21. Perubahan

57 30 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Sorry for typo(s)

21. Perubahan

Dengan tubuh yang memang sedang demam, Tayola langsung membersihkan dirinya sehabis di interogasi oleh Bunda bersama Adam dan Leo sepulang sekolah. Setelah memakan bubur ia meminum obat yang diberi sang Bunda, kemudian gadis itu menidurkan badannya yang lemas dibantu oleh Bundanya.

Adam juga sudah pulang sedari tadi.

"Besok Bunda bakal ke sekolah," ucap Bunda yang duduk di sisi kasur membuat Yola membuka matanya yang panas.

"Enggak enggak Lala mau selesain ini sendiri," tolak halus gadis yang sedang terbaring.

"Memangnya apa si yang anak itu mau? Kenapa sebegitunya sampai muncul lagi dihadapan kamu?" Bunda membenarkan selimut anak sulungnya, "kalo masih ada Ayah mungkin dia yang bakal selidiki semua, Ayahmu gak beda jauh dari Papi Tio."

Yola menghela nafas, "Lala juga gak tau. Bun, kenapa Al sama Hale jahat?"

Bunda Dara merasakan hatinya remuk, ia tau betul bagaimana merasakan kehilangan orang yang sangat ia cintai.

"Al ataupun Hale gak jahat, Tuhan cuma mau menguji kamu sebagai hamba yang disayanginya. Tuhan tau kamu kuat," Bunda membelai rambut halus putrinya lalu mengecup dahi hangat Tayola.

"Itulah kenapa aku gak pernah mau pergi untuk berobat karena trauma. Lala terlalu percaya diri bisa ngelupain Al dalam waktu dua tahun ini, sampai pada akhirnya Hale dateng yang bahkan makin memperburuk mental Lala..." Yola berucap pelan.

Tayola menggenggam tangan Bunda yang sedang mengelus pipinya, "dua orang itu udah gila Bun, Lala gak bisa apa-apa karena Lala masih cinta sama Al. Setiap liat Hale, Lala cuma bisa pasrah sama perlakuan dia yang sama persis seperti Al."

Digosokkan tangannya yang gemetar di tangan sang Bunda, seperti memohon membuat sang Ibu terkejut melihat ekspresi putrinya.

"Jauhin Lala dari mereka Bun, mereka gak waras mereka stres. Cuma Lala yang cinta tulus disini, Al? Dia gak sayang sama Lala dia pergi ninggalin Lala duluan!" Yola memekik tertahan dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Hale, d-dia lebih sinting. Kata mereka Hale cuma terobsesi Bun! SEMUANYA GILA!!"

Bunda ikut menangis merasa sakit melihat keadaan anaknya, "Lala tenang! Bunda gak mau kamu kaya gini... maafin Bunda, ini salah Bunda maaf.. maaf.. kamu tenang sayang."

Yola melirik ponselnya di atas meja yang menampilkan notifikasi kemudian berteriak kencang dibarengi dengan isak tangis memilukan, Bunda memeluk Yola yang tiba-tiba terduduk tadi. Kedua perempuan itu menangis sejadi-jadinya di kamar si putri sulung yang sangat luas.

+62 8xxx :
Gak perlu lama-lama lagi, mungkin udah saatnya aku ambil kamu sayang :)

Di saat seperti ini mereka sangat membutuhkan seorang Ayah dan suami yang hebat disampingnya. Keluarga kecil ini sedang tidak baik-baik saja.

Irreplaceable Haleden Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang