Last Love (chapter 1)

10K 635 27
                                    

Bae Irene mengayuh pedal sepedanya dengan kencang di atas jalanan kota Seoul. Tidak dipedulikannya butiran-butiran salju yang berhembus semakin kencang mengenai wajahnya. Pipinya yang ranum mulai memerah layaknya tomat.

Ia harus segera pulang menemui Ibu dan adiknya. Karena lagi-lagi anak buah dari mafia terkutuk itu berhasil menemukan keadaan keluarganya.

Ya, Ayahnya adalah seorang penjudi. Dan ketika hutang sudah menumpuk dimana-mana -dengan tidak mempunyai rasa malu- Ayahnya menghilang bak ditelan bumi.

Akibatnya Ibu, Irene dan adiknya harus menanggung seluruh kerugian yang telah diperbuat oleh Ayahnya.

Sebuah mobil sudah bertengger manis di depan rumahnya yang kecil. Tiba-tiba saja suara tangisan dan teriakan terdengar jelas dari dalam rumahnya. Betapa terkejutnya Irene ketika memasuki rumah. Keadaan rumahnya persis seperti kapal pecah.

Ia mendapati segerombolan lelaki berpakaian serba hitam berjejer mengelilingi Ibu dan adiknya.

"Eomma! Seulgi!"

Irene memeluk erat dua manusia yang paling berharga dalam hidupnya. Sementara nyonya Bae terus menerus menangis ketakutan.

"Ini semua bukan salah kami!" teriak Irene. "Cari saja lelaki tua bangka itu. Habisi nyawanya sekalian jika kalian ingin!"

"Aku tidak peduli. Kalian adalah keluarganya dan akan kuberi kalian waktu 24 jam untuk melunasi semuanya," Salah satu dari mereka mulai bersuara. "Jika tidak ada uang, akan kubunuh kalian semua!"

"Jebal, kasihanilah kami. Semua adalah kesalahan Appa, bukan kami." ujar Seulgi ditengah tangisannya.

"Cih, tidak ada rasa kasihan bagi keluarga hina seperti kalian."

"Lebih baik kalian pergi sekarang!" perintah Irene. "Katakan pada bosmu bahwa aku akan melunasi semua hutang-hutang Appa."

"Baiklah nona manis." ujar lelaki berkepala plontos yang dengan berani mencolek pipi milik Irene.

Irene melotot kesal. Tidak boleh ada laki-laki yang menyentuh seluruh badannya tanpa terkecuali pipinya.

Dalam hitungan detik kaki Irene menendang perut lelaki yang tak sopan itu. Teman-temannya yang lain segera melawan Irene. Namun dengan lihai Irene menumbangkan satu persatu anak buah mafia yang kejam itu dengan teknik beladiri yang ia miliki.

"Pergilah sebelum kalian kubunuh terlebih dahulu!"

Dalam hitungan detik mereka semua berhamburan keluar meninggalkan rumah Irene.

"Bagaimana bisa kita mendapatkan uang 80 juta won dalam sehari, Irene?" Nyonya Bae mulai gelisah.

"Tenang saja. Eomma dan Seulgi tak perlu memikirkan apapun," Irene memeluk erat mereka berdua. "biar aku yang menangani semuanya."

Pikiran Irene mulai melayang tinggi. Apa yang harus dilakukannya kali ini?

***

Sudah 13 jam berlalu. Tidak ada sepeserpun uang yang bisa dihasilkan oleh Irene.

"Kau kenapa?" Joy -sahabatnya- menatap penuh tanda tanya. Irene terduduk lemas di sudut ruangan kafe sambil menggelengkan kepalanya.

"Apa Seulgi membuat masalah?"

Irene menggelengkan kepalanya lagi.

"Yak! Jawab pertanyaanku! Dari tadi kau diam saja seperti mayat hidup." Joy memukul keras punggung Irene.

"Appo!" Irene mengelus punggungnya yang kesakitan lalu menatap sebal pada Joy.

Tangan Joy bergerak menyeret sedikit kursi yang berada diseberang Irene. Lalu ia menduduki kursi tersebut. Ia tatap wajah sahabat yang sudah dikenalinya selama hampir separuh hidupnya.

Last LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang