"Gue kayaknya bakal kangen banget sama lo," celetuk Sisca saat membawakan soy latte pesanan Reva ke bar. "Lo bakal ke sini lagi, kan? Please jawab iya."
Reva tersenyum tipis sebelum menjawab, "Aku usahain, Sis. Aku juga bakal kangen sama tempat ini."
"Sama tempat ini, atau yang kerja di sini?" goda Sisca disusul tawa renyah kedua perempuan tersebut.
"Semuanya," jawab Reva diplomatis.
"Sama yang kerja juga nggak apa-apa," ujar Sisca. "Apalagi sama yang punya, nggak apa-apa banget. Ya nggak, Jazz?" Sisca berbicara pada Jazz yang baru muncul dari pantry dengan sekeranjang cangkir bersih.
"Apaan?" Jazz menatap Sisca tak mengerti.
"Katanya Reva kangen. Belum juga pisah," jawab Sisca seraya melirik Reva.
"Hus! Fitnah aja," sambar Reva yang segera ditanggapi cekikikan Sisca.
"Fitnah juga nggak apa-apa," sahut Jazz kalem seraya menata cangkir di rak. "Tapi kalau beneran, alhamdulillaah."
"Cie ... yang udah berani frontal," goda Sisca sebelum terbahak.
Sementara Reva hanya menggeleng melihat tingkah perempuan berkacamata di depannya ini. tatapannya tak sengaja bertemu dengan Jazz. Mereka bertukar senyum tanpa merasa canggung meski baru saja digoda Sisca. Menganggap jika tindakan pekerja Heartbreak Playlist perempuan satu-satunya itu adalah hal biasa.
"Jazz!" Sebuah suara berat menyapa dari belakang Reva. Disusul kemunculan tiga orang musisi yang biasa mengisi acara Lost Night. Ketiganya berbasa-basi dengan Jazz seraya bertukar salam khas laki-laki.
"Anyway, selamat ulang tahun ya, Bro," ucap seorang laki-laki berambut cepak yang Reva ketahui bernama Josh. Dia adalah gitaris yang mengiringi band Lost Night tersebut.
Ah, ya. Hari ini adalah ulang tahun Jazz yang ke-28. Maka dari itu Heartbreak Playlist buka dengan promo istimewa. Cupcake gratis untuk 28 pengunjung pertama yang datang sendiri. Sayangnya Reva tidak termasuk 28 pelanggan pertama itu.
Reva heran mengetahuinya dari Sisca. Perempuan itu mengatakan Jazz berulang tahun hari ini saat yang bersangkutan sedang mencuci cangkir-cangkir di pantry. Reva menyesal tidak mengetahuinya dari awal. Setidaknya, dia bisa menyiapkan hadiah.
Ah. Tapi kenapa aku harus khawatir soal itu? pikir Reva. Besok aku sudah meninggalkan Trawas. Apakah pemberian hadiah ini cukup penting?
"Rev." Sebuah panggilan membuat Reva mengalihkan perhatian. Ternyata Ody. Vokalis band yang berambut ikal seperti Josh Groban. Para musisi tersebut akrab dengan Reva setelah sempat berkenalan.
"Ya?"
"Nggak kepingin coba?" Ody menunjuk panggung mini di ujung coffee shop. "Katanya besok udah balik."
"Coba apa?" Sisca yang sedang tidak ada pesanan ikut nimbrung.
"Malam Patah Hati," sahut Malik. Laki-laki berambut gondrong penabuh cajon dari kelompok tersebut.
"Eh. Ide bagus, tuh." Sisca menoleh pada Reva. "Lo kan nggak tahu bakal ke sini lagi kapan. Khusus malam ini, gimana kalau lo yang ngisi Malam Patah Hati? Walaupun Malam Patah Hati-nya masih tiga hari lagi, sih."
"Kayaknya nggak usah, deh," sahut Jazz. Dia tidak ingin Reva merasa tidak nyaman karena menceritakan pengalaman pahitnya perihal asmara.
"Nggak masalah." Semua orang menoleh pada Reva saat perempuan itu menyetujui. "Tapi aku orangnya agak pemalu, jadi kalau nanti ngomongnya belibet, maklumin, ya," ujar Reva.
![](https://img.wattpad.com/cover/279552897-288-k641636.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbreak Playlist [TAMAT] (SUDAH TERBIT)
RomanceTrawas adalah sebuah kota kecil di Mojokerto. Tempat Reva melarikan diri dari peristiwa menyakitkan yang baru dia alami. Di sanalah dia menemukan Heartbreak Playlist. Coffee Shop yang memiliki suasana kesendirian serta berkenalan dengan Jazz, lelak...