Hidup berdampingan dengan manusia tidak lah mudah untuk dilakukan. Namun Saint mengambil resiko besar itu untuk membantu seorang Vampir bernama Perth agar bisa hidup bahagia bersama dengan manusia.
Apakah hal itu mungkin untuk sebangsa vampir murni...
Update spesial memperingati HUT RI ke 76 🇮🇩 Walau cerita ini bukan tentang perjuangan 17 Agustus Tapi semoga kalian suka Walau sampai sekarang belum bisa membanggakan negeri tercinta Setidaknya tidak menjelekkannya 😁✌️ Jaya selalu Indonesia ku!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Saint, kenapa kau tidak masuk sekolah semalam?"
"Apa kau lupa kalau semalam hari senin?"
"Benar. Kau bahkan tidak membalas satu pun pesan kita di grup. Sesibuk itukah?"
"Apa kau sakit?" Saint menggeleng untuk menyahut banyaknya pertanyaan yang dilontarkan teman akrabnya, Jimmy dan Mark.
"Atau kau sibuk menghabiskan waktu mu dengan Tuan Perth mu itu ya?"
"Wah Mark benar, apa kalian bersenang-senang sampai lupa waktu?"
"Dia pasti mengajak mu ke tempat yang iya-iya, kan?"
"Tidak salah lagi! Selain tampan dia punya pengaruh yang buruk untuk mu na."
"Tidak seperti itu krab." Saint akhirnya bersuara saat teman-temannya mulai membuat persepsi yang salah tentang Tuan Vampirnya.
"Lalu apa?" Jimmy yang sangat penasaran langsung duduk sambil merangkul bahu Saint. Sedangkan Mark memilih duduk dihadapan keduanya. Meja kantin yang kecil tidak cukup untuk dia mengambil posisi duduk di sisi kanan Saint.
"Tidak ada. Aku hanya terlambat bangun dan memilih untuk tidak datang." Bohong.
"Lalu di mana Tuan Perth mu itu? Bukankah dia seharusnya mengantar mu ke sekolah pagi ini?"
Saint menoleh pada sosok di samping kirinya. "Katanya dia ada urusan hari ini," jawabnya lancar. Seakan dia sudah ahli dalam berbohong.
"Benarkah?" Saint balik menoleh pada temannya yang lain. Mark di sana telihat menatap tidak percaya padanya. Aneh, kenapa pria ini harus tidak percaya padanya?
"Kurasa dia sedang mengawasi mu-"
"Tidak perlu membahasnya lagi!" Saint mengelak dengan suara tegasnya. Dia bahkan menghindar dengan bangun dari duduknya. Lalu pergi menghampiri Plan yang tampak berjalan kearah kelas mereka.
"Ada apa dengannya? Apa mereka bertengkar?" Mark mengedihkan bahunya sebagai respon untuk sobatnya yang terlihat masih saja penasaran. Lalu pandangannya jatuh pada siluet seseorang yang berdiri angkuh di atas besi pembatas gedung tinggi terbengkalai berlantai 6 yang Terletak tak jauh dari sekolah mereka. Diam-diam dia tersenyum dalam hatinya. "Menarik..."
"Ha? Apa yang menarik, Ai'Mark?"
"O-ohhh, pao krab. Ayo kita juga harus masuk kelas."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.