Enceinte?

10K 1.1K 683
                                    

-Premier Amour-

Mark menggeliat merasakan silau matahari yang menusuk tubuhnya. Ia meraba di sisi ranjangnya mencari istri manisnya, ia membuka kedua matanya dan tidak melihat Haechan di kamarnya. Mark mendudukan dirinya sambil mengusap kasar wajahnya. Ia menuruni tangga dan lagi-lagi ia melihat istri manisnya sedang berkutat dengan dapur di temani para maid.

Para maid yang menyadari kehadiran tuannya langsung membungkuk hormat. Seperti biasa aura dingin yang ditunjukan oleh tuannya membuat beberapa maid menunduk takut.

"Selamat pagi tuan Mark," sapa salah satu maid tersebut. Mark tidak menjawab dan hanya menunjukan wajah tanpa ekspresinya.

Haechan menengok dan tersenyum melihat suaminya yang baru bangun tidur dengan wajah bareface yang terlihat tampan. Mark mengisyaratkan para maidnya untuk pergi meninggalkan mereka berdua.

"Morning sweetheart," Mark mengecup pipi istri manisnya.

Haechan membalas kecupannya, "Morning too."

"Duduk dulu ya aku belum selesai siapin sarapannya," Mark malah melingkarkan lengannya di perut sang istri manisnya dan menumpukan dagunya di bahu mulus istrinya.

"Kenapa repot-repot bikin sarapan, hmm? Biarkan saja maid yang mengerjakannya. Mereka di gaji bukan untuk bermalas-malasan," gerutunya dipagi hari. Haechan mencebik kesal mendengar ucapan suaminya, ia mengelus lengan kekar sang suami yang melingkar diperutnya.

"Memangnya tidak mau makan sarapan buatanku lagi?" Haechan pura-pura merajuk.

Mark membalikan tubuh sang istri untuk menghadap padanya, ia mengecupi wajah sang istri manisnya tiada henti. Kecupannya turun ke leher dan mengigit pelan leher Haechan hingga membuat sang empu meremas kaosnya.

"Mark," Haechan melenguh merasakan hembusan nafas Mark di lehernya.

"Hmm," Mark menatap wajah Haechan, tatapannya turun ke bibir cherry favorite milik istrinya dan melumat lembut bibirnya. Haechan terkejut tapi tetap membuka mulutnya, membiarkan sang suami menjelajahi setiap inchi mulutnya. Ciuman Mark semakin kasar dan menuntut. Setelah lama mencecap lidah, Haechan mendorong dada sang suami untuk meraup oksigen sebanyak mungkin.

"Aku hanya ingin sarapan bibir manismu saja," Mark mengecup bibir sang istri yang membengkak karna ulahnya.

Haechan mendengus kesal, mendorong Mark untuk duduk di kursi meja makan selama menunggunya. Setelah selesai berkutat dengan dapurnya, Haechan menaruh beberapa makanan yang sudah ia masak di meja makan, lalu mendudukan dirinya di kursi.

"Hari ini ke kantor jam berapa?" tanyanya.

"Jam sepuluh mungkin." jawab Mark sambil mengambil segelas susu yang sudah disiapkan Haechan.

Haechan mengangguk-angguk mengerti. Haechan meminum susu coklatnya, tapi tiba-tiba mulutnya terasa mual saat meminum susu coklat yang biasa ia minum. Haechan berlari ke wastafel untuk memuntahkan isi makanannya. Dengan sigap Mark menghampiri sang istri dan memijat tengkuknya.

"Are you ok, babe?" tanya Mark khawatir.

Haechan mengangguk, "Aku baik-baik saja, Mark. Sepertinya aku hanya terkena angin malam."

Mark membalikan tubuh sang istri lalu mengelap saliva di sudut bibir Haechan. Ia merasa tidak tega melihat wajah pucat istrinya.

"Ayo kita ke kamar, aku akan menelepon dokter pribadi untuk memeriksamu," Mark mengangkat tubuh Haechan ala bridal style. Ia melangkahkan kakinya menuju lift mansion untuk menuju kamar milik mereka berdua.

"Tidak perlu, Mark. Aku hanya butuh istirahat." Haechan melingkarkan lengannya di leher Mark.

Mark menghembuskan nafasnya, "Yakin?"

Premier Amour [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang