7. Suatu hari di tongkrongan

131 50 6
                                    

Sorry for typo(s)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sorry for typo(s)

7. Suatu hari di tongkrongan

Kegiatan seperti biasa di setiap hari, remaja yang katanya sedang di perlukan untuk mencari ilmu. Dari pagi hingga menjelang sore dipenuhi oleh peluh keringat, lelah pikiran, berseru heboh menyenangkan, bahkan adanya sebuah permasalahan.

Riuh suara murid pulang sekolah semakin terdengar, menaiki kendaraan masing-masing untuk menuju rumah atau menuju tempat lainnya.

Banyak pedagang sekitar sekolah mulai sibuk melayani para pemuda pemudi yang haus dan lapar setelah di buat pusing oleh pelajaran.

Tahun ini sebentar lagi usai, para murid kelas 10 akan beranjak naik ke kelas 11. Termasuk Aleden, lelaki berkulit tan yang biasa di panggil Al dengan rambut legam halus sedikit berantakan karena angin, menggunakan jaket jeans yang selalu ia pakai.

Lelaki yang dengan segala kebandelannya, mendudukkan pantatnya di kursi kayu warung jajanan Teh Cinta dengan santai menaikkan satu kaki kiri nya.

"Punten Teh. Biasa nya! Jangan pake plastik di gelas aja es batunya banyakin," ujar Al menggunakan logat Sunda nya setelah mengangkat tangan ke udara.

"Sama gorengan tiga," Al menyomot tahu isi, bakwan, cireng, tempe, risol dan pisang goreng. Merasa sudah terbiasa, pemilik warung jajanan tersebut menggelengkan kepala nya melihat Al menyomot enam macam gorengan.

Mulut saja bilang tiga, padahal bisa saja lelaki itu menyomot habis semua dagangan miliknya. Tenang, Al tetap akan membayar semua.

Setelah puas makan dan mulutnya mulai lelah mengunyah, lelaki itu meraih benda pipih di saku celana, mengetikkan sesuatu untuk kedua wanita yang ia cintai.

Pertama-tama ia akan mengabarkan perempuan yang sudah melahirkan dirinya bahwa lelaki itu akan pulang terlambat untuk melawan rival geng motornya.

Tentu saja Al bebohong pada Ibunya, kali ini dengan alasan mengerjakan tugas bersama Nimar si wakil ketua kelas dan Bobby sohib nya. Kemudian ia mengambil vape, mengisap dan menghembuskan nya berulang kali.

Mengingat kejadian semalam, kali ini Al mengabaikan pesan dari seseorang yang diam-diam berbagi kontak dengan nya. Ah, ia adalah seorang yang pendendam, jangan sampai ia keblablasan untuk berbalas dendam pada si bodoh itu.

Sedang asik mengisap kuat vape, seseorang menempelkan lakban ke wajahnya dari belakang. Lebih tepatnya melakban mulutnya yang sedang mengisap vape.

Wanita itu mengambil ponsel milik Al yang menganggur lalu mengantongkannya di saku seragam, tersenyum puas melihat Al memekik tertahan minta di lepaskan.

Irreplaceable Haleden Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang