19. Rumor

52 29 1
                                    

Sorry for typo(s)

19. Rumor

Semua orang yang berada di ruang tamu itu menatap Hale penuh pertanyaan dan waspada membuat lelaki itu memasang wajah tidak sukanya di tatap seperti itu. Jelas sekali, sampai-sampai Adam dan Yola dibuat terkejut dengan perubahan wajah Hale yang tidak seperti biasa tersenyum tengil.

Melihat Hale meminum teh yang disediakan Bunda Dara menggunakan tangan kiri membuat Yola heran, yang ada dipikiran gadis itu sekarang membuatnya bingung setengah mati namun ia terus berfikir positif mungkin saja lelaki itu sengaja menggunakan tangan kirinya.

"Jadi..." Papi Tio membuka suara setelah beberapa menit suasana ruang tamu menjadi sangat hening dan dingin. "Bagaimana Dara? Kapan menentukan tanggal pernikahannya?"

"Pernikahan?" Tanya Hale sembari menaikkan sebelah alisnya.

Mereka menoleh ke arah Hale, Adam menatap tajam, Yola dan Bunda Dara menatap khawatir, sedangkan Mommy Leya dan Papi Tio menatap penuh selidik ke arah anak itu.

"Ya," jawab Mommy.

"Begitu," Hale kemudian memasang wajah tanpa ekspresinya kembali tampak tidak peduli membuat Yola tidak percaya. Mengapa lelaki itu diam saja? Apa lelaki itu sudah tidak menyukainya?

"Hahaha, kenapa nih seorang Haleden seperti gak mau ikut campur dan pasrah? Oi Tayola mau dikawinin, lo gak takut?" Ucap Adam sembari tertawa.

Hale tetap diam menatapnya, membuat Adam terkekeh.

"Dimana seorang Haleden Asajura Saputra yang terobsesi?" Pertanyaan Adam selanjutnya membuat Hale mengerutkan dahinya, obsesi?

"Maksudnya?" Hale ikut melihat tajam ke arah Adam.

"Udah cukup, nanti kita bicarakan ini lagi." Bunda Dara melerai karena takut akan terjadi keributan di rumahnya malam-malam begini.

Papi Tio menghela nafas tenang lalu berdiri diikuti oleh Mommy berniat pamit untuk keluar dari sini, "kayanya anak bernama Al itu harus Papi cari tahu."

Ketiga remaja disana membeku mengundang seringai lebar Papi Tio. Apakah ia sangat menakuti anak-anak sampai diberi reaksi begitu?

"Bercanda, Papi sibuk akhir-akhir ini. Kalo begitu terima kasih Dara nanti kita lanjut diskusinya," ucap Papi Tio keluar rumah lebih dahulu membuat ketiga anak remaja itu bernafas lega.

Mommy Leya tersenyum mengecup kedua pipi Bunda Dara, ia yang juga menengok ke arah anaknya yang terlihat serius lalu berucap, "tunggu apalagi? Ayo pulang, gak perlu nginep-nginep."

Adam mendongak, "Adam perlu ngomong sama Yola, nanti aa' nyusul."

Mommy Leya menghela nafasnya lalu berjalan melangkahkan kakinya keluar di antar oleh Bunda. Sebelum menjauh, Adam memanggil Mommynya.

"Oh iya, jangan di kunci dulu Moms nanti Adam gak bisa masuk." Ucapannya di cueki oleh Mommy. Tidak apa yang penting Mommynya itu dengar, daripada ia tidur di luar rumah lagi.

Setelah mengantar orang tua Adam, Bunda datang lagi menatap anaknya dan Hale bergantian. Masih tidak percaya kepada anak itu dan memilih melangkahkan kakinya menuju kamar memberi ruang untuk Yola berbicara pada kedua lelaki itu.

"Hale, sebenernya lo mau apa kesini?"

Pertanyaan Tayola teruntuk Haleden itu diabaikan sejenak kemudian lelaki itu berdehem, "apa? Ketemu sama lo, hm kangen mungkin."

Jawaban Haleden terlihat sangat tidak ikhlas, Yola hanya tersenyum samar, "oh ya? Gak heran sih soalnya lo Haleden Asajura Saputra."

Hale terlihat tersenyum miring menambah kecurigaan Adam yang sedari tadi diam memperhatikan. Bocah tengil itu nampak berbeda seperti apa yang Tayola katakan di telepon, mungkin benar Hale memiliki kepribadian ganda pikir Adam.

Irreplaceable Haleden Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang