Barang Bukti

24.2K 2.2K 61
                                    

Mas Karno membaca pesan di ponselnya. "Lu baca sendiri aja nih!" Dia menyerahkan ponselnya padaku.

Kubaca pesan dari Beti. [Kalau bener Indri. Sepengatuhan saya dia udah pergi jadi tenaga kerja di Hongkong]

"Indri? Mungkin itu nama panggilan lain dari Mita," pikirku.

"Bales apa, Mas?" tanyaku bingung.

"Loh, lu yang punya urusan. Masa nanya gw," balas Mas Karno.

Setelah berpikir beberapa menit, aku pun membalas pesan Beti.

[Apa seminggu terakhir ini ada kabar dari Indri?] Ketikku, lalu mengirimnya.

Tak lama sebuah balasan muncul di layar ponsel. [Terakhir kali chat sama dia waktu di penampungan, Pak]

[Boleh saya minta nomor keluarganya?]

[Coba nanti saya tanyakan, Pak. Kalau sekarang saya lagi kerja]

[Baik, Mbak. Makasih ya]

Kuserahkan kembali ponsel pada Mas Karno. "Udah?" ucapnya.

"Udah, Mas."

"Jadi gimana?"

"Tunggu dia pulang kerja dulu."

"Oh, ya udah. Gw balik dulu, Din. Mata dah perih ini, harus tidur."

"Oke, Mas. Makasih dah jauh-jauh datang ke mari."

"Santai. Dah sana tidur, jangan ampe sakit. Ntar musti temenin gw jaga malem lagi."

"Siap, Mas."

Mas Karno naik ke atas motornya, kemudiannya memacunya ke luar dari halaman kosan. Aku pun masuk ke dalam kos, mencuci muka, lalu membaringkan badan di atas kasur.

__________

Tepat pukul lima sore, aku sudah pergi ke rumah sakit. Sengaja datang lebih cepat, untuk bertemu Pak Kosim.

Tet!

Kunyalakan klakson, saat melewati pos satpam. Kemudian berlalu, menuju parkiran.

"Tumben lu jam segini dah muncul," sapa Bahar, saatku menaruh tas kecil di pos.

"Biasa ada urusan," balasku.

"Pak Kosim?"

"Iya. Belum balik, Kan?"

"Kayanya sih belum. Gw gak liat motornya lewat sih daritadi."

"Sip, gw ke dalem dulu ya, Har."

"Oke."

Aku berjalan menuju kamar mayat. Jam segini tak mungkin Mita muncul di sana. Apalagi langit masih terlihat terang.

Setibanya di depan lorong, kulihat lampu kamar mayat masih menyala. Namun, aku masih ragu untuk mendekat.

Tak lama, pintu kamar mayat terbuka. Pak Kosim muncul dari balik pintu. Dengan gegas, aku menghampirinya.

"Astaghfirullah, bapak lupa nelepon Beti," ucap Pak Kosim saat melihatku.

"Gak apa-apa, Pak. Saya udah SMS-an sama dia tadi pagi," balasku.

"Bagus lah, terus gimana hasilnya?"

"Beti sempet bilang satu nama, Sasmita Indriani. Jujur saya masih ragu kalau itu Mita yang kita maksud atau bukan."

Brug! Brug!

Terdengar suara berisik dari dalam kamar mayat.

"Suara apa itu, Pak?"

"Gak tau. Bentar bapak cek." Pak Kosim masuk ke dalam. Beberapa saat kemudian dia ke luar.

Panggilan Telepon Dari Kamar Mayat [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang