5 : MEMELUK KESUNYIAN

1.4K 221 32
                                    

"Ngapunten nggih, Mbak.*) Saya cuapek habis bantu suami di kebun. Soalnya sebentar lagi waktu panen. Sayang kalau sayurannya rusak. Makanya tadi pagi saya minta Jazz yang antar sarapan ke Mbak."

Bu Rahma menemui Reva beberapa menit kemudian. Rupanya beliau sedang tidur siang ketika Reva datang. Perempuan itu jadi merasa tidak enak karena mengganggu istirahat seseorang. Namun, wanita yang kini duduk di hadapannya dalam balutan daster serta jilbab bergo itu tidak terlihat kesal.

"Nggak apa-apa, Bu. Saya yang minta maaf karena mengganggu istirahatnya," ujar Reva.

"Ah ndak kok, Mbak. Saya sudah tidur satu jam yang lalu. Sekarang sudah seger lagi." Bu Rahma tertawa kecil.

"Kalau Bulik nggak dibangunin dari sekarang, tidurnya bisa sampai sore," sahut Jazz yang muncul dari dalam rumah dengan nampan berisi segelas minuman dingin dan melon potong.

"Iyo, iyo, Arek Ganteng.**)" Bu Rahma mencubit sayang pipi keponakannya. Sementara Jazz hanya mengaduh sebelum menyilakan Reva untuk meminum esnya. Kemudian ikut bergabung bersama kedua wanita tersebut di ruang tamu.

"Saya mau mengucapkan terima kasih untuk sarapan dari Ibu," ucap Reva. "Maaf kalau merepotkan Ibu dan Jazz."

"Ndak repot kok, Mbak. Mbak Lila bilang saya, katanya kalau pagi Mbak Reva biasanya beli sarapan ke luar. Jarang masak sendiri. Lha di sini kan jarang ada warung buka kalau pagi. Harus jalan keluar gapura situ yo lumayan. Makanya mumpung Jazz di sini, saya minta saja buat antar sarapan ke Mbak Reva. Itu Mbak Lila yang minta saya siapkan buat Mbak," jelas Bu Rahma panjang.

Lagi-lagi Reva dibuat terharu atas perhatian Kalila. Wanita yang kini tinggal di Bali bersama suaminya itu perhatiannya melebihi keluarga sendiri. "Terima kasih banyak, Bu," ucap Reva tulus. "Mungkin kali lain, saya saja yang ke sini. Kasihan kalau Ibu atau Jazz harus antar ke Rosanna."

"Ndak apa-apa, Mbak. Sekalian saya jalan-jalan kalau pagi," ujar Bu Rahma. "Eh. Tapi kok Mbak Reva bisa kenal Jazz?"

"Semalam Reva main ke Heartbreak Playlist, Bulik," jawab Jazz.

"Oalah. Tak pikir teman SMA atau kuliah," ujar Bu Rahma. Kemudian kembali berbicara pada Reva, "Terus ini Mbak Reva rencana mau ke mana?"

Ditanya demikian, Reva bingung. "Mungkin ... jalan di sekitar sini aja, Bu. Nggak enak juga kalau di villa terus."

"Mau coba ke kebun sayur Bulik Rahma?" Tiba-tiba Jazz bertanya.

*

Sepeda motor bebek buatan Jepang itu melaju dengan mulus di atas jalan aspal yang tampak baru. Reva berpegang pada pinggang Jazz atas permintaan laki-laki itu. Supaya dia tidak tiba-tiba terpental saat melewati tanjakan atau jalan terjal. Namun sejauh ini, medan yang mereka tempuh tidak terlihat sulit.

Jazz membonceng Reva ke sebuah area di belakang perkampungan. Melawati villa Rosanna dengan jalur yang sedikit menanjak. Sebentar saja mereka telah tiba di area luas berupa perkebunan sayur milik warga.

"Wow," kagum Reva ketika kedua netranya menangkap hamparan hijau di kejauhan.

Motor Jazz kali ini melaju perlahan. Mereka tidak lagi melewati aspal mulus. Melainkan jalanan aspal yang rusak di beberapa bagian dan berkerikil. Jalurnya pun cenderung menurun. Sehingga membuat Jazz berkonsentrasi penuh dalam mengendarai kuda besi tersebut.

Beberapa menit kemudian, motor tersebut berhenti di tepi area perkebunan sayur. Di bawah rimbun pohon bambu yang bergoyang pelan ditiup angin siang pegunungan. Reva turun dari boncengan dan melepas helm. Namun kedua matanya tak lepas dari pemandangan hijau di hadapannya.

Heartbreak Playlist [TAMAT] (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang