Pesan Dari Beti

23.5K 2.1K 90
                                    

Sudah lebih dari satu jam, tapi belum juga ada balasan dari Beti. Apa dia sudah tidur? Rasanya aneh, baru jam delapan malam sudah tidur. Apa mungkin dia tidak suka melihat foto yang kukirim? Argh! Semua prasanka ini terus menghantuiku.

"Daritadi liatin jam terus." Mas Karno menepuk pundakku.

"Udah sejam lebih masih belum dibales."

"Sabar, Din. Bisa jadi dia lagi ada kesibukan."

"Boleh dicek gak, Mas. Pesannya udah dibaca atau belum?"

"Nih lu cek aja sendiri!" Mas Karno menyerahkan ponselnya.

Kulihat pesan whatsapp tadi, masih centang satu. "Centang satu," ucapku kecewa.

"Tunggu aja, mungkin besok pagi baru dibales. Kaya tadi pagi."

"Semoga ya, Mas."

_________

Sekitar pukul sepuluh malam, terdengar suara sirine. Tak lama, terlihat ambulan melewati gerbang.

"Ada yang kecelakaan lagi kayanya, Mas," ucapku.

"Belum tentu."

Dari depan pos, aku bisa melihat seorang wanita sedang terbaring di atas brankar. Tak terlihat ada darah sedikit pun.

"Tuhkan, belum tentu korban kecelakaan," ucap Mas Karno.

"Iya, Mas."

Tak lama, ambulan itu pergi meninggalkan rumah sakit.

"Din, lu laper gak?" tanya Mas Karno.

"Sedikit sih."

"Beliin pecel lele di belakang dong." Maksud Mas Karno ini, jalan raya di belakang rumah sakit. Dekat dengan pemakaman.

"Emang ada yang jualan, Mas?"

"Ya, makanya lu liat. Jualan kagak."

"Hadeh. Jauh, Mas," keluhku.

"Tinggal naek motor. Bentaran doang nyampe."

"Tapi, Mas ...."

"Buruan, nih duitnya. Lu beli aja sekalian." Mas Karno menyerahkan uang pecahan 50 000.

"Nah kalau gini, saya jadi semangat." Aku pun bangkit, lalu berjalan ke parkiran. Setibanya di parkiran, langsung menyalakan motor.

"Eh, Din!" panggil Mas Karno saat motorku melewati pos.

"Ya, Mas?" sahutku seraya menghentikan laju motor.

"Jangan lupa sambelnya yang banyak."

"Sip!" Aku mengacungkan jempol, lalu pergi ke tempat tujuan.

_________

"Baru jam segini, jalanan udah sepi aja," ucapku dalam hati, seraya memacu motor dengan kecepatan sedang.

Di depan sudah terlihat pertigaan. Aku pun langsung berbelok ke kiri. Jalanannya agak menurun, di kiri dan kanan banyak pepohonan besar menjulang tinggi. Membuat jalanan ini terlihat cukup menakutkan.

Tiba di ujung jalan, aku berbelok lagi ke kiri. Masuk ke jalan di belakang area rumah sakit. Tembok tinggi terbentang dari ujung ke ujung, menutupi area pemakaman.

Kuedarkan pandangan, terlihat ada warung pecel lele di bagian kanan jalan. Dengan gegas aku mengarah ke sana. Kemudian memarkirkan motor di depan warung tersebut.

Terlihat beberapa orang sedang menunggu pesanan. Ada juga yang sedang makan di tempat.

"Mas pecel lele dua. Yang satu sambelnya banyak," pesanku.

Panggilan Telepon Dari Kamar Mayat [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang