Xiyeon mengambil kertas yang ia temukan dari sebuah kotak berwarna biru gelap yang ditemukannya diatas lemari. Sengaja mau beres-beres saja, lagipula kotaknya berdebu sekali sampai Xiyeon bersin-bersin.
Dia tertawa kecil membaca surat yang ditemukannya ini, dia ingat betul darimana surat ini ia dapatkan.Dari Jeno,
Sebelum keduanya bertemu. Xiyeon dengan balutan gaun pengantin yang kala itu tengah bersiap-siap sedikit terkejut karena seseorang mengantarkan sebuah surat dengan amplop berwarna coklat. Jeno sendiri yang katanya menuliskan itu, setelah semalaman berpikir keras sebelum hari pernikahan mereka tiba.Saat itu Jeno hanya bisa mondar-mandir menahan rasa gugupnya. Dia tak henti-hentinya menatap jam yang terus berjalan, sebentar lagi dia harus sudah bersiap untuk melangsungkan pernikahannya. Walaupun ingin menjerit bahagia tapi tidak bisa dipungkiri jika Jeno mati-matian menahan diri agar tak lemas mendadak.
Beberapa kali bajunya harus dirapikan lagi karena Jeno yang tidak mau diam, keringat dingin terus mengucur sampai-sampai Jong-hoon emosi sendiri pada anaknya. Ini malah menyulitkan orang lain jadinya.Ketukan diruangannya membuat Jeno sumringah. Yang tadi mengantarkan suratnya sudah kembali sambil membawa kembali surat miliknya. Jeno kira Xiyeon enggan membacanya sampai orang itu menyuruh Jeno untuk membuka surat dan membalikkannya.
"OH YA TUHAN"
Jeno menjerit kesenangan. Bahkan bajunya yang semula sudah rapi jadi berantakan lagi. Jeno terlihat bahagia, bahkan anak itu menangis duluan setelah membaca balasan surat itu.
Dia kira Xiyeon tidak akan membacanya, namun balasan yang ia baca membuatnya semangat 100% untuk segera bersiap-siap, lagi.Jeno sudah siap, berdiri tegak di altar tempat mereka akan melangsungkan upacara pernikahan. Matanya tak henti menatap pintu dimana Xiyeon akan muncul dari sana, dengan gaun pengantin yang bahkan Jeno tidak tau.
Menyebalkan memang, orangtua Xiyeon dan dirinya sengaja membuat Jeno penasaran setengah mati. Begitu lagu mulai terdengar pintu akhirnya terbuka, Jeno yang semula senyam-senyum sendiri perlahan terdiam. Senyumnya luntur begitu saja menatap seseorang yang muncul dari balik pintu itu.Xiyeon dengan baju pengantin yang tampak indah sekali dikenakannya, rambutnya yang terurai bebas membuat Jeno tak henti-hentinya menatap wanita itu.
Sungguh, Xiyeon cantik sekali.
Begitu akhirnya sampai didepan Jeno, dimana mereka berdua siap untuk mengikat janji suci antara satu sama lain.
Wajah Xiyeon terlihat mengejek Jeno yang malah mematung sejak tadi."Jung Xiyeon, maukah saudara menikah dengan Lee Jeno yang hadir di sini dan mencintainya dengan setia seumur hidup baik dalam suka maupun dalam duka?"
Xiyeon menatap Jeno, senyumannya semakin lebar.
"Ya, saya mau"jawabnya tanpa ragu.Mata Jeno semakin berbinar, dia memeluk Xiyeon erat sambil menangis. Entah kenapa hari ini cengeng sekali dia.
"Harusnya perempuan yang menangis kenapa malah kamu?""Tidak tau, aku sedih"
Xiyeon terkekeh melihat kelakuan Jeno. Dirinya juga gugup, sama seperti Jeno. Tapi saat ia melihat Jeno tadi rasa gugupnya seperti hilang begitu saja,
Dia percaya Jeno bisa membahagiakan dirinya sampai waktunya dia beristirahat nanti."Suratnya masih kamu simpen ternyata?"
Xiyeon menoleh saat mendengar suara Jeno, wanita itu tersenyum sambil memberikan suratnya pada Jeno.
"Ah... Waktu itu aku terlalu berlebihan kan?""Tidak. Itu caramu untuk tidak gugup saja kan?"
"Iya sih, tapi sekarang jadi aneh saja. Kayaknya dulu emang drama aja sampe nangis-nangis begitu
Jeno memberikannya kembali, berbaring di kasur lalu menatap cincin yang melingkar di tangannya. "Terimakasih""Terimakasih untuk semuanya, Xiyeon"
"Terimakasih sudah membuatku bahagia sampai detik ini juga, Jeno"
Jeno tersenyum manis mendengarnya. Matanya sampai menyipit saking lebarnya senyuman dia. "Aku gak sangka bakal bener-bener menikah denganmu""Aku takut kalau sebenarnya aku hanya menjaga jodoh orang"
"Sembarangan" Xiyeon memukul kaki suaminya lalu berdiri untuk menaruh kotak itu diatas meja. "Tapi ternyata aku menjaga jodohku sendiri. Mungkin aku tidak akan sebahagia ini jika tidak menikah denganmu"
"Kamu lupa kita hampir tidak jadi menikah?"
"Ah iya! Waktu kamu tiba-tiba minta putus. Aku kira kamu hanya bercanda tapi kamu serius banget waktu itu. Ternyata kamu minta putus buat nerima lamaran aku, jelek banget emang pake minta putus dulu"
"Kan biar bikin kamu nangis dulu terus tar mohon-mohon"
"Kurang ajar"Jeno mencebik, bisa-bisanya Xiyeon sengaja membuatnya panas dingin saat itu.
"Waktu itu pasti cape ya? Padahal harusnya istirahat tapi acaranya masih lanjut. Kamu kayak udah lemes gitu, apalagi baju kamu kayaknya berat banget""Berat sih pasti, cape juga udah pasti tapi momen itu kan yang bikin makin berharga? Lagipula aku seneng kok waktu itu. Walaupun acaranya sampe jam 11 malam, tapi rasanya aku gak bosen-bosen. Entah darimana ide kamu adain acara kayak begitu sampai-sampai aku harus turun buat ikut nari sama kamu"
"Kepikiran aja, pasti lucu bisa nari sama kamu ditengah-tengah tamu undangan. Gaun warna biru yang kamu pake waktu itu sama rambut cuma di cepol bikin kamu cantik banget. Mungkin aku bisa terus nari semalaman, tapi mungkin besoknya pegal-pegal karena kecapean"
"Itu kamu kan yang milih gaunnya"
"Iya sih, tapi gak bisa liat orangnya juga. Masa cuma dikasih liat foto gaunnya doang, gak asik. Gak bisa liat pas langsung pake nya"
"Kan biar jadi kejutan juga, buktinya sampai melongo gitu liatnya. Aku inget banget waktu kamu cuma diem liatin aku, bahkan gak ngedengerin Haechan yang lagi ngobrol sama kamu"
Keduanya tertawa mengingat momen itu, Jeno yang membatu saking terpana melihat Xiyeon. Cantik sekali, sungguh. "Aku mau beres-beres lemari, kalau ada baju yang masih kamu mau simpen bilang, takutnya malah kebuang""Baju aku masih aku pake semuanya kok, masih berguna"
"Halah, yang kemarin baju kuning aja dijadiin lap sama kamu. Ngomong doang masih dipake semua"
"Iya-iya tar aku pilih-pilih. Lagian kalau kebuang juga tinggal beli baru apa susahnya"
Jeno mengaduh karena Xiyeon melemparkan botol bekas pembersih make up nya yang sudah habis, giliran dia beli tas marah-marah tapi sendirinya masih buang-buang uang. "Tapi kan aku kalau beli baju sekalian beli buat kamu sama Jaemin juga tau""Terus kamu pikir aku beli tas gak guna gitu? Siapa yang sering nitipin dompet ke tas aku? Yang sering nitipin kunci mobil juga siapa?"
Jeno cengengesan sambil buru-buru keluar dari kamar. Xiyeon benar juga, dia sering menitipkan barang-barangnya ke tas Xiyeon jadi ya.. tidak ada salahnya membelikan istrinya tas baru.
"Xiyeon!! Kita makan diluar ya??"[]
Edisi flashback lah ya kira-kira
KAMU SEDANG MEMBACA
Call Him Nana vol.2
FanfictionKembalinya Jeno, mungkin karena Jaemin benar-benar harus bahagia. [diharapkan baca Call Him Nana yang satu nya dulu sebelum kesini, terimakasih]