01. Kakak

5K 347 12
                                    

"DASAR ANAK BANGSAT!"

Bunda terus memukul Jisung dengan sebatang kayu yang dia temukan didepan rumah.
Jisung, anak berusia 10 tahun itu menahan tangisannya agar tidak keluar saat itu juga.

"Kamu tahu itu untuk kakakmu! Kenapa kamu makan?!" Bentaknya sambil memukul kaki Jisung dengan kayu yang dia pegang, dia tidak akan berhenti sampai kayu tersebut patah. Meskipun Jisung sidah meminta ampun tidak akan berhenti.

"Assalamualaikum bunda, adek."
Jaehyun, kakak Jisung yang berumur 18 tahun itu menaruh helmnya lalu menatap bundanya yang sedang membawa sebatang kayu dan juga melihat kaki adiknya yang sudah memar karena dipukul terus menerus.

"BUNDA!" Teriak jaehyun lalu melihat keadaan adiknya yang terlihat tidak baik baik saja, keringat dimana mana, bahkan air matanya yang dia tahan sedari tadi, jaehyun mengelus Surai rambut adiknya dan menatap adiknya itu lamat-lamat.

Bunda tidak perduli, dia membuang kayu tersebut lalu berjalan ke arah dapur.
"Adek mana yang sakit?" Tanya jaehyun, Jisung menggeleng.
"Adek kuat, nggak sakit," jawab Jisung.

Jaehyun menggeleng.

"Pasti ada yang sakit, sekarang ke kamar dulu ya," laki laki itu menggendong adiknya. Saat melewati dapur, dia melihat bundanya yang menangis di meja makan.
Jaehyun tidak berniat untuk menghampirinya, adiknya lebih penting sekarang.

***

"Mana yang sakit?" Tanya jaehyun pelan, Jisung menunjuk kakinya yang telah memar bahkan mengeluarkan darah sedikit.

Dia menatap adiknya bingung, seharusnya dia menangis saat di pukul seperti tadi, tapi kenapa adiknya itu menahannya. Anak kecil baru di cubit akan menangis, kenapa dia tidak?
"Kakak ambil obat sama es dulu ya, kamu tiduran aja."

Remaja tersebut berjalan ke arah dapur untuk mengambil obat p3k dan juga baskom untuk mengisinya dengan air dan juga es batu.

Dia hanya diam, laki laki itu enggan melihat bundanya yang kejam itu.
Sudah 4 tahun Jisung mulai tinggal bersamanya dan juga sudah 4 tahun bunda menyiksanya.

"Kenapa kamu perduli?" Gumam bunda, jaehyun tidak mengindahkan pertanyaan bundanya itu, dia hanya fokus pada pekerjaannya sekarang.
"Bunda tanya, kenapa kamu perduli sama dia," tanyanya lagi.

"Karena dia adikku, dia senang aku juga senang, dia sedih aku juga sedih."

Mereka diam sejenak.

"Tapi-"

"Ga peduli siapa dia, dia tetap adikku. Dia gak salah, dia gak tau apa apa," ucap jaehyun lagi lalu membawa baskom yang penuh air dan es batu itu ke arah kamar Jisung.
Bunda menyibakkan rambutnya, dia merasa anak laki-lakinya itu terlalu berlebihan dengan Jisung.

***

2017

"Papa pulang kan ma?" Tanya jaehyun saat itu, laki laki tersebut masih 15 tahun dan kini dia sedang memakan roti bakar yang telah dibuat oleh bundanya.

Jam telah menunjukkan pukul 7 pagi, ayahnya pergi dari kemarin dan belum ada tanda tanda akan kembali sekarang.
Bahkan sedetikpun belum juga di hubungi ayahnya tersebut.

"Papa habis ini pulang sayang," ujar bunda sembari mengelap piring yang telah dia cuci tadi.

Tring...

Untuk Bunda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang