"Oh. Pak Farhan. Selamat pagi," sapa Reva pada calon atasannya itu.
Farhan tertawa kecil sebelum menjawab, "Kayaknya saya belum setua itu untuk dipanggil Bapak. Saya baru 30 tahun. Panggil Farhan saja."
"Bukankah di budaya kita diajarkan untuk tidak menyapa seseorang yang lebih senior menggunakan namanya saja?" bantah Reva.
Sekali lagi Farhan tertawa hingga kedua matanya menyipit. "Kamu benar-benar seperti yang diceritakan Baskara," ucapnya. "Tapi saya bukan orang yang sekaku itu. Kalau jarak usianya nggak begitu jauh, saya masih bisa menoleransi untuk dipanggil nama saja. Kecuali kalau kamu anak kelas enam SD dan memanggil nama saya tanpa embel-embel 'bapak'"
Kali ini Reva tertawa kecil. "Saya lebih nyaman panggil 'bapak' saja," ujar Reva.
"Kalau Mas?" usul Farhan. "Masih cukup sopan untuk kamu, kan?"
Reva tampak berpikir sebelum mengedikkan bahu. "Kalau Mas Farhan nggak masalah."
Seulas senyum terbit di bibir Farhan. "Well, karena kita sudah sepakat, gimana kalau makan dulu? Ada restoran Jepang baru di dekat sini."
"Terima kasih atas tawarannya, Mas. Tapi ojek pesanan saya sebentar lagi sampai." Reva mengacungkan gawainya. Layar ponsel tersebut menyala pada aplikasi sebuah transportasi daring.
Tak berapa lama, sebuah kendaraan roda dua yang dikemudikan seorang laki-laki berjaket dan helm khas aplikasi pesanan Reva, memasuki kompleks ruko dan berhenti di depan Reva. Pengemudi tersebut membuka kaca helmnya.
"Dengan Mbak Shareefa?" tanya si pengemudi.
"Iya. Saya, Pak." Reva mengangguk sebelum menghampiri si pengemudi ojek. Dia menerima helm dan mengenakannya. Setelah merasa siap, perempuan itu naik ke boncengan lalu menoleh pada Farhan. "Mari, Mas Farhan. Saya duluan."
Tanpa menunggu jawaban dari Farhan, ojek tersebut segera berlalu. Namun Farhan belum beranjak dari tempatnya berdiri. Dia mengamati ojek yang membawa Reva hingga menghilang setelah keluar dari gerbang ruko.
"Gadis yang menarik," gumamnya seiring dengan seulas senyum tipis. Kemudian mengambil kunci mobil dari saku celana dan berjalan menghampiri sebuah mobil jenis hatchback berwarna jingga.
***
Hari pertama Reva bekerja bersama tim Daisies. Dia mempersiapkan semuanya sebaik mungkin sejak semalam. Memilih pakaian yang tepat, peralatan kerja yang harus dibawa–termasuk tablet untuk membaca web novel di waktu senggang–dan tentu saja semangat dari kedua sahabatnya.
"Titip calon suamiku. Jangan sampai ngelirik bawahannya yang seksi atau kolega yang dandannya kayak Syahrini," ucap Kalani saat membawakan Reva secangkir besar cafe latte ke kosnya pagi-pagi sekali.
Reva hanya tertawa sambil mengucapkan terima kasih karena Kalani telah repot-repot membelikan salah satu menu kesukaannya. Dia bahkan menawarkan diri untuk mengantar Reva ke kantor Daisies di hari pertamanya hingga mendapat protes dari Ambar.
"Curang, ih. Reva dibawain kopi, dianterin pula. Aku gimana?"
"Tiap hari kan kamu nebeng, Ambar. Nggak usah cemburu gitu 'napa, sih?!"
Reva buru-buru melerai kedua sahabat yang lebih sering berselisih daripada akurnya tersebut. Kemudian segera berangkat bersama Kalani karena dia tidak ingin terlambat di hari pertamanya bekerja.
Dalam perjalanan menuju kantor Daisies, keduanya menyalakan radio. Mereka sepakat mendengarkan K-FM, stasiun radio swasta favorit Kalani dan Reva yang juga menjadi tempat kerja Ambar. Seolah menjadi penyemangat Reva yang menjalani hari pertama sebagai karyawan Daisies, K-FM pagi itu memutar lagu-lagu singable yang membuat kedua perempuan dalam city car warna perak tersebut tak berhenti ikut bernyanyi.
![](https://img.wattpad.com/cover/279552897-288-k641636.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbreak Playlist [TAMAT] (SUDAH TERBIT)
RomanceTrawas adalah sebuah kota kecil di Mojokerto. Tempat Reva melarikan diri dari peristiwa menyakitkan yang baru dia alami. Di sanalah dia menemukan Heartbreak Playlist. Coffee Shop yang memiliki suasana kesendirian serta berkenalan dengan Jazz, lelak...