3 : HEARTBREAK PLAYLIST

1.7K 257 44
                                    

Lingkungan tempat Rosanna berada cukup tenang. Namun ketika melangkah keluar dari gapura, kehidupan malam yang dinamis segera menyambut Reva. Toko, warung kaki lima, mini market, hingga coffee shop dengan berbagai konsep.

Jalanan penuh kendaraan yang saling bersahutan membunyikan klakson atau menyemburkan asap. Berselang seling dengan gelak tawa dan obrolan para pejalan atau pelanggan tempat makan.

Tetap saja, Reva merasa sunyi. kedua matanya menatap setiap wajah dan sosok yang berlalu lalang di sekitarnya. Sementara kedua kakinya melangkah pelan di atas trotoar.

Trawas pada waktu malam tak ubahnya Kota Malang, tempat asal Reva. Dia selalu merasa bersemangat setiap menjelajah kota. Menyebutnya sebagai petualangan kecil bersama kedua sahabatnya. Kemudian dalam tiga tahun terakhir, seseorang yang istimewa hadir untuk menemaninya bertualang.

Mereka mengukir cerita baru di setiap tempat yang pernah Reva jelajahi bersama sahabat-sahabatnya. Dan Reva mencatat semua itu serta mengabadikannya. Dia berangan-angan, suatu saat akan menceritakannya kepada anak hingga cucu sembari menunggu waktu makan malam.

Tiba-tiba langkah Reva berhenti. Mengembuskan desah pelan yang terasa berat. Perasaannya mendadak sakit mengingat bahwa semua cerita yang telah dia kumpulkan hanya menjadi kenangan pahit. Membuat dunianya jungkir balik dalam dua minggu terakhir.

"EHM!" Sebuah deham lantang menyadarkan Reva. Dia melihat sekitar dan mendapati bahwa dirinya berdiri di tengah trotoar. "Mbak."

Reva memutar tubuh. Dan langsung berhadapan dengan seorang laki-laki berkulit sawo matang dengan rambut pendek yang sedikit berantakan. Dia lima belas sentimeter lebih tinggi dari Reva.

"Saya mungkin cuma bawa kardus sedang. Tapi ini berat." Laki-laki itu menunjukkan kardus cokelat muda di tangannya. Reva menatap tak mengerti. "Boleh saya lewat? Teman saya sudah menunggu di dalam."

Saat laki-laki itu mengarahkan dagunya ke suatu titik, barulah Reva menyadari. Dia tidak hanya berdiri di trotoar, tetapi juga di depan jalan masuk menuju sebuah coffee shop. "Oh. Maaf, Mas." Reva buru-buru membungkuk dan menyingkir agar laki-laki asing tersebut bisa lewat.

"Nggak apa-apa." Laki-laki tersebut tersenyum kecil. Menampakkan lekukan kecil di masing-masing pipinya. "Di dalam masih banyak meja kosong, kok."

"Meja kosong?" heran Reva. Sebelum menyadari bahwa laki-laki asing tersebut menawarinya untuk singgah ke coffee shop di belakang mereka. "Oh. Nggak. Saya cuma jalan-jalan."

"Hm, cuacanya memang cukup cerah, sih." Laki-laki itu melempar pandang ke langit penuh bintang di atas mereka. Sebelum kembali menatap Reva. "Tapi mungkin mau istirahat dulu. Ngopi bentar. Siapa tahu capek."

Laki-laki itu kembali tersenyum. Menampakkan lesung pipinya yang tercetak jelas. Kemudian melewati Reva menuju coffee shop. Denting lonceng terdengar pelan saat dia mendorong pintu kacanya. Menghantarkan sejenak wangi kopi ke indera penciuman Reva.

Mau tidak mau, Reva mengarahkan pandangnya ke coffee shop tersebut. Sebuah bangunan satu lantai bernuansa minimalis dengan dominasi material kaca dan logam berwarna cokelat gelap.

Heartbreak Playlist. Reva membaca neon art berwarna kuning pada salah satu bagian jendela kacanya.

Tempat itu memiliki pencahayaan dari bohlam-bohlam berwarna kuning terang yang membuatnya tampak hangat. Namun di saat yang sama, Reva juga menangkap kesendirian dan kesunyian di tengah hiruk pikuk Trawas.

Mungkin karena tertarik dengan tawaran laki-laki asing tadi, atau karena Reva tidak tahu harus melangkah ke mana lagi. Dia berjalan menuju coffee shop tersebut. Membunyikan lonceng saat membuka pintu kacanya.

Heartbreak Playlist [TAMAT] (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang