62. Falling For You

55.5K 4.2K 2.4K
                                    

Dor! Kaget dong, cerita ini sudah selesai. Yipaaa!! Happy Reading 💛

Toxic, Sensitive, & Harsh Words 🩸⚠️

🦋🦋🦋

1 Minggu, sebelum pesta |

"Hakim memutuskan bahwa lamaran penggugat untuk bercerai dengan suaminya terkabul."

Bersamaan dengan suara ketukan palu dari meja hakim, Rafael Gabrian Narendra bisa merasakan jantungnya berhenti berdetak selama beberapa saat.

"Sidang sidang hari ini ditutup."

Lantas, bayang milik kedua orang tuanya yang duduk dalam posisi terpisah kembali menyulut atensinya dengan sempurna. Ah! Seharusnya Rafael ikut keluar bersama Saga, alih-alih tetap tinggal dan menjadi saksi persidangan perceraian orang tuanya.

Memilih beranjak, Rafael pun berjalan keluar dari ruangan sambil mengendorkan dasi yang dirinya kenakan. Mencari-cari keberadaan Saga yang sempat hilang dalam radar pandangnya.

Beberapa kali Rafael mengirimkan pesan dan menelpon saudaranya itu, hasilnya tetap nihil.

Sampai dirinya memutuskan untuk bertanya pada salah penjaga. Rafael berjalan melewati lorong sepi kala mereka mengatakan sempat melihat Saga menuju ke arah toilet.

Kurang dari 2 langkah sebelum Rafael bisa mencapai pintu toilet laki-laki, suara isak dari sosok familiar itu membuat dirinya langsung menghentikan langkah.

Sosok tampan dengan setelan jas formal itu tertunduk pelan, memasok udara sebanyak-banyaknya sebelum melanjutkan langkah masuk ke toilet.

Tok! Tok! Tok!

Diketuknya salah satu pintu bilik, dimana suara isak tangis itu berasal. "Udah, jangan nangis!"

Tak ada sahutan selama beberapa saat.

"Gue nggak nangis!" seru Saga dari dalam toilet.

"Sini keluar! Gue mau ngomong."

"Bentar!" Lagi-lagi, suara Saga terdengar lebih berat dan sedikit bergetar.

Tak lama pintu terbuka--Saga muncul dengan wajah poker dan kedua mata sedikit sembab.

"Toiletnya bau, pindah aja ke bilik lain!" kata Saga, lantas memutuskan pandang dari kakaknya itu.

"Mau ngomong apa?"

Bukannya menjawab, Rafael justru menarik dirinya mendekat. Memeluknya dengan sebelah lengan tanpa aba. "Jangan sedih, ada gue sama mama. Lo bakal baik-baik aja."

"Gue nggak sedih!" elak Saga dengan suara bergetar, ketika Rafael mengusap punggungnya pelan.

"Mulai sekarang kalau ada apa-apa, bilangnya ke gue. Lo tanggung jawab gue. Apapun masalahnya ... gue janji bakal selesaiin."

"Iya. Lepasin dulu, gue sesak napas!"

Sebenarnya Saga ingin melepaskan pelukan mereka bukan karena sesak napas, akan tetapi lantaran berada dalam dekap saudaranya--membuat cowok itu semakin sesak. Semakin ingin menangis saja.

Falling For a Gangsta [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang