Rencana Pemulangan Jenazah

23.2K 2.3K 123
                                    

Senyumku mengembang, senang. Akhirnya jenazah Mita bisa segera dipulangkan. Kubalas pesan dari Beti, isinya menanyakan alamat rumah orang tua Mita. Tak lama dia membalasnya.

[Jalan Sinarbaya, desa Leuwimekar, Kecamatan Leuwiliang, Bogor]

Buru-buru kucata alamat itu. Lalu, membalas pesannya.

[Apa keluarga Indri udah tau, Mbak?]

[Belum, Pak. Saya belum pergi ke rumah Indri. Ini baru mau ke sana]

[Baik, Mbak. Nanti saya telepon lagi]

[Iya, Pak]

Telepon ditutup.

"Orangnya lagi ke rumah Mita," ucapku pada Mas Karno.

"Tunggu aja, Din. Gw bisa pulang bentaran. Yang penting masalah ini kelar dulu," balasnya.

"Makasih, Mas."

Sepuluh menit berselang, ada panggilan telepon masuk dari Beti. "Saya udah ada di rumah Indri," ucapnya mengawali percakapan.

"Apa sekarang keluarganya udah tau?"

"Udah." Sayup-sayup terdengar suara isak tangis dari balik telepon. Suara Beti pun agak berubah, sedikit serak.

"Rencananya kapan jenazahnya akan diantarkan, Pak?"

"Saya belum tau, Mbak. Soalnya di sini saya cuman satpam. Saya masih harus melapor ke pihak rumah sakitnya dulu."

"Tolong kabari saya segera ya, Pak. Kasihan keluarganya."

"Baik, Mbak."

Kututup telepon. Kemudian duduk di samping Mas Karno. "Jadinya gimana, Din?" tanyanya.

"Mas pulang aja, saya musti nunggu Pak Kosim dulu. Biar pemulangan jenazah Mita bisa cepet diurus. Keluarganya udah nunggu," balasku sambil menyerahkan ponselnya.

"Ya udah, gw balik dulu, Din." Mas Karno bangkit, lalu menaiki motornya yang daritadi terparkir di depan pos.

_________

Kurang dari 30 menit, Mahmud pun datang. Aku memberitahunya tentang pemulangan jenazah Mita.

"Akhirnya ketemu juga alamat keluarganya, Din," komentarnya saat mendengarkan ceritaku.

"Iya, Mud. Semoga hari ini bisa langsung dianter ke sana."

"Iya, Din."

Bahar pun datang. Kami bertiga mengobrol di depan pos, sambil menunggu Pak Kosim.

Selang 20 menit kemudian, terlihat motor Pak Kosim memasuki gerbang rumah sakit. Aku langsung bangkit dan berjalan mengikutinya hingga parkiran.

"Pak," sapaku saat tiba di parkiran.

"Ya, Dek," balasnya seraya melepaskan helm.

"Saya udah dapet alamat rumah Mita."

"Adek serius?"

"Iya, Pak. Ini." Aku menyerahkan kertas yang tertulis alamat rumah Mita.

"Adek yakin alamatnya bener?" Pak Kosim tampak ragu.

"Beti sendiri yang kasih alamatnya. Terus, orang tua Mita juga udah mengenali jenazah Mita."

"Alhamdulillah kalau begitu. Sekarang tinggal ngomong ke pihak rumah sakitnya."

"Apa bapak bisa bantu? Saya kurang begitu paham."

"Saya pasti bantu."

Pak Kosim mengajakku ke dalam. Kami pun berjalan menunju ruang pengelola rumah sakit.

Panggilan Telepon Dari Kamar Mayat [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang