6 : LOST NIGHT

1.3K 214 44
                                    

Hari telah sore saat motor bebek yang dikendarai Jazz tiba di depan gerbang Rosanna. Reva segera turun dan melepas helm, lalu menyerahkannya pada Jazz.

"Terima kasih. Sudah ngajak jalan-jalan sore," ucap Reva.

"Cuma ke kebun sayur, kok," ujar Jazz seraya menggantung helm pada pengait motor.

"Itu cukup." Jazz mengangkat pandang dan segera bertemu dengan senyum Reva. "Uhm ... kapan hari panennya?"

"Mungkin sekitar dua atau tiga hari lagi," jawab Jazz. "Kenapa? Mau ikut panen?"

Reva menjawab dengan anggukan. "Itu juga kalau boleh, sih," imbuhnya.

"Kamu tadi bilang kalau dari Kota Malang, kan?" Lagi-lagi Reva mengangguk. "Yakin anak kota kayak kamu bisa tahan di bawah terik matahari dan kena kotor?"

"Barusan kamu ngeremehin aku?" Kedua mata Reva membeliak tak terima. Namun Jazz tetap bersikap kalem.

"Bukan ngeremehin," kilah Jazz. "Aku khawatir aja nanti harus sediain satu tong krim tabir surya sama air hangat buat mandi."

Jawaban itu membuat Reva tertawa. Anehnya, dia tidak merasa tersinggung oleh laki-laki di hadapannya. "Aku bakal buktikan kalau pikiran kamu salah."

"Oke. Kita lihat nanti," ujar Jazz. "Tapi sebelum itu, kamu harus mempersiapkan diri."

"Caranya?"

"Datang ke Heartbreak Playlist nanti malam," titah Jazz.

"Buat apa?"

"Datang aja." Jazz menjawab penuh rahasia. Kemudian melanjutkan, "Tapi, kamu ke sini nggak bawa kendaraan, ya?"

Reva menggeleng. "Aku sewa taksi online."

Jazz mengangguk-angguk. "Ya udah. Kamu siap-siap aja jam tujuh nanti."

"Siap-siap buat?" tanya Reva heran. Namun tidak ada jawaban dari Jazz. Laki-laki itu hanya melempar senyum yang seolah tercetak begitu saja di bibirnya sebelum menyalakan mesin motor dan melambai pamit pada Reva.

Saat kendaraan Jazz telah berlalu, Reva masih berdiri tertegun di depan gerbang. Kemudian masuk ke villa dengan kepala penuh pertanyaan.

Mungkin karena yakin atau Reva hanya memenuhi rasa penasaran. Dia benar-benar bersiap pada pukul tujuh malam. Pilihan busananya jatuh pada t-shirt berlapis sweater biru langit dan celana denim. Sementara sebagai alas kaki, dia memilih sepasang sneakers putih.

Setelah ini ngapain? pikir Reva.

Mengapa Jazz memintanya bersiap? Dan dia menurut begitu saja? Reva mendesah. Bisa-bisanya dia melakukan permintaan seseorang yang baru dikenal semalam. Reva berpikir untuk benar-benar waspada pada orang asing atau yang baru dikenal. Tidak ada yang tahu-kecuali Tuhan-pada apa yang mereka rencanakan.

Jazz memintanya datang ke Heartbreak Playlist. Memangnya hari ini ada acara apa? Jika diingat-ingat, Reva tidak membaca pengumuman jika akan ada selebriti atau sesuatu yang istimewa di sana. Mungkin saja sekadar minum kopi seperti kemarin.

Merayakan kesedihan, ya. Reva mengingat ucapan Jazz saat keduanya di kebun tadi sore.

Apakah hari-hari di Heartbreak Playlist penuh dengan perayaan kesedihan? Dan bagaimana cara melakukan hal itu? Duduk melamun dengan secangkir espresso? Atau menulis status galau ditemani segelas frappe?

Entahlah. Hal itu terdengar tidak biasa bagi Reva. Bahkan sebenarnya, dia baru mendengarnya hari ini. Entah manusia macam apa yang memilih untuk merayakan kesedihan alih-alih merenungi atau menghindarinya.

Heartbreak Playlist [TAMAT] (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang