeating it. - Mark Lee You like a camera. Whenever I see you, then I'm going to smile. - Haechan Lee - Premier Amour -