Sorry for typo(s)
13. Janji permintaan
"What the fuck, Ceffal..."
Bruk!
Seorang gadis ambruk pingsan setelah mengumpati lelaki yang merupakan mantan pacarnya tidak sengaja melesatkan bola Voli ke arahnya. Ia baru saja melewati Yola dengan satu temannya ingin duduk di bangku penonton lain melihat Leo yang sedang bertanding dengan kakak kelas.
"Poza— eerrgghh Ceffal brengsek kalo main yang bener!!" Gadis lain yang merupakan teman dari Poza mengenggeram emosi, meneriaki nama mantan pacar temannya itu.
"Waduh, Fal urusan lo sama dia ngalir terus ya?" Sambar Hale ngeri.
Ceffal bergegas berlari panik menghampiri Poza yang sudah terbaring di atas tanah, "Sorry, bener-bener gue gak sengaja. Gue bakal gendong dia ke—"
"Stop! Gak usah sok baik, biar Leo aja yang anter," potong Rasyi membuat mereka yang menonton merasa heran, termasuk Leo memiringkan kepalanya dengan wajah bingung mendengar namanya disebut.
"Hah?" Ceffal cengo yang ditertawakan oleh Haleden.
Levi menghampiri Ceffal menatap Rasyi, "kenapa kudu Leo? Udah bagus Ceffal mau tanggung jawab terus minta maaf."
Anak Cungerlos tentu merasa kesihan dengan Ceffal yang di injak-injakan terus cinta tulusnya pada Poza yang tidak punya hati satupun. Gadis itu benar-benar tidak mau membukakan pintu hatinya pada Ceffal dan hanya tertuju pada Leo, Leo, dan Leo.
"Kenapa kata lo? Karena Poza suka Leo, kenapa lagi," jawab Rasyi tangguh mendongak menatap Levi.
Levi menatap lampu sekolah yang tak jauh dari sana dengan malas, ia berharap Adam ada disini supaya adik kelasnya lebih memilih bergelayutan kepada ketua gengnya itu. Ya, Rasyi menyukai Adam.
Leo berjalan berdiri tepat di hadapan Poza yang terbaring. "Gak sudi kulit gue bersentuhan sama Mpompo, pura-pura mati kali dia." Leo menatap Poza kesal. Ingin sekali menginjak tangan yang sering menyentuh pipinya tanpa izin itu.
Mendengar Leo berkata seperti itu membuat Yola berdiri dari duduknya, "jaga omongan lo Le. Mau gimanapun dia cewek, jangan kasar."
Rasyi mengangguk menjentikkan jarinya setuju melihat kakak dari crush temannya itu membela, "jangan kasar sama calon pacar lo Le."
Leo tertawa dengan kedua tangan di pinggang, "gak Poza gak lo sama-sama ngehalu."
"Ih siapa tau kan. Daripada si Ceffal yang gak pernah cinta sama Poza, mending Leo deh yang masih jomblo. Ganteng lagi," Rasyi berucap sukses membuat Ceffal mengeratkan giginya menahan segala amarah di dalam dirinya.
"Halah halah, daripada suka sama siluman kucing pungut mending suka sama gue yang manis ini." Celetuk Hale menaikkan sebelah alisnya.
Yola yang tidak suka menghampiri lelaki itu, menginjak kaki Haleden membuat sang empu memekik, "tadi bilang apa?"
Haleden menyengir di sela-sela kakinya yang berdenyut nyeri, "posesif amat Neng Tayo, gak ada yang bisa ngalihin rasa sayang gue dari lo."
Aga lagi-lagi memandang geli Hale, "bucin tolol alias bulol lo, Hale-ngeden."
"Iri bilang," sahut Haleden.
Ceffal tanpa aba-aba lagi ia mengangkat tubuh Poza, tidak mau lagi mendengar kata-kata Rasyi yang membuat kupingnya panas. Lelaki itu membawa tubuh Poza ke uks tanpa memperdulikan teriakan Rasyi.
"Heh! Fal, gue bilang Leo aja yang gendong!!" Rasyi berteriak membuat laki-laki yang ada di sana menutup kupingnya.
•••<>•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable Haleden
Teen Fiction[vote dan komen jusseyo~ supaya aku rajin update!] "Explain! Lo itu Al kan?" Tanya nya menatap kesal lelaki itu. Hale diam sejenak kemudian menganggukkan kepalanya, "iya, gue Haleden." "jawab kalo lo itu Al!" "Tayola, gue Hal-" Takk! -- "Gimana gue...