21. Hasil didikan

382 66 8
                                    

"masih merhatiin itu?"
Jaemin tidak menjawab. Matanya masih tertuju pada sebuah kupu-kupu yang berada di dalan toples kaca.
Jeno menangkapnya tadi pagi, sengaja untuk Jaemin.

"Na,"

"Iya?"

"Papa mau tanya boleh?".
Jaemin mengangguk, matanya masih menatap kupu-kupu yang kini hinggap di ranting yang ada didalam toples.
"Kamu... Bangga gak punya papa?"

"Maksudnya?"

"Dulu kamu sering lewatin acara sekolah karena papa yang minta. Kamu juga pernah jadi bahan ejekan temen kamu karena papa terlalu sering nganterin kamu. Papa juga bikin kamu nangis, bikin kamu sakit, bikin kamu gak bisa bahagia untuk waktu yang cukup lama.
Singkatnya sih, papa terlalu ngatur kamu. Bahkan sampai larang kamu ikut kemah di sekolah.."

Jeno diam begitu anaknya tak bicara apapun. Dia malah mengetuk-ngetuk toples kaca didepannya.
"Papa cuma bikin kamu susah ya karena masa lalu? Kalau iya gak apa-apa, papa cuma mau nanya karena papa ngerasa gagal aja... Udah itu aja, cepet tidur, udah malem"

Tidak, Jeno tidak ingin berhenti mengobrol secepat ini. Namun reaksi Jaemin membuatnya mengurungkan niat untuk mengobrol lebih jauh lagi.
Keduanya sudah cukup jarang memiliki waktu berdua.
"Kalau seandainya aku anggap papa nyusahin..
Aku gak mungkin nangisin papa dari dulu"

"Papa ajarin apa itu jujur, apa itu baik, apa itu pemaaf.. juga apa itu ikhlas waktu uang ku ilang. Kalau dulu papa gak ajarin itu mungkin aku bakal ngelawan sama mama sekarang, aku gak bakal peduli sama omongan papa, aku gak peduli kata-kata ku kasar atau lainnya.
Aku pernah dikasih tau sama guru, didikan orang tua itu berpengaruh sama bagaimana anaknya kedepannya. Entah menjadi anak yang kasar, anak yang tidak peduli dengan lingkungannya atau menjadi anak yang bahkan meminta maaf saat seekor semut kecil gak sengaja dia injek.
Lagipula aku sendiri gak yakin kok sama diri sendiri. Bisa sampai titik ini kalau gak ada orang tua kayak mama sama papa. Pasti banyak yang mau punya orang tua kayak kalian.
Aku nya aja yang kadang kurang bersyukur, punya papa yang 24 jam selalu ada. Punya mama yang siap sedia kalau aku butuh sesuatu, punya kakek yang selalu dukung aku. Punya temen-temen yang selalu ada sampai sekarang.
Aku lupa semua itu waktu nekat buat.. ya papa tau lah..
Aku lupa kalau aku belum keliling kota lagi sama papa sampai tengah malem. Aku lupa kalau seandainya aku mati gak bisa makan masakan mama lagi. Aku lupa kalau mati nanti aku gak bisa main sama temen-temen sampe papa nelpon berkali-kali karena belum pulang. Aku lupa kalau seandainya aku mati, aku bikin kakek sedih karena ingkar sama janji dia buat jagain papa"

"Aku kelewat bangga, itu aja"

"Maaf ya.."

Jaemin menggeleng, jarinya kini mengetuk tutup toples itu,
"you're enough, you're the best dad for me"

"Sok Inggris... Masalahnya tiap kamu ngomong Inggris itu bikin papa nangis mulu"

"Cengeng"

Jeno menatap Jaemin seram lalu melemparkan bantal ke arah Jaemin,
"TERUS YANG KEMARIN NANGIS KARENA JEMPOLNYA KEJEPIT PINTU SIAPA?"

"YA NAMANYA JUGA SAKIT"

***

"Heh.. apa-apaan itu"
Jaemin menjulurkan lidahnya dan tetap memeluk Xiyeon. Jeno mencebik kala Xiyeon malah membalas pelukan anaknya itu. "Ciee cemburu.."

"Siapa yang cemburu? Kepedean"

"Ya udah.. ayo Na, kita jalan-jalan berdua aja hari ini"

"HEH!"
Jaemin menyembunyikan wajahnya karena tak tahan ingin tertawa. Wajah Jeno merah sekarang, antara malu mengakui dan marah karena pergi tanpa mengajaknya.
"Kamu juga belum mandi, sok pengen ikut"

"Awas ya ninggalin.. awas.."
Jaemin menatap Jeno yang berlari menuju kamar. Dia menyandarkan kepalanya di bahu Xiyeon,
"Mama lihat tadi malem papa sama kamu lagi ngobrol serius.. ngobrol apa?"

"Bukan apa-apa.. cuma papa yang tiba-tiba minta maaf doang habis itu dia juga yang nangis. Dasar cengeng"
Xiyeon tertawa mendengar hinaan yang dilontarkan Jaemin pada Jeno. Dia menatap jempol tangan Jaemin yang di plester.
Iya kemarin anak itu tiba-tiba teriak sampai menggemparkan seisi rumah yang awalnya damai. Jaemin berteriak sembari menangis begitu jempolnya terjepit pintu kamarnya sendiri. Sedikit lecet tapi bisa Xiyeon lihat jempol anaknya terlihat sedikit membiru.

Lagipula itu juga karena Jeno. Bukan maksud Xiyeon menyalahkan Jeno tapi kemarin suaminya itu sengaja berteriak akan meninggalkan Jaemin ke toko buku makanya Jaemin sampai terburu-buru seperti itu.
"Belajar yang rajin.. biar bisa lulus sebagai juara lagi. Biar orang liat Na Jaemin yang dulu pernah di skors bisa lulus dengan nilai terbaik"

"Tapi enggak dengan sikap"

"Sikap kamu kelewat baik, gak bakal ada yang anggap kamu orang jahat. Kamu orang baik, Na"

Jaemin menatap Xiyeon, "aku takut"

"Kenapa? Apa yang harus kamu takutin?"

"Aku bakal tinggal sendiri nanti buat sekolah. Biasanya tiap hari ada mama atau papa, nanti cuma sendiri. Di tempat asing lagi parahnya."

"Gak usah takut.. mama juga pasti bakal dateng sesekali. Mama juga bakal sering telpon kamu, bakal sering nanyain kabar kamu. Oh iya, inget teman mama yang dulu satu rumah sakit sama mama?"

"Bibi Soo Yeon?"

"Iya, ternyata dia pindah tugas ke Inggris, katanya memang di kota Oxford. Mungkin kamu bisa ketemu dia nanti. Biar dia pantau juga kesehatan kamu, mama takut makan kamu gak dijaga kalau gak ada mama"

Jaemin tersenyum, kembali bersandar pada bahu Xiyeon. "Anak mama pasti bisa kok.. mama percaya sama kamu. Kamu gak perlu mikirin biaya, itu biar jadi urusan mama sama papa aja. Tugas kamu belajar, nanti pulang kesini kamu bakal jadi orang paling spesial karena bisa jadi juara"

"Belajar pokoknya, kalau ada yang gak ngerti tanyain. Kalau butuh sesuatu bilang. Kata paman Mark, Seojun mau bantuin kamu belajar biar bisa pergi kesana. Makanya anaknya mama yang paling mama sayang ini jangan terlalu mikirin banyak hal biar gak stress kedepannya. Pasti bisa kok"

Xiyeon yakin perlakuan nya ini pasti disebut memanjakan Jaemin. Bukan itu, tapi Xiyeon tau Jaemin berhak mendapatkan ini semua setelah panjangnya masalah yang ia hadapi.
Xiyeon ingin melihat Jaemin bisa senang sampai kedepannya, masa bodoh seperti apa caranya. Tujuannya satu sekarang, membuat anaknya bahagia sampai lupa semua masa-masa yang nyaris merebut Jaemin dari pelukannya.
"Gak ada yang harus ditakutin. Kamu layak, kamu pantas buat masuk universitas itu dan kamu pantas pulang sebagai orang sukses nantinya. Oke?"

"Oke!"

"Udah ngobrol nya? Jamuran nih aku nungguin kalian ngobrol. Ayo pergi"

[]

...ciee anak pinter ini mau ke Oxford
Aku yang ngetik, aku juga yang gak rela
Apalagi kalian

Itu lagu di mulmed bisa jadi pengantar tidur loh

Call Him Nana vol.2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang