[10] Gelanjar Aneh

3.2K 353 25
                                    

Sedihnya tak perlu diumbar, masalahnya tak perlu diceritakan. Pelik hidupnya hingga rasanya ia ingin mati tak perlu diketahui orang

Skenario Pernikahan CEO Licik

***

Gara-gara tak dikasih makan, Shaela kelaparan hingga siang. Untuk mengisi perutnya, ia hanya bisa meminum kopi buatan OB. Belum lagi sejak tadi, Argeano seolah sengaja menyibukkannya dengan meminta membawakan ini itu dan mengerjakan laporan dalam waktu dua jam. Argean sungguh gila. Benar-benar gila!

Tin!

“Sha!”

Sebuah mobil putih yang kini berhenti di depan lobi kantor, membuat perhatiannya beralih. Itu Windia. Siang ini mereka janji ketemuan untuk makan bareng di Resto langganan. Kebetulan sang sahabat menawarkan akan menjemput.

“Ngebut Win. Gue laper.” Shaela memakai sabuk pengamannya.

“Iya Nyonya.”

“Shaela,’ koreksinya tak suka. Windia tertawa kecil.

“Apa kabar suami lo?”

“Mana gue tahu.”

“Lah, berantem kalian?”

Shaela menoleh. “Ngapain sih lo bahas Argean?”

“Ini cemburu atau sensi sih.”

“Udah, jalan aja deh Win. Sumpah gue dari pagi nggak makan.”

Windia mencibir. Membawa mobilnya menjauh dari gedung menjulang itu. “Ya udah pasti berantem, lo ngambek ya sama suami lo?”

“Nggak!” Ini kenapa Windia jadi bahas Argean sih? Padahal moodnya sedang buruk dengan laki-laki itu.

“Sensian banget. Jangan-jangan lo lagi hamil?”

“What?” Kepalanya berputar cepat dengan mata melotot. “Yang benar aja. Jangan ngadi-ngadi.” Membayangkannya saja Shaela geli. Ia tidak sudi disentuh oleh CEO gila itu. Apalagi sampai punya anak dari Argeano. Itu tidak akan terjadi.

“Hal lumrah bukan dalam pernikahan.”

“Lo nggak ada topik lain gitu Win?” jenggahnya.

Windia tampak kesal. Hanya beberapa detik hingga raut wajah Windia berubah penasaran. “Btw, lo nggak cinta lagi sama Argian? Gue masih penasaran lo kok nikahnya sama Argean.”

Shaela mengembuskan nafas dan menyandarkan tubuhnya. “Lo nggak pernah nebak apa yang terjadi sama kehidupan lo detik berikutnya. Memang benar kalau kita cuman bisa berencana.”

Melihat tatapan kosong Shaela membuat Windia terdiam sejenak dan berujar nyaris pelan. “Lo sama Argean baik-baik aja, kan? Kalian bahagia kan? Lo nggak terpaksa kan?” tanyanya bertubi-tubi.

Shaela menoleh, menatap kilatan khawatir itu. “Baik-baik aja,” bohongnya.

“Lo sensian gue bahas Argean karena lagi berantem kecil aja kan?”

“Hmm?”

“Mata lo kelihatan nggak bahagia, Sha.”

Shaela tercekat. “Gue cuman ingat bokap nyokap gue yang udah meninggal aja kok.” Lagi, Shaela berbohong. Mungkin selama hidupnya, Shaela sudah terlalu banyak berbohong. Untuk menutupi luka dan betapa pedih hidupnya.

Bagi Shaela. Sedihnya tak perlu diumbar, masalahnya tak perlu diceritakan. Pelik hidupnya hingga rasanya ia ingin mati tak perlu diketahui orang. Cukup orang lain melihat sisi tawa, bahagia dan kehidupan enaknya aja. Selebihnya hanya dirinya yang tahu apa sebenarnya yang dia rasa. Hanya itu.

Skenario Pernikahan CEO Licik (Salah Akad) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang