Last Love (Chapter 3)

4.4K 482 12
                                    

Tidak ada yang saling bersuara kecuali deru mesin mobil Bugatti Veyron hitam yang membelah jalanan kota Seoul. Sehun menggigit kecil jari telunjuknya. Matanya diam-diam mencuri pandang pada sosok Irene yang duduk tepat disamping jok mobilnya. Ketika tadi sampai dirumah, Sehun langsung mengajak Irene untuk pergi keluar. Katanya untuk membicarakan suatu hal penting.

Mobil berhenti tepat disebuah kafe yang diatasnya ada sebuah papan kayu bertuliskan "O's Olivier". Keduanya langsung memasuki kafe dan menempati kursi yang ada dilantai tiga. Tidak ada pengunjung sama sekali disana. Berbeda rasanya dengan lantai pertama yang penuh sesak akan lautan manusia.

Terdapat sepasang bangku bergaya vintage diluar ruangan dengan warna cat cokelat kehitaman. Adapula sebuah meja kerja didalamnya. Dan sebuah rak besar menyerupai pohon berwarna hitam yang menopang puluhan –atau mungkin bahkan mencapai ratusan- buku. Seperti halnya ruangan khusus yang dirancang sedemikian rupa. Membuat nyaman siapapun yang mengunjunginya.

"Apa kabar Oh Sehun? Aku dengar kau mengalami kecelakaan." seorang lelaki berwajah oriental khas negeri tirai bambu datang menghampiri keduanya.

Rambutnya bewarna cokelat legam. Bentuk wajahnya yang kecil dengan pupil mata hitam besar membuatnya terlihat menyerupai anak-anak. Ia berdiri tegap dengan apron hitam yang melilit disekujur tubuhnya.

"Ya begitulah."

"Siapa dia? yeoja chingumu?" jari telunjuknya mengarah pada sosok Irene. "jae ireumeun Luhan-imnida. Ah ya, bahasa koreaku agak buruk. Jadi harap dimaklumi."

Irene tersenyum simpul.

"Dia bukan siapa-siapa." jawab Sehun langsung. Irene menatap Sehun dengan alis yang dinaikan sebelah. Padahal jelas-jelas asisten Park sudah menceritakan semuanya pada Sehun.

Luhan sekarang yang malah menatap Irene kebingungan. Jika memang bukan siapa-siapa, mana mungkin sahabatnya ini berani membawa wanita kedalam ruangan kerja. Sementara yang Luhan tahu, Sehun tidak pernah mengizinkan siapapun untuk memasuki ruangan ini. Terkecuali Luhan dan asisten pribadinya yang bernama Park Chanyeol.

"Aku ingin pesan seperti biasa." ujar Sehun. "jangan pakai krim diatasnya."

Luhan mengacungkan ibu jarinya diudara.

"Dan kau ingin pesan apa nona manis?"tawar Luhan.

"Apa saja." ucap Irene sambilmenggembungkan pipinya. 

Luhan dan Sehun sontak terkekeh dengan jawaban yang diberikan Irene. Luhan segera mendekat pada Irene dan mencubit pipi ranum yang memerah milik Irene.

"Aigo! Kau sangat lucu. Persis seperti yeodongsaengku."Luhan mulai gemas.

"Apa kau bisa pergi? Aku ingin bicara berdua dengannya." perintah Sehun dengan nada penuh penekanan pada kata 'berdua'.

"Apa kau ada rencana malam ini nona manis?" Luhan tersenyum jahil dan terlihat tak memperdulikan ucapan Sehun. Dan Sehun sangat tidak menyukai tatapan nakal yang diarahkan Luhan pada Irene. Jiwa playboy  yang dimiliki Luhan mulai tergerak untuk mencari mangsa.

"Dia akan menemaniku sepanjang malam. Dan kau jangan coba-coba mendekatinya!" bentak Sehun. "karena dia adalah calon istriku!"

Irene terkejut. Begitupun dengan Luhan.

"Kau akan menikah?"

Sehun mengangguk bangga. Wajahnya penuh dengan kemenangan. Luhan sesegera mungkin memeluk Sehun.

"Akhirnya kau akan menikah juga." Luhan meneteskan air matanya. "padahal dulu kau hampir saja menyerahkan seluruh hidupmu untuk wanita bodoh itu."

Sehun tersenyum tipis. Wanita bodoh? jelas-jelas dirinya yang bodoh karena mengejar seseorang yang bahkan tak mungkin untuk dimilikinya.

Last LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang