Shaela menghembuskan nafas lega. Akad sekaligus resepsi telah selesai. Sungguh hari luar biasa. Berdiri sejak tadi, menyambut tamu dengan senyum manis ternyata sungguh melelahkan. Kaki dan badannya terasa pegal. Padahal dia hanya berdiri dan tersenyum saja.
Shaela menatap Argieno yang kini memasukkan koper mereka ke bagasi. Hari ini juga ia diajak pindah ke rumah baru mereka. Rumah yang jauh-jauh hari sudah disiapkan. Sebegitunya Argieno dalam menyambut kehidupan rumah tangga mereka.
Shalea mengamati laki-laki yang sudah resmi menjadi suaminya itu. Argieno lebih banyak diam. Sejak tadi Argieno agak aneh menurutnya. Laki-laki itu tidak terlalu menggoda dan memberikan kerlingan. Bahkan candaan yang sempat dilontarkan tiga hari sebelum akad sama sekali tak terdengar sejak tadi.
"Nanti aku panggil kamu sayang sehabis akad."
Bruk!
Bagasi yang ditutup kasar membuatnya tersentak. Kedua alisnya tertaut. Argieno kini menatapnya dingin lalu masuk ke dalam mobil setelah mengatakan kalimat dengan nada tak sehangat biasa.
"Masuk."
"Ada apa sama dia?" Shaela mengangkat sedikit bawah gaunnya yang mengembang dan panjang hingga duduk di dalam mobil. Ribet sekali. Tatapannya ia alihkan pada Argieno yang hanya diam dengan tatapan lurus ke depan.
Laki-laki itu tidak banyak bicara. Hanya melajukan mobil tanpa suara. Shaela juga tidak mau ambil pusing. Dia hanya ingin cepat sampai dan berisitirahat. Itu saja.
"Bangunkan aku kalau udah sampai." Shalea menyandarkan tubuh dan menutup matanya yang terasa berat. Tidak ada respon dari sang suami dan dia pun dalam hitungan detik sudah terlelap karena kelelahan.
BRUK!
Rasanya baru sebentar ia tertidur. Pintu yang dibanting keras membuatnya tersentak dengan tubuh tegak. Matanya yang merah akibat kantuk kini menatap sengit Argieno yang kini membuka bagasi.
Ingin memaki, pandangannya terpusat pada pemandangan dihadapannya. Tampak bagian depan sebuah rumah berwarna putih mewah. Shaela mengedarkan pandang. Mereka sudah sampai? Cepat sekali. Rasanya dia baru tertidur.
"Harusnya kalau udah sampai, bangunkan aku dengan lembut," gerutunya kemudian. Argieno tak menggubrisnya sama sekali. Menutup kembali pintu bagasi dengan keras lalu berbicara dengan seseorang satpam di sana dan kemudian masuk begitu saja ke dalam rumah.
Meninggalkanya begitu saja.
Shaela melotot. Segera keluar dan hendak memaki Argieno yang begitu aneh malam ini. Tega sekali meninggalkan dia yang baru berstatus menjadi istrinya. Baru kali ini dia melihat sikap berbeda laki-laki itu. Tapi, begitu melihat rumah mereka, bibirnya kembali terkatup rapat.
Dia sangat ingat, rumah yang ditunjukkan Argieno seminggu lalu bukan ini. Beda jauh. Rumah siapa ini. Apa Argieno mendadak ganti rumah untuk mereka?
"Permisi Nyonya, saya bawa ini masuk dulu."
Perhatiannya beralih pada seorang satpam berkumis tebal yang tampak berumur kisaran lima tahunan yang kini melewati pintu besar dihadapannya. Berdiri bimbang, ia kemudian ikut menyusul masuk.
"Taruh di sana."
Pandangannya beralih pada Argieno yang kini memegang segelas air. Menunjuk sudut ruangan dengan dagu hingga satpam tadi meletakkan dua koper besar mereka. Begitu satpam bernama Pak Setyo itu kini keluar dan kembali menutup pintu, Shaela menatap Argieno yang hanya menatapnya sekilas lalu naik menaiki tangga.
"Argieno!"
Ia menatap sinis. Apa dia punya salah? Padahal laki-laki itu begitu baik dan manis sejak tadi hingga acara selesai. Kecuali ya sejak mereka akan pulang dan hanya berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Skenario Pernikahan CEO Licik (Salah Akad) ✓
Romance"Kamu-" Argeano menatap tajam. Mata elangnya kini menatap penuh kemenangan Shaela yang kini meremas sisi gaun pengantinnya. Laki-laki berperawakan tegap dan tinggi itu kini mengikis jarak hingga Shaela tersudut dengan pucat. "Kamu bukan Argiano!" ge...