24. Regret

175 31 51
                                    

"Va, kau di dalam?" Plan bertanya saat pertama kali membuka pintu kamar anak tunggal Perth dan juga Saint namun semua terlihat gelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Va, kau di dalam?" Plan bertanya saat pertama kali membuka pintu kamar anak tunggal Perth dan juga Saint namun semua terlihat gelap. Hingga Plan berniat mencari saklar lampu yang ada di dinding samping pintu kamar tersebut sebelum masuk lebih dalam.

"Jangan lakukan itu!" suara berat dan terkesan dingin membuat Plan tersentak kaget. Namun dia tetap memberanikan diri untuk masuk ke dalam akhirnya.

"Va, kaukah itu?" Plan terdengar tidak yakin lantaran siluet yang dia lihat di atas kasur tidak seperti Va yang dia kenal. "Siapa kau?!" sentaknya dengan sebilah pisau tajam berlumur air suci yang dia arahkan pada sosok yang terlihat mulai bergerak dan menoleh padanya.

"Aku Va, Phi Plan," sahut sosok itu. Membuat Plan semakin mengerutkan keningnya. Pasalanya sosok yang kini turun dan berdiri di samping tempat tidur Va, berperawakan pria dewasa dengan tinggi yang melebihi Plan sedikit.

"Apa kau tidak bisa merasakan kalau ini adalah aku?" Pertanyaan itu langsung menepis rasa ragu Plan. Benar saja saat dia memejamkan mata, yang dia rasakan adalah aura Va yang menyelimutinya seperti biasa dia berdekatan dengan vampir kecil tersebut.

"Kemari Plan," panggil sosok itu namun Plan terlihat masih enggan untuk mendekat. Jadi tak ada pilihan selain sosok itu yang datang untuk mendekatinya. Cahaya lampu dari luar kamar akibat pintu yang dibuka lebar akhirnya berhasil menerangi tubuh itu. Plan pun kini dapat melihat jelas wajah itu. Benar saja itu wajah Va hanya saja sosok itu terlihat lebih tua 15 tahun dari umurnya kemarin. Tubuhnya tumbuh lebih cepat dari yang mereka bayangkan.

"Va, kau-" Plan terkesiap saat tubuhnya sudah dipeluk erat oleh si vampir dewasa yang mengaku calon mate-nya. Lalu tubuhnya pun dibuat merinding saat Va mulai mengendus disekitar lehernya.

"Apa yang kau lakukan, Va?"

"Kau harum, Plan." Pujian itu seketika saja membuat jantung Plan berdetak kuat. Hingga dia hanya bisa membelakakan kedua matanya saat Va membawanya melompat ke atas tempat tidur. Tubuh Plan pun langsung di kukung dari atas.

"Ada apa dengan tatapan mu itu, Va?" tanya Plan sedikit merinding dengan tatapan seduktif Va padanya. Itu terlihat sangat aneh apalagi Va melihatnya dengan smirik yang tak pernah dia lihat sebelumnya. Lalu dia dibuat heran dengan tingkah Va yang tiba-tiba mengerutkan keningnya seperti menahan rasa sakit di sana.

"Aiss!" pekiknya memejamkan mata seakan tubuhnya baru saja dihantam sesuatu yang keras dari belakang.

"Va, apa yang terjadi pada mu?" khawatir Plan sambil menangkup wajah Va yang ada di atasnya.

Perlahan Va membuka kedua matanya yang berubah merah sebelah dan Plan tidak kaget kali ini. Yang membuat tubuhnya tersentak kaget adalah saat Va meraih dan mulai mencium telapak tangannya dengan gerakan seduktif.

"Va, kau-" Suara Plan tercekat saat Va mulai menghisap terus menerus jari telunjuknya dengan tatapan tegas yang terus menatap kedua bola mata hitamnya yang bergetar.

VAMPIR & SIREN, THE IMPOSSIBLE DESTINY (PINSON) TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang