Bonchap 🌹

1.8K 136 46
                                    

Setelah berbulan bulan kepergian Jisung, jaehyun sedikit demi sedikit mengikhlaskan Jisung.

Dengan menenteng sebuket bunga, dia berjalan menuju makam dengan senyuman yang biasa ia berikan pada jisung setiap harinya.
Dengan setelan jas yang ia gunakan untuk acara wisudanya dia berjalan dengan yakin mendekati makan Jisung.

Dia menatap 3 makam yang

"Adek apa kabar?" tanya jaehyun.

Semilir angin membawa dedaunan kering untuk lepas dari pohonnya dan jatuh di tanah. jaehyun meletakkan buket bunga tersebut pada makan Jisung lalu dia tersenyum pada nisan jisung.

"Oh ya dek, soal cita cita kamu yang pingin terbang kakak ada kabar baik dek."

"Kakak masuk ke penerbangan buat kamu, nanti setiap kakak bawa pesawat kamu lihat ya dek."

Jaehyun mengingat setiap permintaan Jisung, dia berkali kali meminta yoona untuk datang ke pemakaman Jisung. Awalnya Yoona menolak karena dia terlalu takut untuk menemui jisung namun akhir akhir ini Yoona selalu mengajak jaehyun untuk mengunjungi jisung.

"Adek kenapa gak datang ke mimpi kakak? Kesel ih tiap salsa mimpi ada jisung," adu jaehyun, dia menatap makam tersebut lalu terkekeh pelan.
"Nanti datang ya, nanti kakak cerita gimana senengnya kakak pas tau kakak ketrima di penerbangan, terus gimana reaksi bunda setelah liat kado dari kamu."

Jaehyun tertawa, sedikit rasa sedih menyelimutinya kembali.
Dia tertawa lalu menggeleng, "Kakak masih ga nyangka kalo kamu udah pulang," ucapnya.
Rasa sakit dalam hatinya kini timbul kembali, dia meringis lalu tersenyum.

"Kamu tau nggak? Kemarin kakak pas bangun tiba tiba ke kamar kamu, lalu tebak apa yang kakak lakuin, kakak bangunin kamu terus sesaat kemudian kakak sadar gaada kamu," ringisan jaehyun terdengar seperti ingin menangis.

Dia mengulum bibirnya, "Rumah jadi sepi dek," suaranya mulai parau.
"Kakak tiap pulang sekolah masih suka ke sekolah kamu buat jemput kamu, tiap kakak belajar selalu nyari kamu, tiap kakak masak sesuatu selalu buatin kamu juga."

Jaehyun bersimpuh disana, tangannya meremat kesal, "Kakak gabisa hidup tanpa kamu! Kakak jadi orang gila disana, kakak gabisa hidup tanpa kamu!"

Jaehyun menghapus air matanya, "Kakak kesel! Kakak selalu lupa kalo kamu udah pergi!"

Langit mendung ikut bersedih atas tangisan jaehyun yang kembali turun saat itu.
Air hujan mulai turun sedikit demi sedikit.

"Kakak, kakak capek dek kayak gini! Kakak kangen kamu," ucapnya, dia tidak dapat menahan dirinya untuk tidak menangis.

"Kakak sendiri."

Hujan turun dengan derasnya, seperti tanpa ampun air hujan menghantam kulit setiap orang yang tidak berteduh.
Jaehyun memukul dirinya sendiri lantaran kesal.

"Jaehyun," panggil seseorang.
Jaehyun yang tadinya menundukkan kepalanya kini mendongakkan kepalanya karena panggilan namanya.
"Jaehyun," panggilnya lagi lalu dia berjongkok disampingnya.

"Salsa, kenapa kamu disini? Kamu ganti baju dulu," kata jaehyun lalu dia membuka jasnya dan menutup tubuh salsa.

"Kamu janji udah ikhlasin Jisung, kamu gak seharusnya nyalahin diri kamu jaehyun," salsa ikut terisak lalu memeluk jaehyun.

Tidak perduli dengan hujan dan petir mereka kembali membuka luka yang telah ia tutupi beberapa bulan setelah kematian Jisung.
"Maaf," ucap jaehyun.

"Maafin aku."

Jaehyun kembali terisak, hatinya sangat sakit dia memukul dadanya. Sesak.

***

Untuk Bunda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang