22. Dansa singkat

370 56 7
                                    

"papa harusnya jalan-jalan berdua sama mama"

"Kenapa? Kamu gak mau ikut?"

"Bukan gitu.. kalian jarang jalan-jalan berdua. Sibuk sama urusannya masing-masing"
Xiyeon tersenyum sambil menaruh roti panggang di hadapan Jaemin.
"Nanti juga ada waktunya istirahat terus nikmatin hidup"

"Kayak sekarang"Xiyeon terkejut saat Jeno tiba-tiba melingkarkan tangannya di pinggang Xiyeon, memeluknya dari belakang dan menaruh dagunya di bahu sang istri.
"Dih.. orangnya aja sibuk ngurusin anaknya"

Jeno terkekeh, mengecup pipi Xiyeon sedikit lama. "Ya gak usah didepan aku juga dong ah"

"Makanya.. cari pacar, biar gak iri terus"

"Punya banyak uang siapa sih cewek yang gak mau sama aku nanti"
Xiyeon bertepuk tangan mendengar ucapan Jaemin tadi, "anak mama pinter"

Jaemin menatapi Jeno yang masih memeluk Xiyeon, dia tersenyum kecil sambil mengigit roti panggang buatan Xiyeon. "Kenapa senyum-senyum?"

"Enggak. Lucu aja. Aku pernah liat mama sama papa tidur sambil saling pelukan. Lucu banget kayak di film-film, mama tidur di tangan papa sambil meluk badan papa"
Xiyeon tertawa kecil mendengar Jaemin yang bercerita, dia masih membiarkan Jeno memeluknya.
"Aku foto loh.. kayak nya kalau aku cetak pasti lucu"

"Niat banget sampe foto segala"

"Gemes liatnya"
Jeno melepaskan pelukannya untuk mengambil satu roti panggang, "lupa masukin tas satu lagi ke mobil"

"Dasar pelupa"

Jaemin menatap Xiyeon sinis, mulutnya masih mengunyah roti panggang yang ia gigit tadi.
"Berarti kata paman Echan bener ya.. mama sama papa dulu paling didukung waktu pacaran. Liatnya sampe sekarang nempel terus"

"Padahal dulu mama masih pilih-pilih cowok. Tapi papa udah antri paling depan jadi gak sempet liat-liat yang lain dulu"

"Berarti papa emang setulus itu buat sayang sama mama. Aku seneng mama bisa punya papa, saling melengkapi. Tapi papa malah bisa banyak, kayak jadi tukeran profesi"

***

"Jaemin mana?"
Jeno menunjuk Jaemin yang sudah berada di pinggir pantai. Hebat memang Jeno bisa menemukan hotel yang bisa langsung ke pantai seperti sekarang. Xiyeon memperhatikan Jaemin yang sampai berbaring di pasir untuk mengambil foto langit. Lagi-lagi tangan Jeno melingkar di pinggang Xiyeon, mencium kepala Xiyeon dengan lembut.
"Terimakasih sudah mau membesarkan Jaemin bersamaku"

"Dia anakku Jeno, mana mungkin aku suruh Somi yang besarin"

"Apapun bisa terjadi Xiyeon. Gak bakal ada yang tau kayak gimana kedepannya, kayak Mark hyung"

"Emang dia kenapa?"

"Istri yang sekarang itu istri yang kedua. Istri pertamanya minta cerai sama dia, bahkan Mark hyung baru tau kalau istrinya selingkuh setelah beberapa minggu, dari rekan kerjanya. Tapi syukur nya dia dapet istri yang lebih baik lagi"

"Aku gak mungkin lakuin itu. Bukan cuma kamu yang bakal kecewa, Jaemin mungkin bakal lebih-lebih lagi. Kamu udah berusaha jaga rumah tangga, gak mungkin aku lakuin hal gila kayak gitu"
Xiyeon berbalik, mengalungkan lengannya di leher Jeno.
"Kalau boleh sih.. kamu suami terbaik yang berhasil aku dapatkan dulu. Aku bahagia bisa ketemu sama kamu. Aku bahagia bisa tinggal satu atap sama kamu sejak dulu, bisa punya anak yang sangat berharga"

"Kamu suami yang hebat Jeno, ayah terhebat yang pernah ku temukan selama ini"

"Kamu sama kayak Jaemin. Hobinya bikin nangis"

"Kamu nya yang cengeng"
Jeno menatapi wajah Xiyeon, matanya terlihat intens menatapi setiap inci wajah istrinya. Matanya, hidungnya, pipinya, bibirnya,
"Cantik"

"Kamu selalu jadi wanita tercantik dimataku"
Xiyeon juga menatapnya, menatap manik mata yang selalu menjadi favoritnya. Kakinya berjinjit untuk mencium Jeno sekilas, "terimakasih sudah jadi sosok yang aku harapkan selama ini"

Pasangan ini memang sempurna. Orang juga tak mengelak jika ditanya apakah mereka itu pasangan impian atau bukan.
Berterimakasih lah pada Tuhan sudah mempertemukan Jeno dengan Xiyeon, dua orang yang saling menghibur satu sama lainnya.

***

Jaemin menatap ke luar kaca dari dalam kamar hotelnya. Orangtua nya sedang ada di pinggir pantai sekarang, menikmati senja yang tak kalah cantiknya dari Xiyeon.
Dia melihat Jeno tiba-tiba berdiri lalu mengulurkan tangannya. Jaemin terkejut melihat Jeno menaruh tangan Xiyeon di bahunya, sebelahnya lagi ia genggam sementara tangan kirinya berada di pinggang Xiyeon.
"Wah... Aku tidak tau mama sama papa bisa seromantis itu.. kerjaannya tiap hari mengomel terus padahal"

Cahaya dari matahari terbenam, ditemani laut yang memantulkan cahaya dari benda yang bersinar terang itu. Gaun putih Xiyeon terlihat cantik setiap mereka bergerak, menari sambil saling tersenyum satu sama lain. Mereka tidak tau saja ada beberapa orang yang memperhatikan keduanya bahkan mengambil foto. Kaki mereka terlihat melangkah kesana-kemari, sesekali Xiyeon berputar sambil tertawa. Tanpa memakai alas kaki keduanya menari dengan cahaya oranye yang semakin lama semakin tenggelam digantikan bintang-bintang.

Jaemin yang memutuskan untuk keluar lagi dari hotel termangu  mendengar alunan lagu. Dia tau itu berasal dari jajaran stan penjual makanan yang hari ini ada di pinggiran jalan. Lagunya seakan sengaja di pasang untuk menemani Jeno dan Xiyeon dalam dunia mereka.
Jaemin mencari kesempatan dengan berjongkok dan memotret keduanya, sudah seperti sepasang kekasih dalam drama-drama yang selalu menceritakan momen-momen manis para tokoh utama.
Gaun Xiyeon seakan ikut menari bersamanya, bergerak kesana kemari seiring alunan lagu. "Asal papa tau banyak orang yang iri disini"

Jaemin memilih menyusuri pinggiran jalan, melihat-lihat makanan yang dijual. Setelah membeli cukup banyak dia kembali untuk menghampiri Xiyeon dan Jeno yang sekarang sudah duduk kembali. "Papa"

"Eh? Papa kira kamu istirahat di hotel"

"Males ah, mending nonton drama"

"Drama? Drama apa?"
Jaemin menatap Xiyeon dan Jeno bergantian. Yang ditatap pun langsung paham, membalasnya dengan tawa renyah. "Kamu kuliah nanti papa bakal lebih sering sama mama"

"Kenapa?"

"Mama harus udah mulai istirahat. Gak mungkin terus-menerus jadi dokter. Pelan-pelan jadwalnya jadi semakin berkurang lalu akhirnya benar-benar berhenti, sama seperti papa nanti. Bedanya ada kamu yang menggantikannya. Papa sama mama pasti akan lebih sering bersantai bersama nantinya"
Jaemin mengganggu sambil mengigit sate gurita yang ia beli tadi. Memandangi deburan ombak yang ditempati kelap-kelip bintang di langit.

Xiyeon menyandarkan kepalanya pada Jaemin. Momennya menari bersama Jeno benar-benar membuatnya bahagia, kecil namun seakan menyiratkan pesan mendalam untuknya.
Apalagi Jeno juga berbicara sesuatu padanya yang membuat Xiyeon tak mampu menatap Jeno karena pipinya memerah. Jeno itu sedikit kurang pandai menyalurkan rasa sayangnya, terkesan langsung ke intinya tanpa basa-basi namun sukses membuat Xiyeon merona.

Jeno berucap sambil menari bersamanya tadi,
"Janji sampai tua kira bareng terus ya?"

[]

Ajzbdiausjshsksbsis
Bun, anakmu baper sama ketikan sendiri

Call Him Nana vol.2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang