9 : JARED

1.1K 180 43
                                    

Rasanya memang tidak benar jika Reva hanya berdiam di Rosanna. Hanya membuatnya semakin menyedihkan. Apalagi ketika beberapa saat yang lalu Kalani menghubunginya. Pagi-pagi sekali, saat matahari baru terbit.

"Aku semalam belanja bulanan bareng Baskara," tutur Kalani setelah menanyakan kabar Reva. Baskara adalah nama tunangannya. "Coba tebak aku ketemu siapa?"

"Ashton Kutcher?" Tebakan asal Reva membuat Kalani seketika terbahak.

"I wish ya, Mbak Shareefa Yahya. Satu banding sejuta tuh cinta pertama daku terjebak di supermarket di Malang." Reva tersenyum simpul pada ucapan Kalani. Sejak remaja, perempuan itu adalah penggemar berat Ashton Kutcher setelah menyaksikan That 70's Show. "Tapi kita lupain dulu si Mr. Kutcher ini. Aku beneran mau ngomong penting sama kamu."

"Ya ngomong aja, Lani. Aku sambil bikin sarapan, ya." Reva meletakkan ponsel pada tripod dan melantangkan speaker-nya. Kemudian beranjak mengambil bahan-bahan dari kulkas.

"Oke. Jadi aku sama Baskara pergi belanja. Kayak biasanya ke supermarket langganan. Terus waktu aku nemenin Baskara cari titipan mamanya, uhm, kami ketemu sama Jared."

Gerakan tangan Reva sejenak berhenti. Jantungnya seperti diberi pengejut saat mendengar nama yang disebut Kalani. Nama yang selama dua minggu ini mengganggu tidur dan hari-harinya.

"Reva? Are you there?!" panggil Kalani.

"Ehem! Iya, Lan. Aku nggak ke mana-mana, kok," sahut Reva. Dia lanjut menyiapkan bahan dan alat masak. "Eum ... dia, Jared, apa kabar?"

Terdengar hela napas Kalani sebelum menjawab, "Yang aku dan Ibas lihat, dia baik-baik aja. Kami sempat ngobrol."

"Oh." Reva menanggapi sambil mencuci tomat dan selada. "Alhamdulillaah. Syukur kalau gitu," ucapnya.

"Maaf ya, Rev. Aku nggak bermaksud apa-apa nyeritain baru ketemu Jared." Kalani terdengar tidak nyaman saat bicara. "Soalnya eum ... dia nanyain kamu. Jadi aku pikir, mungkin kamu perlu tahu."

Kali ini Reva benar-benar menghentikan kegiatannya dan bergegas mendekati ponsel. "Terus kamu jawab apa?"

"Ya ... Cuma bilang kalau kamu baik-baik aja. Sehat. Sekarang lagi di Trawas," jawab Kalani. "Cuma itu sih, Rev."

"Te-terus?"

"Ya nggak terus-terus. Setelah itu dia pamit. Mau pulang duluan." Entah mengapa Reva merasa kecewa dengan jawaban Kalani. 

Dia berharap hal lain. Laki-laki itu menghubungi Reva. Atau mencecar Kalani dan Baskara. Meminta alamatnya di Trawas. Atau bergegas menuju tempat ini dan tiba-tiba berdiri di depan pintu Rosanna. Atau entahlah. Apa saja. Gelagat jika dia masih memedulikan Reva, masih memikirkannya.

Tapi mengapa dia masih mengharapkan itu? Mengharapkan laki-laki yang dengan mudah mengucapkan selamat tinggal.

Reva menghirup udara pagi yang sejuk. Kakinya melangkah pelan di jalan perkampungan yang lebar. Sesekali kendaraan bermotor melintas. Bapak-bapak yang membawa keranjang berisi hasil kebun, atau ibu-ibu yang membonceng anaknya ke suatu tempat.

Beberapa hari terakhir cukup menyiksa bagi Reva. Setiap dia meraih ponsel untuk membaca chat dari teman-temannya atau browsing resep masakan, jemarinya gatal untuk singgah ke satu nomor. Yang sebetulnya sudah tidak perlu dia simpan. Dan dengan alasan yang konyol, Reva bahkan tidak menghapus riwayat obrolan mereka di sana.

Babe, udah di rumah? Jangan telat makan, ya.

Besok jangan kesiangan, ya. aku nggak mau kita telat ke rumah Mama.

Heartbreak Playlist [TAMAT] (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang