Cerita Pak Kosim

22.8K 2.1K 113
                                    

Aku melirik ke arah Pak Kosim. Bingung, melihat apa yang terjadi. Mobil yang tadinya menyala, tiba-tiba mati lagi.

"Coba, Dek. Nyalain lagi!" Pak Kosim memintaku menukar posisi dengan sang supir. Setelahku putar kuncinya, mobil kembali menyala.

"Kayanya adek yang harus nyetir mobilnya," ucap Pak Kosim.

"Tadi saya kan udah bilang, gak bisa nyetir mobil, Pak," sahutku masih duduk di depan kemudi.

"Bapak cuman becanda."

"Jadinya gimana ini, Pak?" tanya Sang Supir.

"Biar bapak sama Dek Satpam aja yang antar."

Spontanku menoleh ke arah Pak Kosim. "Serius, Pak?"

"Iya. Nanti biar bapak aja yang nyetir."

"Tapi, Pak. Perjalanannya lumayan jauh."

"Dulu sebelum jadi penjaga kamar mayat. Bapak lebih dulu jadi supir mobil jenazah," jelasnya.

"Terus saya ngapain, Pak?" tanya Sang Supir yang daritadi berdiri memperhatikan kami.

"Masnya gantiin saya aja jaga malam. Kasian Mas Karno kalau jaga sendirian," balasku.

"Wah jadi tukeran job dong."

"Canda, Mas," balasku tersenyum.

Pak Kosim dan sang Supir pun mengobrol sebentar. Sementara aku berdiri di dekat pintu mobil. Sesekali melirik ke arah kaca spion, terlihat peti jenazah Mita. Seketika, bulu kudukku meremang.

Aku pun melangkah menjauh dari mobil. Kulihat jam tangan, sudah pukul 15:30.

"Pak, saya ke mushola dulu ya. Mau sholat ashar dulu sebelum berangkat," ucapku pada Pak Kosim.

"Iya, Dek."

Aku pun berjalan ke mushola. Di lobi, bertemu dengan Mahmud yang sedang berdiri.

"Ngapain lu, Din?" ucapnya.

"Mau ke mushola," balasku.

"Maksud gw, ngapain lu jam segini dah ke rumah sakit."

"Mau anter jenazah Mita."

"Loh? Lu ikut juga."

"Iya, Mud."

"Di daerah mana emang rumahnya?"

"Bogor."

"Oh deket."

"Ya dah, gw ke mushola dulu, Mud."

"Siap!"

Aku melanjutkan jalan ke mushola.

__________

Sekembalinya dari Mushola, Pak Kosim sudah duduk di kursi pengemudi. "Yuk, berangkat, Dek. Udah sore banget ini," ucapnya saatku mendekat ke mobil. Bergegasku duduk di sampingnya.

Mobil pun melaju. "Har!" sapaku pada Bahar saat mobil melewati pos. Kemudian meninggalkan rumah sakit. Pak Kosim bilang, butuh sekitar tiga jam perjalanan. Itupun jika tidak macet.

"Untung adek datang. Kalau gak, mobilnya gak bakal berangkat-berangkat," ucap Pak Kosim.

"Iya, Pak. Itu juga gara-gara Mita yang maksa," balasku sambil melirik kaca depan, melihat peti jenazahnya.

"Oh ya, Pak. Katanya tadi banyak halangan pas bawa jenazahnya?" tanyaku.

"Adek liat sendiri, Kan? Mobil aja bisa mogok sendiri. Sebelum itu bapak juga sempet dikerjain sama dia."

Panggilan Telepon Dari Kamar Mayat [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang