Jika diingat-ingat lucu juga saat Jeno dan Xiyeon menghabiskan masakan Jaemin saat pertama kali belajar. Anak itu yang memaksa untuk memasak malah itu, begitu disajikan Jaemin yang lebih dulu mencicipinya. Meringis pelan karena sup buatannya terlalu asin, hampir saja dibuang jika Xiyeon tak melihatnya. Jaemin tetap mengatakan jika sup buatannya tidak enak dan lebih baik Xiyeon saja yang buat.
Yang dilakukan oleh Xiyeon saat itu adalah menaruhnya lagi di atas kompor lalu menyuruh Jaemin untuk menambah sedikit air. Yang jadi masalah untuk Jaemin adalah bukan hanya sup melainkan lauk yang lain rasanya juga kurang enak. Bahkan bisa dibilang Jaemin hampir menangis karena gagal.
"Mana? Udah jadi belum? Papa mau coba masakan anak papa"
"Papa! Jangan dimakan! Itu gak enak"
Jeno tetap menyuapkannya ke dalam mulut, mengunyahnya perlahan lalu menatap Jaemin yang terlihat murung. "Gak enak kata siapa? Enak begini kok. Mana nasi nya? Papa udah keburu laper"
"Tapi-"
Xiyeon juga ikut mencobanya, reaksinya sama dengan Jeno. Memujinya dan mengatakan masakannya enak. Jelas-jelas Jaemin mencoba nya sendiri, ada yang kurang bumbu lah, kebanyakan lah tapi mama papanya tidak ada yang mengkritiknya sama sekali."Namanya masih belajar kan? Segini udah enak kok, tinggal ditingkatkan lagi aja. Papa habisin nih semuanya"
"Kenapa ngelamun?"
Jeno mengangkat kepalanya menatap Jaemin yang menatapnya dengan apron di tubuhnya sembari menaruh masakannya di meja. Jaemin yang memintanya untuk duduk manis dan memperhatikannya masak, berhubungan Xiyeon belum pulang.
"Gak ada apa-apa.. inget kamu waktu belajar masak. Yang kelebihan garam sedikit""Tapi waktu itu papa gak bilang begitu malah bilang enak"
"Kamu juga tau alasannya kenapa papa gak bilang begitu sama kamu"
Jaemin tersenyum kecil sembari melepas apronnya lalu duduk didepan Jeno begitu makanannya sudah siap. "Gak niat buka restoran?""Menurut papa gimana?"
"Boleh-boleh aja, pasti bakal banyak yang beli. Masakan kamu gak kalah dari restoran-restoran luar. Mau coba? Papa bisa bantu"
"Tapi.. kan masih sekolah.."
"Loh? Masalahnya apa? Banyak loh yang buka bisnis sambil sekolah, hitung-hitung nambah tabungan sekaligus nyari pengalaman kan? Papa bisa tanya-tanya sama Xiaojun. Dia juga kan punya pengalaman buka resto, jadi gimana? Atau kamu aja yang langsung tanya-tanya sama dia biar lebih paham"
"Nanti deh dipikir-pikir lagi, lagian kan mau siap-siap kuliah juga"
"Ah iya.. benar juga.."
Lee Jeno, perlahan-lahan juga mau tidak mau pasti menua melihat anakmu semakin tumbuh dewasa.
***
"Pa"
"Hm?"
"Mama... Cinta pertama nya papa ya?"
Jeno mengerutkan keningnya, anaknya bicara apa lagi hari ini. "Kata siapa?""Paman echan.. katanya papa dulu terlalu sayang sama mama sampai-sampai gak bisa ngelepasin"
"Enak aja.. orang gila kayak dia jangan dipercaya. Kamu juga percaya kok sama orang sinting kayak dia"
"Makanya aku nanya.. gimana sih, temen sendiri dikatain sinting. Tapi Felix juga kadang gitu sih.."
Jeno menggelengkan kepalanya, dia masih fokus pada permainan game nya. "Bukan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Call Him Nana vol.2
FanfictionKembalinya Jeno, mungkin karena Jaemin benar-benar harus bahagia. [diharapkan baca Call Him Nana yang satu nya dulu sebelum kesini, terimakasih]