"Ada alasan dibalik nama Na Jaemin mu itu.."
Ah benar, Jaemin penasaran dengan ini. Kata mamanya sendiri namanya Lee Jaemin, mamanya sendiri yang selalu menyuruhnya untuk menulis nama Lee Jaemin saat ujian. Tapi kenapa hampir semuanya memanggilnya dengan Na Jaemin?
"dia bilang namanya Na Jaemin. Nama pamanmu"
Kaget? Tentu saja. Maksudnya apa? Kenapa papanya memanggilnya dengan nama pamannya?
Jaemin hanya diam mendengarkan Xiyeon bercerita. Sesekali pura-pura setuju dengan ucapan Xiyeon.***
Jaemin diam-diam memikirkan itu semua. Bagaimana bisa dirinya ini adalah pamannya? Xiyeon sendiri yang mengatakan jika pamannya sudah ke tempat yang lebih baik? Itu katanya.
Maksudnya papanya melihat dirinya sebagai Na Jaemin? Bukan Lee Jaemin yang nyatanya keduanya adalah orang yang beda?
Jaemin jadi merasa aneh, ia jadi merasa dirinya hanya bayangan saja. Jeno hanya menganggapnya sebagai Na Jaemin bukan Lee Jaemin anaknya.Menyedihkan,
Dirinya hanya dipandang sebagai Na Jaemin yang kasarnya berarti dia tidak punya jati dirinya sendiri?
Jaemin tau kalau ini karena Jeno belum bisa berdamai dengan masa lalunya, tapi kenapa? Kenapa harus sampai menjadikannya sebagai orang lain? Mimpi-mimpi itu, dia jadi membencinya karena ini. Dia benci mengingat ucapan-ucapan Xiyeon yang menjelaskan semuanya. Dia juga pasti lelah dilihat sebagai orang lain, bukan dirinya sendiri.
Artinya dirinya ini hanya sebagai sosok pengganti pamannya untuk ayahnya saja kan ya?***
"Aku muak."
Jaemin muak lama-lama dengan panggilan itu. Walaupun sebenarnya dia sudah terbiasa, tapi lama-lama dirinya seakan diubah menjadi Na Jaemin. Semua yang dilakukannya selalu dimirip-miripkan dengan Na Jaemin, semua yang disukainya selalu disama-samakan. Jaemin muak, dia muak dengan namanya sendiri sekarang. Dia tau ini untuk Jeno, tapi kenapa harus sampai detik ini?Dia juga sering mendengar Xiyeon berkata pada Jeno jika dirinya ini bukanlah Na Jaemin, tapi tetap saja. Semuanya sudah terbiasa memanggil Na Jaemin, semuanya. Teman-temannya, kakeknya, gurunya, semuanya. DIa muak dengan nama Na Jaemin, karena setiap hal yang ada dirinya hanya mengingatkan mereka pada Na Jaemin, bukan dirinya sendiri.
Jaemin menarik rambutnya, kepalanya terasa sangat sakit memikirkan semuanya. Apakah harus begini agar dirinya terlihat ada diantara mereka? Apakah harus dengan nama Na Jaemin?
***
"Na Jaemin sama anak kamu itu berbeda Jeno..."
Jeno menatap ayahnya bingung, maksudnya apa?
"Na Jaemin itu Na Jaemin, jangan bawa-bawa dia di kehidupan anakmu, Jeno.... Jangan buat dia seakan-akan Na Jaemin. Sampai kapanpun itu dia tetap anakmu, Lee Jaemin. Jangan jadikan dia menjadi orang lain""Loh? Bukannya Xiyeon sendiri kan yang bilang? Sudahlah, aku malas membahasnya"
"Tidak semua orang akan terlahir kembali menjadi orang yang sangat mirip seperti dia Lee Jeno. Anakmu melakukan sesuatu sesuai keinginan dia tapi kamu malah bicara dia mirip dengan Na Jaemin. Kamu tidak memikirkan perasaan anakmu?"
***
Jeno menatap anaknya yang sibuk memainkan game di ponselnya. Tangannya mengutak-atik puzzle yang belum tersusun juga. "Kamu pasti cape dipandang sebagai Na Jaemin kan?"
"Hah? Maksudnya gimana?"
"Papa belum pernah liat kamu sebagai anak papa, papa selalu liat kamu sebagai sosok adik papa"
Jaemin menatap Jeno yang mengaduk-aduk kopi digelasnya, hawanya jadi terasa dingin saat Jaemin ingat dia pernah memaki dirinya sendiri karena nama itu. "Maaf""Aku sudah dewasa sekarang, aku lebih paham situasinya dibandingkan dulu. Ya... Dulu semut mengambil makanan ku saja sudah mengomel"
"Papa terlalu melihatmu sebagai Na Jaemin.. Bukan anak papa sendiri"
Jaemin menggelengkan kepalanya. Dia kembali menyusun puzzle tapi tetap sambil mengobrol. "Emang dulu aku makin lama makin kesel, papa sering sama-samain aku kayak paman. Tapi dulu aku belum seratus persen paham sama ucapan mama, dulu aku cuma sekedar paham tapi gak tau arti yang sebenarnya. Papa cuma belum bisa berdamai sama masa lalu, papa cuma masih merasa bersalah sama paman dan lampiasin maafnya ke aku yang ternyata mirip juga dengan paman. Aku udah paham sekarang, papa juga semakin kesini semakin berdamai kan sama masa lalu? Lagipula itu udah lewat. Gak usah diinget lagi dan udah terjadi juga. Orang lain juga pasti lebih biasa manggil Nana.
Gapapa, itung-itung panggilan sayang""Anak papa.. Lee Jaemin anak papa.."
Tangan Jeno mengusap kepala anaknya, rasanya maaf belum cukup. Selain bersalah pada adiknya dia juga jadi bersalah pada anaknya, karena masih terjebak di masa lalu.
Sudah tidak ada Jeno dengan masa lalu, adanya Jeno dengan masa depan, Jeno dengan Xiyeon dan Jeno dengan Lee Jaemin, anak tunggalnya.
"Maaf""Iya, aku terima maafnya. Daripada lihat lagi masa lalu mending lihat masa depan aja. Kalau papa masih liat masa lalu terus kapan kamu lebih baik? Mending bantuin aku nyusun ini"
Jeno terkekeh, kembali mengusap kepala Jaemin sebelum duduk disebelah anaknya untuk membantu Jaemin menyelesaikan teka-teki itu."Jangan jadiin aku mirip paman lagi ya, pa? Tiap papa bilang aku mirip aku selalu ngerasa punya masalah yang belum diselesaikan. Aku gak mau terus kepikiran masalah yang sebenernya gak tau apa itu, tidurku gak nyenyak lagi waktu itu.. Aku jadi takut gagal didepan papa"
"Maaf ya? Papa jadi kayak maksain kamu buat mirip sama dia. Padahal sebenernya kamu itu beda, anak papa ini beda tapi malah papa mirip-mirip in"Jeno menangkup pipi Jaemin yang masih sibuk menyusun puzzle. "Kamu pasti terbebani"
"Gak juga, cuma selalu ngerasa ada beban berat setiap papa hubungin aku sama paman. Hehe, maaf ya gak ngomong dari dulu"
[]
Bonus deh hehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Call Him Nana vol.2
FanfictionKembalinya Jeno, mungkin karena Jaemin benar-benar harus bahagia. [diharapkan baca Call Him Nana yang satu nya dulu sebelum kesini, terimakasih]