Sorry for typo(s)
20. Awal terungkapnya
Enza menjalankan kakinya menaiki tangga menuju rooftop sesuai ucapan yang El suruh. Ketika sampai di sana sudah terlihat lelaki berambut kecoklatan itu duduk di kursi kelas yang sudah tidak dipakai sendirian tanpa Rian, sangat tumben.
"El," panggil Enza membuat wajah El yang sedang menatap pandangan luar sekolah beralih ke Enza, berdiri menghampiri lelaki itu dengan tatapan datarnya.
"Sebutin apa aja lo ucapin ke Adam dan yang lainnya," ujar El to the point.
Enza menyerngit selanjutnya tersenyum simpul, "seperti yang lo suruh, gue cuma naro kotak yang berisi parfum beserta suratnya."
Tatapan El menajam, "gue bilang, apa aja yang lo ucapin ke mereka."
"Ck! Hale bukan cinta sama Tayola tapi obsesi, sama kaya yang dibilang Rian Bobb—"
Lelaki berambut kecoklatan itu menarik kerah seragam Enza lalu mendorong lelaki yang lebih tinggi darinya itu ke tembok, "bilang yang sesungguhnya selagi gue masih sabar."
"Lo berusaha bongkar kelakuan Hale."
Bugh!
Tidak tahan dengan amarahnya, El meninju wajah Enza membuat lelaki itu tersungkur. Samanuel menendang pinggang lelaki dihadapannya lumayan keras, kesabarannya sudah habis.
"Apa?" El menarik baju Enza agar berbalik menghadapnya dengan kasar, "Bukannya lo bilang ke mereka kalo gue sama Rian ngebully lo, bukan gitu?"
Lelaki berparas lebih tampan darinya itu terkekeh, "gue hampir lupa lo punya banyak mata-mata dan bersekongkol sama perem— akh!"
El menarik rambut halus Enza secara tiba-tiba, "gue belom selesai ngomong!"
"Gue.. gak tau dan gak peduli siapa yang udah naro kotak itu di depan rumah gue, yang jelas tulisan di surat itu buat Yola," lanjut El memelankan suaranya, setelah itu ia menarik kerah baju Enza dan memekik kencang di wajahnya.
"Makanya gue suruh lo buat kasih ke Tayola. Tapi lo malah bilang, gue ngasih itu buat bikin trauma Yola kambuh!!!"
Bugh!
El kembali membogem wajah Enza yang hanya diam dan pasrah dengan seringaian miring menatap El puas. Lelaki tampan yang lebih tinggi itu membalas menendang perut El membuat pemilik rambut kecoklatan itu menjauh.
El mengerang menatap Enza penuh kekesalan, "gue.. udah peringatin, jangan ngomong macem-macem."
"Sebrengseknya gue bikin Hale kaya gini, bukan berarti gue benci bocah bego itu. Gue cuma pengen dia sadar," kata El lagi, mulai malas melihat lelaki di hadapannya.
Enza berdiri dengan lunglai, mengusap darah di pipi dan hidungnya. Hanya dengan dua bogeman dan satu tendangan dari El saja sampai membuat hidungnya mimisan dan lecet di area pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable Haleden
Teen Fiction[vote dan komen jusseyo~ supaya aku rajin update!] "Explain! Lo itu Al kan?" Tanya nya menatap kesal lelaki itu. Hale diam sejenak kemudian menganggukkan kepalanya, "iya, gue Haleden." "jawab kalo lo itu Al!" "Tayola, gue Hal-" Takk! -- "Gimana gue...