Lampu-lampu utama Heartbreak Playlist telah dipadamkan. Sisca pulang lebih dahulu karena ada janji. Namun perempuan itu sempat bertukar nomor ponsel dengan Reva.
"Kalau-kalau gue butuh temen ngobrol, bisa kali hubungin lo." Begitulah alasannya.
Mirza dan Rio juga telah pulang sejak setengah jam yang lalu. Jadi kini, tinggal Reva di ruangan utama kafe. Perempuan itu duduk di salah satu kursi seraya menopang dagu. Kedua matanya menatap dinding di belakang panggung mini. Sama dengan bagian dinding lain Heartbreak Playlist, belakang panggung mini juga berhias quotes.
Mungkin Reva sedikit melamun. Dia tersentak saat mendengar bunyi kursi yang digeser di sebelahnya. Saat menoleh, seorang laki-laki duduk di sebelahnya dengan kursi yang dia ambil dari meja lain.
"Belum mau pulang?" tanya Jazz.
"Sebentar lagi," jawab Reva. "Kamu udah ngantuk?"
Jazz menggeleng. "Aku biasa tidur larut banget, bahkan menjelang pagi. Kalau masih kepingin di sini, aku temani."
Reva menarik kedua sudut bibirnya. "Maaf kalau bikin kamu repot."
"Nggak apa-apa. Aku seneng direpotin, kok. Apalagi sama kamu."
Seketika Reva memalingkan wajah dan menunduk. Dia merasa pipinya menghangat. Kemudian kembali mengangkat pandang dan memandangi quotes di dinding panggung mini. Namun tentu saja, bukan itu yang menjadi fokusnya.
"Terima kasih udah nemenin aku selama di sini," ucap Reva. "Satu bulan nggak kerasa. Awalnya aku datang dengan banyak beban pikiran."
"Tapi sekarang udah nggak apa-apa, kan?" tanya Jazz yang membuat Reva menoleh. Laki-laki itu menatapnya.
"Kayaknya gitu." Reva mengangguk. "Ya ... lebih baik lah," jelasnya.
Kembali sunyi. Ruangan utama kafe terasa hening. Bahkan bunyi kendaraan yang melintas di depan Heartbreak Playlist saja mulai lengang.
"Selamat ulang tahun ya, Jazz." Reva memecah sunyi. "Aku baru dikasih tahu Sisca hari ini."
"Nggak apa-apa. Terima kasih buat ucapannya," jawab Jazz.
"Nggak nyangka jarak kita cuma dua tahun."
"Oh, ya? Kamu lebih tua atau lebih muda?"
"Lebih muda," ujar Reva. "Tapi ulang tahunnya duluan aku. Dua bulan yang lalu."
"Tanggal berapa?"
"Tanggal lima belas. Kenapa? Mau kasih kado?" Pertanyaan Reva membuat keduanya tertawa.
"Ide bagus," ucap Jazz saat tawanya reda. "Tapi kayaknya tahun depan aja, ya?"
Reva tersenyum samar. Entah tahun depan dia bisa mengunjungi Trawas lagi atau tidak. Terlebih, mengunjungi Jazz dan Heartbreak Playlist. Namun memikirkan itu bukanlah hal yang tepat untuk saat ini.
Tiba-tiba sebuah gagasan terlintas di benak Reva. Hal itu segera membuat jantungnya berdegup lebih cepat. Di satu sisi dia khawatir, di sisi lainnya dia merasa takut. Dia bertaruh untuk ini. Seraya bertanya dalam hati apakah ide ini benar atau salah.
"Eum ... Jazz," panggil Reva.
"Kenapa Reva?"
Ya Tuhan. Hanya perasaan Reva atau pandangan dan ucapan laki-laki di hadapannya ini berubah lembut? Perempuan itu berdeham pelan sebelum berucap, "Aku ... boleh kasih kamu hadiah?"
Kening Jazz berkerut. "Aku pikir kamu sudah hadiah. Malam Patah Hati edisi khusus hari ini."
"Ada satu lagi. Tapi itu juga kalau kamu mau," gugup Reva.
![](https://img.wattpad.com/cover/279552897-288-k641636.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbreak Playlist [TAMAT] (SUDAH TERBIT)
RomanceTrawas adalah sebuah kota kecil di Mojokerto. Tempat Reva melarikan diri dari peristiwa menyakitkan yang baru dia alami. Di sanalah dia menemukan Heartbreak Playlist. Coffee Shop yang memiliki suasana kesendirian serta berkenalan dengan Jazz, lelak...