-Premier Amour-
"Selamat siang tuan Mark," Karina memasuki ruangan CEO sambil membawa berkas-berkas untuk ditandatangani oleh Mark. Ia menaruh berkas tersebut dimeja Mark.
Mark mendongak dan matanya menatap lengan Karina curiga, ada beberapa lebam kebiruan yang terlihat di lengan tersebut.
"Apa kau baik-baik saja?" tanyanya.
Karina mengangguk, "Saya baik-baik saja tuan." Ia tersenyum ramah, "Kalau begitu saya permisi, Tuan Mark." Mark hanya mengangguk melihat kepergian Karina dari ruangannya.
Ia mengambil smartphone miliknya, mengamati wajah istrinya yang sangat menggemaskan dilayar ponselnya. Hubungan rumah tangga mereka berdua berjalan sangat baik, selama ini tidak ada masalah serius hanya perdebatan kecil yang membuat keduanya terkadang cekcok. Tapi Mark menganggap itu adalah hal biasa dalam pernikahan. Ia hanya akan selalu mengalah pada Haechan.
Setelah selesai dengan dokumen-dokumen miliknya ia bergegas keluar ruangan untuk menjemput Haechan di kampus. Ia sudah berjanji akan menjemputnya pulang sekalian makan malam diluar.
BRUK.
Di dalam perjalanan pulang ia tak sengaja menabrak seseorang yang tiba-tiba berhenti ditengah mobilnya, tanpa sengaja ia mengerem mendadak.
"SHIT!" umpatnya. Ia buru-buru keluar untuk melihat orang yang sudah ia tabrak tanpa sengaja. Ia sungguh terkejut melihat keadaan orang yang baru saja ia tabrak. Orang yang sangat ia kenali.
"Donghyuck?" Mark menghampirinya lalu memegang bahunya. Tubuh Donghyuck bergetar seperti menahan ketakutan.
"Minhyung," tanpa sadar ia langsung berhambur memeluk Mark sambil menangis dipelukan Mark.
"Ada apa? Kenapa kau bisa ada disini?" Mark cukup terkejut melihat Donghyuck berada di tengah jalan sendirian. Wajah Donghyuck juga terlihat sangat pucat, hingga ada lebam kebiruan di lututnya. Sepertinya Donghycuk terjatuh dan terkena batu hingga lututnya membiru.
"Ak—u kumohon antarkan aku," Donghyuck meremas jas Mark tanpa sengaja. "Tapi aku tidak tau harus kemana." Ia menunduk sedih.
"Apa maksudmu?" Mark melepaskan pelukan Donghyuck. "Katakan apa yang terjadi?"
Donghyuck menggeleng sambil terisak.
"Baiklah jika kau belum bisa menceritakannya, aku akan mengantarkanmu pulang."
"Tidak jangan!" Donghyuck mengamit tangan Mark dan memohon sambil terisak, "Kumohon antarkan aku ke hotel saja."
"Baiklah ayo," Mark membukakan pintu mobil untuk Donghyuck. Ia bahkan melupakan janjinya untuk menjemput Haechan dan makam malam bersama.
Dalam perjalanan tidak ada pembicaraan apapun. Sesekali Donghyuck melirik ke arah pria tampan berdarah kanada itu. Pria yang saat ini masih mengisi seluruh hatinya. Bahkan saat ini ia sangat sulit untuk melupakan cinta pertamanya yang saat ini sudah menikah dengan adiknya.
"Turunlah," ujar Mark.
Donghyuck tersentak, "Kenapa kita ada disini?" Ia menatap gedung pencakar langit milik Horison Group.
"Sementara kau boleh tinggal di apartemenku,"
Mark mengantarkan Donghyuck ke unit apartment miliknya. "Bagaimanapun kau adalah hyungnya Haechan, aku berusaha memperlakukanmu selayaknya saudaraku sendiri.""Terimakasih Minhyung," ucapnya.
Mark hanya mengangguk, "Aku tidak tau apa masalahmu, tapi kuharap kau baik-baik saja."
"Aku baik baik saja. Tolong jangan beritahu Haechan dan Jeno bahwa aku ada disini. Yang Jeno tau aku sudah berangkat ke LA."
Mark menaikan satu alisnya bingung, "Maksudmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Premier Amour [PROSES PENERBITAN]
RomanceYou are similar to my favorite song. When the song ended, I keep repeating it. - Mark Lee You like a camera. Whenever I see you, then I'm going to smile. - Haechan Lee - Premier Amour -