Our Love

203 12 0
                                    

Irene berjalan lesu menuju sudut kamarnya. Matanya menatap nanar sebuah benda panjang berwarna merah muda dengan hasil satu garis kemerahan. Otaknya langsung bekerja sangat keras saat ini. Alasan apa yang harus ia buat agar Sehun tidak menanyakan hasil tes kehamilannya. Ya, sudah hampir seminggu ini Sehun terus menerus memimpikan seorang anak kecil. Dan karena mimpi yang absurd itu, Irene pun terkena imbasnya.

CLEK

Pintu kamar tiba-tiba terbuka. Sesosok lelaki berpakaian jas hitam lengkap dengan senyum lebar diwajahnya langsung berlari kecil dan memeluk penuh tubuh Irene yang mungil. Aroma vanilla yang lembut eksotis dipadu dengan harum woody yang maskulin langsung menyeruak memenuhi rongga penciuman Irene.

"Lepaskan," titah Irene dengan nada kesal, "Kau belum mandi, Tuan Muda."

"Eh?"

Sehun terkekeh mendengar perkataan yang terlontar dari mulut Irene. Sedetik kemudian tawanya pecah begitu saja.

"Jangan pernah panggil aku Tuan Muda." Ujar Sehun sambil mencubit kecil caping hidung milik Irene.

"Cepat bersihkan badanmu. Hari ini biar aku yang masak makan malam ya."

"Baik, sayang. Tapi tunggu disini dulu." Pinta Sehun dengan wajah memelas. "Kita ke bawah bersama, ya?."

Kaki Irene mulai melangkah dan bergegas menuju dapur tanpa memperdulikan permintaan Sehun. Sudah jelas ada maksud tersembunyi mengapa sampai suaminya ingin di temani sesudah mandi. Semakin dituruti lelaki malah akan semaunya, kan? Jadi lebih baik mengambil kesempatan untuk lari menjauh terlebih dahulu. Daripada ujungnya diterkam dengan ganas oleh lelaki macam Oh Sehun.

***

"Kau baik-baik saja kan, sayang?" tanya Sehun tepat di hadapan Irene yang sedang memotong sayuran.

Mimik wajah Irene memang selalu tidak bisa di ajak kompromi. Ketika hatinya bahagia, otomatis wajahnya menjadi berbinar cerah. Pun ketika sedih, bibirnya selalu tertekuk kebawah. Setidaknya Sehun sudah tahu betul mood dari pasangan hidupnya.

"Hm...tadi aku sudah tes kehamilan dan hasilnya..." ucapan Irene terhenti sejenak. Lehernya terasa tercekat suatu benda asing sehingga menyebabkan ia kesusahan untuk berkata.

Sehun tersenyum samar. Saat membuka pintu kamar, ia sudah tahu bahwa tangan Irene sedang memegang testpack. Dan terlihat jelas air wajah Irene berubah menjadi sedih. Tidak ada balasan hangat seperti biasanya, ketika ia memeluk istrinya tercinta.

"Sssttt..." Sehun langsung mengelus punggung tangan wanita yang sudah dipilihnya untuk bersama seumur hidup. "Maaf jika aku terlalu memaksa kamu untuk tes kehamilan hari ini."

Pandangan Irene mulai kabur tatkala di sudut matanya sudah ada air yang siap jatuh. Hatinya mendadak sesak. Ia tidak tahu harus berkata apalagi.

"Maaf." Kata itu tiba-tiba keluar dari bibir merah Irene.

"Loh, lagi masak kok menangis?" sahut Sehun. Dengan segera ia hampiri Irene dan memeluknya erat.

"Maaf hasilnya tidak memuaskan. Maaf mengecewakan lagi."

"Jangan berkata seperti itu. Aku sama sekali tidak kecewa."

Irene menangis sejadi-jadinya.

"Sudah ya. Aku yang harusnya minta maaf," Sehun mengelus pelan kepala Irene. "Tidak seharusnya gara-gara mimpiku, malah membuat kamu jadi menangis seperti ini."

Irene terdiam sambil menghapus air matanya yang sudah mengalir deras.

"Dari pada menangis, lebih baik kita makan Ramyeon." Saran Sehun dengan kedua alis yang di gerakkan naik turun.

Tubuhnya mulai bergerak mendekat ke arah Irene. Namun dengan sigap Irene mengarahkan pisau ke depan wajah Sehun.

"Bisa tidak pikiranmu jangan mesum disaat seperti ini?" gertak Irene.

Sehun langsung mengangkat kedua tangannya di udara layaknya penjahat yang sudah tertangkap oleh polisi.

"Ampun deh. Dasar nenek sihir."

"Yak! Apa kau bilang?"

"Aku bilang, I love you."

Sedetik kemudian Sehun mencium bibir Irene dan langsung kabur menuju kamar. Irene menggelengkan kepalanya. Kelakuan Sehun tidak pernah berubah sejak pertama kali bertemu. Tetap menyebalkan.

*** 

Hello guys! Apa kabar hari ini? Semoga kalian selalu sehat dan bahagia ya ^^, Untuk hari ini aku publish cuplikan kecil dulu aja ya xixixi. Fyi, aku akan memakai alur mundur (tapi tidak seluruhnya sih) untuk cerita ini. So, buat yang mau baca "Our Love", sangat disarankan untuk membaca "Last Love" dulu sampai akhir. Biar mengerti :3. Well, see you soon. Aku akan publish chapter 1 *uhuyy*. Pay pay readers!~   chuuuu *-*

Last LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang