“SHAELA!"
Netra seorang laki-laki berjas hitam melebar melihat wanita yang dicintainya telah terjun bebas ke sungai. Dadanya tercekat. dilepaskannya jas, ikut naik dan meloncat bebas ke bawah.
Argiano, laki-laki itu menarik Shaela yang nyaris tengelam ke dasar dan hampir hanyut. Arus sungai di saat hujan membuatnya susah, Dengan sekuat tenaga Argian membawa Shaela menepi.
“Shaela!”
Air matanya jatuh bersamaan dengan air hujan kembali mengguyur. Argian mendekap kedua pipi Sahela, memohon wanita yang sudah tak sadarkan diri itu untuk bangun. “Shaela, aku mohon. Bangun."
“Shaela!” Argian menangis, membawa Shaela ke dalam pelukannya.
***
Tetesan air masih jatuh dari bajunya yang basah. Pun dengan rambutnya. Argian menggenggam kedua tangannya gelisah, mata yang memerah itu kini menatap tidak sabar pintu bercat putih di sampingnya.
Jika saja dia lebih cepat menemukan Shaela.Argian mengembuskan nafas berat, Ia menyandarkan tubuhnya ke dinding. Tidak peduli tatapan heran orang-orang.
“Ar.” Tepukan pelan di bahu membuatnya menoleh. Windia, yang tadi menemaninya ke pemakaman Oma Shaela dan memanggil ambulance untuk Shaela kini menyodorkan paper bag berisi pakaian.
“Baju kamu basah. Ganti dulu.” Wanita yang sudah menjadi sahabat dekat Shaela sejak tamat kuliah itu juga tak kalah terpukul begitu tahu Shaela terjun ke sungai. Ia mengembuskan nafas begitu Argean menggeleng.
“Kamu juga bisa sakit. Aku yang akan nungguin Dokter keluar. Ganti baju cuman sebentar.”
“Andai aku lebih cepat.” Argian tidak bisa menahan sesuatu yang terasa mencekik.
“Shaela pasti nggak apa-apa. Ar kamu harus pikirkan hal baik.”
“Bagaimana jika Shaela-“
“Kamu mau itu?”
Argian menggeleng. Mengusap wajahnya frustasi dan berlalu membawa pakaian yang dibawa kan Windia. “Titip Shaela,” lirihnya pelan. Windia mengangguk, duduk di kursi yang tersedia dan menghela nafas.
***
“Shaela, Oma mohon Shaela harus kuat.”
“Oma …”
Perempuan yang tengah diinfus itu kini menggeleng gelisah dengan mata terpejam. Dahi kanannya kini diperban karena terluka. Sedang Argiano yang menunggui sejak tadi menatap cemas Shaela dan mendekat.
“Shaela …”.
“OMA!”
Matanya terbelalak. Shaela terdiam dengan bibir bergetar menyebut Oma begitu melihat langit-langit putih di depannya. Air matanya menetes mengetahui baru saja dia bermimpi.
“Sha?”
Kepalanya menoleh, mendapati sosok laki-laki di sampingnya membuatnya terduduk marah. “Kamu siapa? Argeano?”
“Aku Argian.”
Barulah amarah itu memudar.
Shaela Tersenyum kecut, ia memeluk kedua lututnya terisak. “Oma meninggal Ar. Oma pergi, Oma ninggalin aku.”Tatapan Argian sendu melihat kehancuran wanita dihadapannya. “Sha … aku tahu kamu kuat.”
“Aku hancur. Aku hancur Ar. Sakit.”
Argian mendudukkan diri di tepi Brankar, menatap wajah pucat yang kini tak hentinya menangis itu. Tangannya nyaris ingin merengkuh tubuh Shaela, namun urung teringat Shaela adalah istri dari saudaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Skenario Pernikahan CEO Licik (Salah Akad) ✓
Romance"Kamu-" Argeano menatap tajam. Mata elangnya kini menatap penuh kemenangan Shaela yang kini meremas sisi gaun pengantinnya. Laki-laki berperawakan tegap dan tinggi itu kini mengikis jarak hingga Shaela tersudut dengan pucat. "Kamu bukan Argiano!" ge...