SUV perak itu kini bergabung bersama kendaraan-kendaraan lain di jalan provinsi. Hawa yang tadinya sejuk, berganti menjadi panas menyengat disertai debu dan polusi lain. sopir kendaraan tersebut memandang fokus pada jalanan, sementara di kursi penumpang, seorang perempuan berambut ikal tengah melamun seraya menatap hiruk pikuk di luar kendaraannya.
Reva menghela napas. perjalanan menuju Malang masih sangat lama. Dia masih berada di Pandaan, sebuah kota industri di Kabupaten Pasuruan yang berbatasan dengan Kabupaten Malang.
Perempuan itu menunduk pada tas bahu di pangkuannya. Dia membuka benda tersebut dan mengeluarkan sebuah benda yang baru saja diterima pagi ini. Pemutar musik digital mini berwarna hitam keluaran sebuah vendor ponsel.
Benda itu adalah edisi terakhir dari vendor tersebut dan masih berfungsi dengan sangat baik. Karena pemilik sebelumnya–seperti yang Reva tahu–sangat pandai merawat barang-barang lama. Ingatan Reva melayang pada kejadian beberapa saat sebelum dirinya meninggalkan Rosanna. Meninggalkan Trawas.
***
Bu Rahma datang ke villa Rosanna bersama Pak Muchsin pagi ini. Mereka ingin mengucapkan salam perpisahan kepada Reva yang tengah berkemas.
"Datang ke sini lagi ya, Mbak. Terserah sampeyan wis mau kapan. pokoknya mampir. Nanti saya masakin yang banyak," ucap Bu Rahma.
"Saya usahakan ya, Bu," ucap Reva. "Terima kasih sudah mengurus saya selama di Trawas. Saya bakal kangen masakan Ibu."
Bu Rahma terkekeh. Dia merasa terharu karena selama membuat sesuatu untuk Reva, perempuan itu selalu menghabiskan hingga bersih. Sementara Pak Muchsin membawakan satu kotak penuh sayuran segar yang telah dilapisi plastik pembungkus.
"Mbak Reva jangan kapok main ke sini. Saya sama Ibu seneng kalau ada yang dulin*)," ujar Pak Muchsin.
Sekali lagi Reva mengucapkan terima kasih dan berjanji akan mengabari mereka jika akan datang ke Trawas. Saat pasangan paruh baya tersebut akan pamit, Jazz tiba di Rosanna. dia menyapa paman dan bibinya yang beranjak pulang. Berjanji akan mampir karena Bu Rahma membuatkan lontong kupang seperti yang Jazz makan ketika masih berkuliah di Surabaya.
"Mobil jemputan kamu udah sampai mana?" tanya Jazz setelah paman dan bibinya pulang. Dia dan Reva di ruang tamu. Tas-tas serta sekotak sayuran segar dari Pak Muchsin telah siap untuk diangkut.
"Belum pesen, kok. Mungkin setelah ini. Aku pastiin dulu semua barangku sudah rapi sebelum pesen," jelas Reva.
Jazz mengangguk-angguk. Dia menatap Reva yang telah rapi dengan kemeja polos, jins, sepasang sepatu bot berhak datar, dan mantel yang masih disampirkan di atas koper. Merasa aneh jika mereka segera berpisah.
"Baik-baik ya di sana," pesan Jazz.
"Ya. Kamu juga baik-baik di sini. Jangan keseringan tidur larut." Jazz tersenyum samar melihat wajah serius Reva saat berpesan kepadanya. Dia akan sangat merindukan wajah itu.
"Ngomong-ngomong, aku ada sesuatu." Jazz merogoh saku jaketnya. "Kamu bisa dengerin di perjalanan. Atau ... nggak tahu. Pas mau tidur, mungkin?"
Reva menatap sebuah benda persegi panjang yang diambil Jazz dari dalam saku. Pemutar musik digital beserta alat dengarnya. Laki-laki itu memberikannya pada Reva.
"Mudah-mudahan kamu cocok sama playlist yang aku bikin," imbuh Jazz.
"Makasih. Aku yakin lagunya bagus-bagus, kok," ucap Reva seiring dengan senyum tipis di bibirnya. Dia menerima pemutar musik tersebut.
Selanjutnya hanya berisi sunyi yang menjeda. Reva memiliki banyak hal yang ingin dia sampaikan kepada Jazz. Namun dia tidak tahu harus dimulai dari mana. Sejak semalam dia memikirkannya. Pada akhirnya, Reva tiba pada satu simpulan. Biar waktu saja yang menjawab.
![](https://img.wattpad.com/cover/279552897-288-k641636.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbreak Playlist [TAMAT] (SUDAH TERBIT)
RomansTrawas adalah sebuah kota kecil di Mojokerto. Tempat Reva melarikan diri dari peristiwa menyakitkan yang baru dia alami. Di sanalah dia menemukan Heartbreak Playlist. Coffee Shop yang memiliki suasana kesendirian serta berkenalan dengan Jazz, lelak...