Last Love (chapter 22)

3.1K 276 29
                                    

"cinta menyebakan logika dan hati tak bisa berjalan seirama."

***

Irene masih terpaku di ranjang tidurnya. Meski waktu sudah menunjukan pukul 2 dini hari, matanya tetap tidak ingin terpejam. Penyebabnya sudah jelas karena seorang Kim Taehyung. Kata-kata yang terlontar dari mulut pria itu masih terekam jelas di dalam ingatannya.

Berkali-kali Irene merubah posisi tidurnya. Menghadap ke kanan kemudian beralih lagi ke kiri.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang, tuhan?" Gumam Irene bimbang.

Tiba-tiba sekelebat wajah Sehun muncul. Menyebabkan jantung Irene kembali bergetar hebat. Astaga! Ia lupa. Hatinya masih tertancap dalam diri Oh Sehun. Batinnya berteriak pedih. Bagaimanapun Sehun dan dirinya belum melakukan sidang perceraian. Itu artinya ia masih berstatus sebagai istri Sehun.

Tetapi otaknya berkata lain. Sudah jelas rasanya ketika Sehun berbuat hina dengan wanita lain. Sudah cukup rasanya Sehun mengecewakannya lagi dan lagi. Bukankah sekarang Irene sedang menghukum Sehun?

Malaikat dan iblis seolah berlomba-lomba menghasut diri Irene. Wanita itu segera membenamkan wajahnya pada bantal. Ia benci situasi seperti ini. Dimana cinta menyebakan logika dan hati tak bisa berjalan seirama.

***
"Boss?"

Merasa terpanggil, kepalanya menyembul sedikit dari balik meja kerja.

"Ya, ada apa Sulli?"

Sekretaris pribadinya itu segera masuk kedalam ruangan. Mencoba mendekati sosok lelaki berwajah dingin tersebut.

"Hari ini lembur lagi?" tanya Sulli.

Sehun tersenyum kecut. Tentu saja ia memilih menyibukan dirinya di kantor ketimbang harus diam sendirian dirumah.

"Memangnya istrimu tidak marah ditinggalkan sendirian sampai selarut ini?" Sulli terkikik geli. "Hati-hati nanti jatahmu malah berkurang, boss."

Lagi-lagi Sehun tersenyum kecut. Jangankan untuk diberi jatah, untuk menyentuh pipinya saja sepertinya Irene sudah tidak mau.

"Kenapa kau belum pulang?" Sehun mencoba mengalihkan pembicaraannya. "Pacarmu belum menjemput?"

"Ya, Minho sedikit terlambat." Sulli menggembungkan pipinya kesal. "Padahal aku sudah menunggunya selama 2 jam."

"Harusnya kau bersyukur." Sehun kemudian menatap tajam pada Sulli. "Lebih baik menunggu selama berjam-jam daripada harus menunggu berminggu-minggu dan tanpa di beri kabar sedikitpun."

"Ah...apa kau sedang merasakan itu?"

"Ya. Lebih menyiksa ketika kau merindukannya tetapi jelas-jelas kau tidak bisa melihatnya lagi."

Sehun kemudian meraih ponselnya. Untuk yang kesekian kalinya jarinya menari-nari pada papan tombol.

'Selamat malam Bae Irene. Dimanapun kamu berada semoga kau bisa tidur nyenyak dan tidak mengorok. Aku sangat sayang padamu yeobo...'

"Kau sedang apa?" Sulli mengintip dari sofa.

Sehun mengulurkan lidahnya keluar. Meskipun jabatan mereka hanya sekedar atasan dan bawahan tetapi mereka sudah selayaknya teman baik yang sudah saling mengenal selama berpuluh tahun lamanya.
"Menanyakan kabar istrimu ya? Ugh aku jadi ingin segera menikah."

Last LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang