18. Usaha papa

402 71 8
                                    

"Memangnya masih bisa?"

"Bisa kalau kita bisa nemu cara yang tepat buat bantu dia lepas dari traumanya"
Jeno tersenyum tipis. Matanya menatap Mark yang berada disebelahnya sekarang. "Semua yang kamu saranin hanya bikin Jaemin makin buruk. Ingat itu baik-baik"

"Caramu itu, tidak pernah ada yang berhasil Mark hyung.. tidak ada"

"Hyung selalu bilang itu mudah karena ada aku. Padahal kau sendiri tau jika penyebab traumanya tetap dari aku. Jika saja aku tidak pernah pergi dari rumah hari itu, Na Jaemin tidak akan merasakan semua ini sekarang. Aku penyebab traumanya dan hyung selalu bilang jika aku itu penyembuh untuk Jaemin. Sudah lihat kan sekarang?"

Jeno berhasil membuat Mark bungkam. Tidak ada sepatah katapun keluar dari mulut Mark. "Jaemin seharusnya mendapatkan yang lebih baik sekarang.. bukannya tetap berada dalam ketakutan. Kenapa kau harus memperlihatkannya pada Jaemin? Video itu.. aku tau pasti kau yang tidak sengaja memperlihatkannya pada Jaemin, benar?"

"Jeno.. aku-"

"Kenapa bukan diruang terpisah? Kenapa harus didekat Jaemin? Kenapa kau harus memperlihatkannya pada Xiyeon?!"
Jeno meremat botol plastik yang sudah kosong ditangannya, "kenapa.. harus Jaemin yang melihatnya?"

"Jeno-"

"Apa? Kau mau bilang supaya aku tidak menyalahkan orang lain? Menyalahkan diriku sendiri? Jaemin.. tidak salah. Dunia yang terlalu jahat untuk anakku. Dunia terlalu liar untuk anakku yang berhati lembut seperti itu"
Pelukan tiba-tiba pada tubuhnya membuat Jeno diam. Dia tau pelukan siapa ini. "Ayo pulang.."

"Jangan temui aku, selagi saran mu itu tidak pernah berhasil"
Jeno mengusap pipinya kasar lalu mengikuti Jaemin. Meninggalkan Mark seorang diri yang menjadi ikut merasa bersalah.

"Papa bertengkar dengan paman Mark?"

"Tidak.. papa baik-baik saja dengannya"
Jaemin menatap Jeno yang mengambil nafas dalam. "Maaf"

"Harusnya aku tidak penasaran lalu keluar dari kamar ku. Mungkin jika aku tetap diam di kamar aku tidak akan mengetahui itu"

"Jangan minta maaf. Ini bukan salahmu"

"Ini karena aku.. papa jadi harus mikirin gimana biar aku bisa lupa sama itu"

"Berhenti menyalahkan diri mu Na Jaemin"

"Aku tidak menyalahkan diriku.. itu memang salah-"

"NA JAEMIN CUKUP!"
Jeno membuang wajahnya setelah tak sengaja membentak anaknya itu. Tangisnya kembali pecah setelahnya.
"Aku akan naik bis.. papa bisa pulang duluan"

Jaemin berjalan menjauh dari mobil Jeno. Hatinya benar-benar menolak untuk naik bis. Dia merasa lebih aman jika naik mobil bersama dengan papanya. Jeno sama sekali tidak mencegahnya pergi. Bahkan mobil ayahnya lebih dulu pergi dibandingkan dirinya sampai ke halte bis.
"Kau memang menyusahkan, Na Jaemin"

***

Setengah jam berlalu Jaemin masih di halte bis. Melewatkan beberapa bis yang berhenti didepannya.
Dia berharap sekali ayahnya datang untuk menjemputnya. Bis yang selalu berhenti di halte itu tidak membuat Jaemin mau berdiri dari tempat duduknya. Kakinya berat hanya untuk melangkah mendekat pada pintu masuk bis yang terbuka.
Klakson mobil menyebabkan kepala Jaemin menoleh. Mobil Renjun.
"Papa benar-benar marah ya?"

"Kenapa belum pulang? Latihan mu selesai setengah jam lalu kan?"

"Aku.. menunggu bis.."

"Sudah mau hujan, ayo naik. Aku akan mengantarkan mu"
Jaemin berjalan pelan mendekat. Dia ingat kejadian saat pergi bersama Renjun kala itu. "Aku naik bis saja ya?"

"Tidak boleh.. kamu baik-baik saja, ayo naik. Aku akan membawa mobilnya pelan kok tenang saja"

***

"Papa... Mana?"

"Mama juga tidak tau. Papa belum pulang sejak tadi. Tadi kan bersamamu"
Jaemin menatap ke jendela. Hujan deras di luar, dia takut Jeno kenapa-kenapa.
Hujan besar, jalanan licin, kaca mobil yang tidak akan terlalu jelas nantinya. "Mama udah telpon papa?"

"Udah.. tapi gak diangkat sama papa. Papa gak bilang mau kemana gitu?"

"Aku pulang sama kak Renjun.."

"Loh? Kenapa?"
Jaemin menceritakan bagaimana ia membuat Jeno marah tadi siang. Suaranya sudah seperti orang yang menahan tangis. "Sudah.. tidak perlu dipikirkan. Papa mungkin sedang ada urusan penting jadi tidak sempat mengangkat telpon"

"Aku sering bikin papa marah.. padahal papa selalu kasih apa yang aku mau"

"Dan papa mu paling tidak suka jika kamu menyalahkan dirimu sendiri, Na. Dia paling benci dengan itu"
Xiyeon mengusap kepala anak laki-lakinya itu, dia bisa merasakan kekhawatiran anaknya perihal Jeno yang belum juga pulang. "Papa sebentar lagi juga pulang kok"

"Kamu mau tau gak cara biar papa gak marah lagi?"
Xiyeon menatap Jaemin yang terlihat menunggu jawaban darinya,
"Ceritakan apa yang kamu rasakan selama ini. Termasuk ketakutan kamu setiap mengingat kejadian itu.
Papa cuma mau bantu kamu buat lepas dari semua itu. Dia cuma pengen kamu bisa bebas lagi seperti dulu, tanpa harus memikirkan perasaan takut atau apapun"

"Alasan papa jarang menyalakan tv akhir-akhir ini karena dia gak mau kamu inget terus sama kejadian itu. Dibalik usaha papa, dia sering nyalahin diri sendiri kayak kamu. Dia selalu bilang kalau penyebab ketakutan kamu itu karena dia.
Papa udah gak nemu cara lagi buat bantu kamu makanya dia sekarang bener-bener bingung. Ambisi dia untuk bantu kamu itu besar banget, karena dia gak mau anaknya harus kesiksa sama ketakutannya sendiri,"

"Terbuka sama papa, ya? Biar dia paham dan bisa lebih mengerti tentang perasaan kamu. Kamu juga sering berontak kalau papa berusaha buat ngobrol serius tentang itu, kamu sering marah dan bilang kamu itu gak bakal bisa berubah. Bisa, kalau kamu juga mau cerita sama papa. Kalau kamu gak bisa cerita sama papa, kamu bisa cerita sama mama.
Selama ini yang pergi sana-sini untuk konsultasi itu papa, jadi pasti papa lebih tau daripada mama.
Bukan maksud papa buat ganggu privasi kamu dengan nanyain gimana keadaan kamu atau bahas tentang kejadian yang bikin kamu takut itu. Papa coba buat nanya supaya dia bisa lebih mudah buat cari caranya Jaemin.. Papa hari ini lagi capek jadi mungkin gak sengaja marah sama kamu.
Tapi percaya sama mama, papa sangat sayang sama kamu sampe rela habisin waktunya buat cari cara agar kamu.. bisa lepas dari rasa takut kamu"

Xiyeon memeluk Jaemin. Benar kata Jeno, Jaemin sudah terlalu rapuh sekarang. Tapi setidaknya dia masih bisa kuat sampai detik ini.
"Mandi terus istirahat oke? Kamu udah latihan seharian pasti cape"

"Kalau papa pulang bilang ya sama aku?"

"Iya sayang.. nanti mama panggil kalau papa pulang"

[]

Cara bikin au gimana si?
Gak paham aku

Call Him Nana vol.2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang