28. Ingat istirahat, Jaemin

181 16 3
                                    

Kadang Jaemin ingin memaki dirinya sendiri. Mood nya sama sekali tidak bekerjasama dengannya, disaat semula tengah baik moodnya seketika turun drastis.
Seperti sekarang, Jaemin duduk sambil memakan mi instan. Didalam minimarket dengan lagu yang mengalun. Matanya memperhatikan jalanan dimana mobil dan motor berlalu lalang tanpa masalah. Jeno menelponnya tadi, mungkin ia ketahuan tidak ada dikamar, larut malam.

Dia menunda mi yang tinggal setengah, memakan onigiri yang dibelinya juga. Sepertinya asik jika semalaman diluar sini dengan mood yang tidak jelas. Dia menggeser posisi nya begitu ada seseorang yang menaruh cup mi di atas meja sebelahnya. Dia ikut duduk di sebelah Jaemin, larut dalam diam dengan lagu yang tak henti-hentinya mengalun.
Jaemin bahkan sudah menyiapkan sekaleng kopi, berharap dia bisa terjaga semalaman di minimarket 24 jam ini.

Kepalanya tak sengaja menoleh, menatap pria disebelahnya yang sibuk menyeruput mi. "Aku kira aku tidak akan ditemukan"

"Mustahil. Firasat papa selalu tau kamu dimana. Mood gak jelas lagi?"

"Ya... Aku berniat tidak tidur malam ini. Rasanya seperti malas untuk tidur"
Jeno kembali memakan mi nya, mengabaikan beberapa orang yang lewat diluar minimarket. Ada juga yang masuk untuk membeli sesuatu. Jaemin merogoh saku nya dan kembali berdiri, menuju rak yang tidak jauh dari tempatnya duduk.
"Kamu sudah makan tiga bungkus onigiri ditambah mi, apa tidak kenyang?"

"Persiapan untuk semalaman"Jeno menoleh menatap Jaemin membayar makanan miliknya di kasir. Kembali dengan dua bungkus onigiri dan sebungkus keripik jagung. "Nasib baik tempat ini gak jauh dari rumah. Papa berhadap minimarket ini terus buka"

Jaemin kembali memakan mi nya, sesekali meneguk kopi bersuhu dingin yang berada didalam kaleng. "Sebenarnya hal terbaik untuk menikmati malam katanya sambil makan cemilan dan minum soju, kata orang"

"Tapi papa mu saja nyaris pingsan karena itu"
Jaemin tersenyum tipis. Apa begini rasanya menjadi dewasa?
Perasaan yang biasanya selalu ada saat menunggu Jeno pulang lama kelamaan semakin pudar. Perasaan Jaemin yang biasanya tidak sabar untuk memeluk erat Jeno perlahan hilang. Ada rasa takut didalam hati Jeno, dia takut jika anaknya nanti jadi melupakannya begitupun sebaliknya. Jaemin takut jika dirinya nanti perlahan lupa pada Jeno.
Jaemin menjatuhkan kepalanya pada lipatan tangannya, diam sambil memejamkan mata. Membiarkan Jeno yang malah memakan onigiri milik Jaemin.

"Na?"
Jeno tersenyum. Dia tau anaknya tidak kuat untuk begadang, buktinya dia tertidur begitu saja sekarang.
"Terimakasih ya? Dia mungkin akan sering datang kesini nanti"

***

"Astaga punggung ku rasanya mau patah saat membawa Jaemin ke mobil"

"Lagian dia sudah besar Jeno, bangunkan dia. Jangan malah digendong kayak masih kecil"

"Gak tega"

"Beda emang ayah yang milih anaknya daripada istrinya"sindir Xiyeon sambil mengaduk teh hangat yang baru ia buat. "Jaemin padahal bilang mau ke rumah Chenle, kenapa masih mengikutinya sih?"

"Kamu gak tau rasanya, Xiyeon"
Wanita itu tersenyum begitu menyadari maksudnya. Dia memberikan gelas ditangannya lalu duduk disebelah Jeno. "Jen.. memang sudah waktunya kita biarin dia pergi.. cuma belajar bukan kemana-mana. Gak mungkin Jaemin harus terus-terusan disini. Dia juga harus nambah pengalaman"

"Aku tau kamu khawatir. Tapi aku yakin Jaemin belajar banyak darimu. Dia pasti bisa menjaga dirinya baik-baik nanti, lagipula ada temen aku disana kan? Sesekali mungkin dia bakal ngasih kabar tentang Jaemin. Jangan kayak gitu, kalau Jaemin lihat kamu kayak gitu dia bakal ragu buat kesana. Nilainya bagus semua, sayang kalau tidak dikembangkan. Jaemin bilang dia mau masuk klub buat baseball disana kalau dia nemu. Kamu gak bisa terus-menerus didekat dia Jeno.."

"Aku.."

"Jaemin baik-baik saja. Dia udah semangat buat belajar disana, kita sebagai orangtuanya harus dukung. Jaemin gampang luluh kalau liat kamu lemes kayak gini, kayak gak makan dua hari. Dia juga gak selamanya disana, dia pasti pulang. Kita bisa sesekali kesana, ya?"

"Udah dong jangan cemberut gini.."Xiyeon mencubit pipi Jeno pelan, menyandarkan kepalanya pada dada suaminya sambil menatap wajah Jeno yang masih saja cemberut.
"Mukamu kayak bayi yang ditinggal mama nya"

Jeno menatap Xiyeon datar, istrinya paling jago mengejek memang. Tangannya memeluk tubuh Xiyeon, menyembunyikan wajahnya. "Udah jelek lebay lagi"

"Dih.. gini-gini juga banyak yang ngejar ya. Emangnya kamu, gak ada cowok yang mau deketin lagi"

"YA DIRIMU SAJA YANG NGANCEM TIAP ORANG BUAT GAK DEKETIN AKU"

***

Jaemin menatap horor orangtuanya, sebenarnya hari ini berjalan seperti biasanya tapi tidak dengan Jaemin.
"Kamu kenapa sih? Liatnya gitu amat"

"Ayo, papa anterin"

"Gak. Makasih."Jaemin beranjak dan memakai tas nya. Sebelum keluar dari pintu Jaemin berbalik, menatap Xiyeon dan Jeno bergantian.
"Lain kali kalau mau ciuman liat dulu ada orang gak disekitarnya"

"HEH?!"
Jaemin menaiki sepedanya, menulikan telinga dengan sengaja saat Jeno berteriak memanggilnya berulang kali. Sial memang dirinya semalam, malah turun untuk mengambil minum.
Haechan benar, Jeno diam-diam memang bodoh ternyata dibalik paras tampan nya.

"Bener kata kakek, gak baik ngambil minum malem-malem"

***

"Jangan terlalu keras ya Jaemin?"
Jeno menyandarkan kepalanya ke pintu, Jaemin tidak menjawabnya dan tetap menatap buku didepannya. "Jangan belajar sampai malem."

Jaemin tetap tidak menjawab. Matanya dengan cepat membaca setiap kalimat dibukunya. Nyatanya kepalanya seakan mau pecah saking pusingnya materi-materi ini. Dia ingin lulus dengan nilai paling baik, ingin bisa kuliah ditempat yang dia mau. Jaemin menengok kala merasa ada sesuatu yang dingin menempel dikepalanya. "Buat temen belajar."

Jeno menaruh kaleng minuman ke atas meja. Dia menatap sebentar Jaemin lalu kembali keluar kamar. Xiyeon sudah tidur lebih dulu daripada Jeno. Dia menyuruhnya untuk tidur duluan kala tau Jaemin belum tidur. Ini sudah jam 2 pagi dan Jaemin masih fokus menghafal untuk ujiannya. "Papa.."

"Sudah mengantuk?"

Jaemin mengangguk. Matanya terasa gatal dan perih karena terlalu lama membaca buku pelajarannya. Jeno yang membereskan buku-buku yang berserakan diatas meja, Jeno juga yang merapikan alat-alat belajar yang sudah tidak tertata. "Tidur, kamu juga butuh istirahat tau. Kepala kamu ini, harus diistirahatkan."

Jeno menarik selimut dan menyelimuti tubuh Jaemin. Dia menepuk pelan kepala Jaemin beberapa kali,
"Papa gak minta kamu harus kuliah di luar negeri. Papa tau kamu mau kuliah diluar, papa tau seberapa besar keinginan kamu buat lanjut belajar ditempat yang kamu. Tapi jangan berlebihan ya nak, kamu gak tau kapan badan kamu bisa bertahan kalau terlalu keras tanpa istirahat."

[]

CUNG YANG NUNGGUIN!
Hehe..

Call Him Nana vol.2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang