°°°
"Selamat pagi anak-anak!"
Ini memang jam pelajaran olahraga, tapi sebelum anak-anak turun ke lapang guru dengan kumis tebal di wajahnya datang ke kelas menyapa para anak didiknya. "Pagi pak!" Ia berkacak pinggang dengan wajahnya yang tegas. Peluit di lehernya menggantung sampai ke dada, tak lupa dengan perut buncitnya yang maju ke depan.
"Kemarin saya lihat ada anak kelas ini yang tanding sepak bola dengan anak SMA Elang, benar begitu?"
Chandra menyenggol sikut Sean, Keenan ikut menoleh ke belakang. "Heh gimana nih, kalo Pak Herman tahu itu ilegal dan cuma buat balas dendam gimana?" Keenan takut dengan nasibnya sendiri. "Nilai gue pasti anjlok dan kita pasti kena hukum si kumis!"
"Ssst... jangan keras-keras bege!" Chandra menginjak kaki Keenan.
"Aakhh sakit anjing!"
"Heh!" Melihat Keenan dan Chandra ribut, Sean menghentikan keduanya.
"Ini salah lo Sean, lo yang pertama ngajakin tanding anak SMA Elang kemaren."
"Santai aja kali... yang penting kita menang."
"Ooh ada Sean sama komplotannya di sini."
BRAAAKKKK...
Pak guru itu menggebrak meja, mendekat pada trio pemain bola sekolah itu sambil melotot. "Kalian kan yang kemarin ngajak SMA lain tanding di sini tanpa seizin dari pihak sekolah?" Sean dan kedua temannya dipelototi guru itu.
"Eum... anu pak... i-ini inisiatifnya Sean." Kalau sudah terpojok, Keenan suka keceplosan.
"Bener?" Pria berkumis itu mengarah pada Chandra sekarang.
Glup...
Chandra ikut terpojok dan menelan air ludahnya sendiri. "S-Sean nih pak." Sama-sama terpojok akhirnya Chandra cepu dengan langsung menunjuk tersangka utamanya.
"Oh jadi kamu yang sok gagah ngajak SMA Elang tanding?"
Kampret, Sean yang dapat bagian tidak enak. Dua temannya sama saja tidak berguna untuk menyimpan rahasia. "Kamu kenapa gak bilang sama saya kalau mau pinjem lapangan buat tanding sama SMA Elang?" Guru olahraga itu menyedekapkan tangannya sambil melotot pada Sean.
"JAWAB!!!"
Sean diam sambil melirik samping dan juga Keenan di depannya. Kalau ia yang kena sekarang, ia tak segan membawa dua temannya agar ikut terjerumus bersamanya juga. "Maaf pak, saya lupa gak bilang." Kata Sean singkat dan padat.
"Gitu doang kamu? Memangnya ada pertandingan resmi apa ini hmmm?"
"Ooh... jangan-jangan ini ilegal ya?"
Pemuda berkulit pucat itu tak bisa berkutik, tapi ia punya gengsi jika harus mengaku kalau ia bertanding hanya karena dendam di pertandingan resmi sebelumnya. "Jawab dong! Kamu kan kapten di sini!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Arjuna Ayuna
Fiksi PenggemarAyuna, gadis cantik hobi main bola yang tiba-tiba harus menggantikan Arjuna kembarannya yang lebih memilih audisi jadi idol ketimbang menjadi pemain bola seperti apa yang diinginkan ayahnya