Epilog

263 18 4
                                    

Seorang wanita berhijab berumur 35 tahun itu kini menatap lama berkas di tangannya. Dokumen resmi berisi pernyatan secara hukum akan harta Argean yang diberikan kepadanya itu kembali membuat cairan bening mendesak di pelupuk mata.

Sepuluh tahun berlalu. Perasaan itu masih sama dan kerinduan kian menjadi. Berkas yang yang diberikan Argian semingu setelah kepergian Argean kini dipeluknya begitu erat. Air matanya pecah.

“Dia bilang … dia mencintaimu, sangat mencintaimu."

Tubuhnya luruh ke lantai.

“Argean bilang, tidak masalah kamu membencinya, dia akan selalu tetap mencintaimu Selamanya … bahkan jika berada di dunia berbeda.”

Sakit

Argean … jika saja aku tahu kebaikanmu. Jika saja aku tahu kebenaran ini dari awal. Aku… aku ...

Shaela terisak, Ia menutup wajahnya yang memerah, bahunya bergetar hebat. Ia tersiksa, Shaela masih tersiksa bahkan setelah 10 tahun.

Argean … aku mencintaimu, juga sangat mencintaimu.

Kembali sayang … aku rindu. Sangat merindukanmu.

“Ma …!”

Isaknya berhenti. Suara itu … Shaela menghapus air matanya. Berdiri dengan baik. Ia buru-buru menyimpan berkas itu dilaci nakas dan menoleh pada anak laki-laki berwajah dingin yang kini sudah berdiri ambang pintu.

Argean … dia anakmu. Tidak bisakah kau melihat dia, tidak bisakah kamu melihat kita? Tidak bisakah kita hidup bahagia bertiga? Kenapa sesakit ini rasanya?

Tes

Langkahnya mendekat. Shaela tersenyum kecil, menyamakan tingginya dengan sang buah hati.

Algean Kendric, putranya dan Argean yang sudah berumur 9 tahun. Sengaja ia memberikan nama anaknya persis seperti Argean. Gean bahkan banyak mewariskan sifat dan wajah dari Ayahnya.

Shaela menungkup pipi gembul itu dengan tangannya. Tatapan tajam Gean, wajah putranya yang kelewat datar dan dingin, persis seperti Argean. Bahkan nada bicaranya. Setiap melihat Gean, ia selalu merindukan sosok laki-laki yang sudah lama pergi itu.

“Mama nangis ….”

Shaela mengecup lama dahi putranya. Air matanya kian lolos.

Dia mirip denganmu Argean, dia mirip denganmu. Anak kita … kenapa kamu pergi?

“Mama nggak boleh nangis.” Usapan lembut tangan kecil itu membuatnya mengengam hangat. Shaela menghapus air matanya yang berhasil jatuh.

“Mama kangen Papa?” pertanyaan polos itu malah menarik kembali air matanya.

Shaela mengangguk. Memeluk erat putranya. “Mama selalu kangen sama Papa.”

“Kan kita mau ketemu, Papa.”

Sesak. Shaela memejamkan matanya. Digigitnya bibir bagian bawah menahan isaknya agar tidak keluar. Hari ini, tanggal menyakitkan ketika Willy menembak mereka dan Argean … pergi untuk selamanya.

***

“Papa … Papa.”

“Gean dibilang dingin sama teman Gean."

Shaela tidak mengalihkan atensinya dari sang putra yang kini berjongkok di samping kuburan Argean. Mata hazel milik Gean kini menatap lekat nisan bertuliskan “Argean Garry Kendrick.” Raut Gean berubah-ubah seiring dia bercerita panjang lebar.

“Tapi Mama bilang, Gean ganteng kayak Papa."

Shaela mengulum senyum sedih, mengusap lembut rambut putranya. Gean memang berwajah dingin tapi tampan seperti Argean, tapi sifat putranya ceria dengan orang terdekatnya, sepertinya dulu.

“Gean juga sedih, teman Gean sering dijemput Papanya. Gean nggak pernah. Mama terus yang jemput. Papa kenapa nggak hidup lagi biar bisa jemput Gean?” Raut anak kecil yang belum merasakan bagaimana punya Ayah itu kini berubah.

Usapan tangan Shaela berhenti. Hatinya tertohok. Air mata itu kembali tidak bisa dicegah. Shaela menatap sesak kuburan itu dalam tangis dalam diam.

Dia merindukanmu … dia ingin melihatmu. Dia menginginkan kehadiranmu.

“Gean pengen punya Papa.”

Shaela menggenggam erat tangannya, menahan perih yang kembali hadir. Bukan hanya dia yang terluka, tapi juga putranya. Sejak Argean meninggal, Shaela tidak ingin menikah lagi. Bahkan ketika Argian memintanya.

“Ma … Gean pengen lihat Papa.”

“Paman Argian kan mirip Papa.”

“Tapi bukan Papa.”

“Mama minta maaf Gean,” Air matanya mengalir. Secepat itu pula Gean menghapusnya. Sentuhan lembut itu terasa menghangatkan di tengah rasa sakitnya.

“Mama jangan nangis. Gean cuman bilang pengen lihat. Gean udah janji sama Papa, Mama nggak boleh nangis.” Laki-laki kecil berwajah gemul itu merajuk dan kembali menghadapi ke nisan Argean.

“Mama nangis terus Papa.  Mama nakal dibilangin. Nanti air mata Mama bisa habis.”

“Tapi nanti Gean beliin Mama ice cream biar nggak nangis lagi. Paman Argian bilang gitu.”

Shaela tersenyum kecil. Mengecup puncak kepala Gean dan mengalihkan atensinya pada nisan sang suami.

“Terima kasih sudah meninggalkan dia untukku. Aku beruntung mempunyai dia. Sekarang dia kekuatan dan alasanku bertahan. Aku akan mendidiknya jadi anak hebat. Sepertimu. Aku janji.”

“Gean bakal buat Mama senang kok Pa. Gean nggak nakal. Iya kan Ma?’

Shaela mengangguk.

“Nanti Gean kalau udah besar akan jadi kayak Papa. Kata Mama, Papa ganteng, terus Papa hebat. Rapor Gean aja merah dua."

Shaela tergelak mendengarnya. Sisa hari itu hanya dihabiskannya mendengarkan celotehan Gean kepada Ayahnya. Mengenai apapun. Hal yang dia suka dilakukan Gean jika berkunjung ke makam Argean.

Kadang ia Membayangkan bagaimana bahagianya jika Argean hidup. Kedua orang yang berharga dihidupnya ini menjadi Ayah dan anak yang begitu hangat. Gean yang dipeluk ayahnya, bercerita ke Ayahnya sebelum tidur, merengek dan … Shaela tersenyum tipis. Tidak ada gunanya membayangkan hal yang tidak akan pernah terjadi.

Setidaknya dia bersyukur. Bisa kuat setelah diterpa sejauh ini. Bisa bangkit walaupun rasanya dulu ia tidak bisa lagi melanjutkan hidup. Dulu dia mengira, dia tidak akan bisa melangkah lagi. Dia tidak akan mampu berdiri lagi. Tapi Tuhan selalu punya cara untuknya Kuat.

Algean kendrick adalah alasannya.

Aku sudah mengikhlaskanmu, walau rinduku kian membuatku tercekik.”

“Aku akan bertahan untuk putra kita.”

“Argean … aku akan tetap mencintaimu. Terima kasih telah hadir dihidupku. Kamu akan selalu ada di hatiku. Selamanya. Walau … dunia kita berbeda."

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Skenario Pernikahan CEO Licik (Salah Akad) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang