Pencarian

31K 2.5K 127
                                    

Aku bangkit, berjalan ke luar pos dengan sedikit sempoyongan. Kemudian duduk di kuris depan. Tak lama Mas Karno muncul dari luar gerbang.

"Dah bangun lu?" sapanya seraya menghampiriku.

"Iya, Mas," balasku pelan.

"Napa lu? Muka kusut gitu?"

"Sekarang jam berapa ya, Mas?"

"Keenakan tidur bisa bikin orang jadi pelupa. Kan tinggal lu nengok ke belakang. Tuh jam segede gaban!"

"Oh, Ya." Aku menoleh ke belakang. Sudah pukul 03:30.

"Lu kenapa sih, Din? Lemes gitu, kaya kurang semangat hidup."

"Tadi pas bangun tidur. Dia datang, Mas."

"Dia? Yang suka nelpon dari kamar mayat itu?"

Aku mengganggukan kepala dan bangkit.

"Mau ke mana lu, Din?" tanya Mas Karno.

"Abis tidur hawanya lapar, Mas. Pengen makan mie sama minum kopi," balasku.

"Gw ikut!"

"Loh? Bukannya tadi Mas abis dari sana?"

"Laper lagi, pengen beli roti bakar."

"Alesan, bilang aja takut sendirian di pos," ledekku.

"Dah, yuk!" ajaknya. Kami pun berjalan menuju warung seberang.

_______

Sambil menunggu pesanan, aku kembali mengingat-ingat mimpi tadi. Sepertinya mimpi itu berisi sebuah petunjuk tentang rumah Mita.

Air terjun yang bentuknya unik, berkelok, seperti perosotan. Mita bilang, dia sering datang ke sana bila banyak pikiran. Namun aku tak ingat pesan terakhirnya. Apa ya? Aku berusaha mengingat-ingatnya.

"Ada kata rumah," pikirku. Terus kelanjutannya apa? "Kenapa bisa sampai lupa!" gerutuku.

"Din? Lu sehat?" tanya Mas Karno. "Daritadi ngelamun terus ngedumel sendiri."

"Sehat, Mas," balasku.

"Lagi mikirin apa sih?"

"Mimpi."

"Seriusan? Mimpi doang dipikirin. Astaga ...."

"Mimpinya penting, Mas."

"Di mana-mana mimpi itu cuman bunga tidur. Penting apanya?"

"Kayanya yang tadi bukan bunga tidur doang, tapi ada pesannya."

"Emang mimpi apaan?"

"Mimpi ketemu Mita di air terjun."

"Mita? Mita siapa?"

"Itu yang lagi gentayangan di rumah sakit."

"Oh, namanya Mita. Sempet-sempetnya lu mimpiin dia. Parah lu, Din!"

"Bukan gitu, Mas. Kayanya dia mau kasih pesan tentang rumahnya. Cuman saya lupa omongan dia apa. Abisnya tiba-tiba muncul di depan muka gitu, kan kaget," jelasku.

"Ya lu inget-ingetlah. Minum kopi dulu biar pikirannya fresh."

"Ini saya juga masih berusaha, Mas."

Aku menyeruput kopi, sambil memikirkan pesan Mita.

"Rumah ... rumah." Kuulang-ulang kata tersebut di pikiranku. Argh! Tetap tak ingat.

Beberapa saat kemudian, mie rebus pesananku sudah tersedia. Bergegasku menyantapnya.

"Buru-buru amat lu, Din?" tanya Mas Karno. "Laper?"

Panggilan Telepon Dari Kamar Mayat [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang