19. Telur dadar dan brokoli

408 69 4
                                    

Helaan nafas panjang keluar dari mulutnya. Ia memeluk kedua lengannya yang teras semakin dingin. Jaemin benar-benar tidak tidur, bahkan saat Xiyeon mengecek ke kamar tadi dia hanya sekedar memejamkan matanya.
Dia masih duduk didepan pintu yang tertutup rapat. Ditengah kegelapan dengan beberapa lampu saja yang menyala. Jaemin mengalihkan pandangannya, dia marah pada dirinya sendiri. Karenanya Jeno jadi tidak pulang sekarang.

Sudah hampir jam dua pagi. Tidak ada raut wajah mengantuk, dia tetap duduk didepan pintu yang tak kunjung terbuka itu. Matanya kini berurai air mata. Dalam hatinya dia mengejek dirinya sendiri yang masih cengeng padahal sudah dewasa seperti ini. Lantainya dingin, dia ingin sekali berlari ke kamar mengambil selimut sebenarnya.
Di tangga Xiyeon hanya berdiri menatap anaknya. Dia terbangun dari tidurnya dan memilih mengecek kamar Jaemin. Dia pikir Jaemin hanya pergi mengambil minum taunya tidak.

Pelan-pelan Xiyeon pergi ke kamarnya dan mengambil ponsel. Matanya sedikit menyipit karena silau dari cahaya ponsel nya. Butuh beberapa menit menunggu telponnya diangkat, berharap telponnya kali ini benar-benar diangkat.
"Kenapa belum tidur? Ini sudah sangat malam"

"Kenapa belum pulang?"tanya balik Xiyeon begitu Jeno mengangkat telpon nya.
"Aku tidak yakin bisa pulang. Pekerjaan ku banyak sekali ini... Tidur saja, mungkin besok pagi aku baru pulang"

"Bukan aku. Tapi Jaemin. Anak itu tidak tidur, dia duduk didepan pintu menunggu mu pulang. Setidaknya pulang, kasihan Jaemin"

"..."

Xiyeon menunggu Jeno menjawabnya. Tidak ada suara apapun dari seberang sana dan tiba-tiba saja panggilannya terputus.
Xiyeon tidak mengerti ada apa diantara mereka sampai Jeno seperti itu. Jarang sekali Jeno bisa sedingin itu pada Jaemin selama ini. Dia tidak bisa berbuat apapun. Jaemin akan tetap duduk disana bahkan sampai matahari terbit nantinya.

Jaemin masih terisak ditempatnya duduk, masih memeluk lututnya. "Kenapa tidak pulang..."

Sebisa mungkin ia menahan suaranya agar Xiyeon tidak mendengar nya lalu bangun. Matanya sudah gatal karena mengantuk. Sejak Jeno kembali Jaemin belum pernah terjaga sampai jam segini, paling telat hanya jam 11 karena Jeno selalu memaksa nya tidur.
Sudah hampir jam tiga Jeno belum juga datang begitupun tangisan Jaemin yang belum berhenti. Masa bodoh dengan umurnya sekarang, dia ingin papanya pulang. Matanya juga sudah tak kuat, sesekali terpejam karena mengantuk.

Jeno datang, pintu terbuka begitu pelan sampai tak menimbulkan suara. Dia bisa lihat anaknya masih tetap duduk disitu menunggunya pulang. Jeno ikut duduk dihadapan Jaemin, menyandarkan punggungnya pada pintu. Dia bisa lihat anaknya habis menangis. Jeno tidak bicara, dia hanya diam memperhatikan anaknya yang terlihat mengantuk sekali.
Jaemin langsung menegakkan kembali tubuhnya saat sadar jika dirinya hampir tertidur. Memperhatikan seseorang yang kini duduk didepannya dan menatapnya.

"Papa kenapa baru pulang?"

Jeno yang tidak menjawab menjadi sasaran lemparan sendal berbulu yang sering Jaemin kenakan dirumah dan tepat mengenai bahunya.
"Kenapa baru pulang?"

Pasangan sendalnya kembali melayang mengenai dada Jeno. Ekspresi nya sama-sama datar, bedanya hanya tidak bicara apapun.
"Kenapa baru pulang?"

Jeno berdiri, menatap Jaemin yang masih duduk di lantai. "Tidur"

***

"Kalian kenapa sih?!"Xiyeon kesal jadinya. Hawa disekitarnya jadi tidak menyenangkan. Tidak seperti biasanya, Jeno lebih pendiam hari ini. Jaemin juga tidak mau bicara, sesekali hanya menatap Jeno singkat.
"Kalian berantem karena apa?!"

"Aku pergi dulu"Jaemin menatap Jeno yang pergi begitu saja. Tidak, maksudnya dia tidak akan diantar ke sekolah kah?
"Jen! Jaemin belum selesai makan!"

Mobil Jeno benar-benar pergi, meninggalkan Jaemin yang masih duduk dimeja makan dengan sendok di tangannya. "Na... Mama antar ya?"

Jaemin menaruh sendoknya diatas piring dengan kasar. Melemparkan tas nya sembarang, "aku tidak mau sekolah"

"Na... Na Jaemin!"
Xiyeon hampir kehilangan akal menghadapi mereka berdua. Apalagi Jeno yang meninggalkan Jaemin begitu saja tadi, tanpa basa-basi pada anaknya.
"Kalian ini kenapa sih..."


***

Jeno pulang cepat. Bahkan jam masih menunjukkan pukul dua siang tapi mobil Jeno sudah ada di garasi. Sebelah alisnya terangkat, bingung kenapa rumahnya begitu sepi.
Ah.. Xiyeon bekerja hari ini.
Dia menatap tas Jaemin yang ada di atas meja, entah kemana si pemilik tas nya. Dia berjalan menaiki tangga dan berhenti didepan pintu sebuah ruangan, tangannya memutar gagang pintu itu lalu membukanya. Jaemin tengah marah-marah sambil melemparkan ponselnya keatas bantal. Dia bisa tebak anaknya marah karena bermain game.

Jaemin terkejut saat kantung plastik berisi sesuatu disodorkan oleh Jeno, es krim. Tidak banyak bicara, Jeno berjalan untuk merapihkan kasur Jaemin. Membiarkan Jaemin terdiam dengan es krim yang diberikan oleh Jeno. Tidak berani mengatakan apapun apalagi setelah melihat tatapan datar dari ayahnya.
Setelah merapikan kasur Jeno bergerak untuk merapihkan buku-buku. Jaemin baru ingat tadi malam tidak sempat merapihkan buku-buku pelajarannya. Agak sedikit aneh karena Jeno tidak mengatakan apapun tentang sekolahnya. Bukannya hari ini dia bolos kan? Xiyeon juga tidak menghubungi sekolah sama sekali tadi.

Setelah beres Jeno pergi ke kamarnya begitu saja untuk mengganti baju lalu turun. Melewati kamar anaknya dimana Jaemin masih duduk dipinggir kasur. Jaemin perlahan berjalan menuju pintu lalu mengintip di tengah-tengah tangga, ayahnya sudah menggulung lengan kaos nya yang memang panjang lalu mengeluarkan beberapa bahan dari dalam kulkas. Jaemin masih duduk di tengah-tengah tangga, memperhatikan papanya yang mulai memasak setiap bahannya. Terlihat Jeno mengambil nasi untuk dua orang lalu menata setiap masakannya diatas mangkuk. Dia menatap Jaemin sekilas, yang ditatap juga langsung mengalihkan pandangannya.

Jeno membawakannya. Pria itu sudah duduk disebelah Jaemin lalu menaruh salah satu mangkuk ditangan Jaemin. Dia juga mulai makan. Duduk di tangga, berdua dengan Jaemin yang juga ikut menyantap makan siangnya.
"Papa marah.. Aku kira papa gak bakal bikin makan siang buat aku hari ini.."

"Aku kira papa gak bakal peduli karena.."Jaemin menghentikan ucapannya dan memilih melanjutkan makannya. Jeno hanya diam, menikmati makan siang yang dibuatnya sendiri. "Mama bilang aku harus coba cerita sama papa.."

"Aku selalu takut kalau cerita sama papa. Aku sering liat papa nyalahin diri sendiri kalau aku kenapa-kenapa.. Aku gak mau papa gitu lagi kalau aku cerita"
Jaemin diam menatap Jeno yang tiba-tiba menaruh telur dadar miliknya pada mangkuk Jaemin. Lalu mengambil brokoli dari mangkuk milik anaknya. Jaemin memang sering menyisihkan sayuran itu, dia tidak suka dengan si hijau aneh itu.
"Makasih"

Ia melihat isi mangkuk Jeno. Hanya ada sayur, berbeda dengannya yang kini hanya ada telur dadar. Dia memotong telurnya lalu menaruhnya di atas nasi yang masih tersisa di mangkuk Jeno.
"Aku bolos sekolah hari ini.. papa gak mau hukum aku karena jadi anak nakal?"

[]

saran dong,
Lagu yang sebelas dua belas vibesnya sama lagu ini

Buat work sebelah, ehe

Call Him Nana vol.2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang