Plak!
Shaela mendaratkan tas dengan kasar di atas meja kerjanya. Wajah cantik itu tampak kesal dengan dahi berkerut. Dia menghela nafas panjang lalu mendudukkan dirinya kursi. Baru pagi, ia sudah mumet.
"Napa lo, Sha?" Windia berjalan ke mejanya dengan secangkir teh panas. Ia hanya bergumam malas lalu meletakkan kepalanya di atas meja.
"Perasaan baru nikah kemarin elah. Kayak orang frustasi banget sih lo." Wanita bernama panjang Windia Faradia Indah itu kini ikut mengerutkan dahinya.
Itulah yang dia pusingkan. Baru nikah kemarin, hidupnya secepat kilat langsung menyebalkan kembali. Bagaimana tidak.
Pertama, ia bangun telat dan nggak dibangunkan. Kedua, ketika telat dan begitu lapar. Tidak ada makanan apapun. Bahkan kulkas masih bersih. Ketiga, Argeano. Laki-laki brengsek itu malah duluan pergi dan keempat, jadilah dia terpaksa naik taksi ke kantor.
Benar, apa yang dia harapkan dari Argeano yang mendadak jadi suaminya. Laki-laki licik itu sudah dari awal mengatakan menghancurkan hidupnya.
Argeano belum bicara apa-apa setelah kemarin sore. Keberadaannya saja dianggap tidak ada. Tatapan laki-laki itu begitu dingin dan Shaela kian kesal akan rencananya yang gagal.
"Lagian harusnya lo masih cuti. Tepatnya ngapain kerja sih Nyonya Argeano?"
Shaela menegakkan kepalanya. Menatap lekat Windia. Benar juga. Ngapain dia masih ke kantor? Namun ... Shaela menjatuhkan lagi kepalanya.
Jangan mengharapkan apapun. Karena Argeano bukan Argieno yang akan memberlakukan bak tuan putri.
Shaela gak kerja? Huh nggak makan dia.
"Tapi gue heran. Lo dekat sama Argieno. Di undangan nama Argieno. Kenapa malah nikah sama kembarannya? Argeano?"
"Lo tahu Argieno punya kembaran?"
"Shaela, siapa yang nggak tahu sih. Dua CEO itu masing-masing memimpin dua perusahaan Andrea Arta Group. Argieno perusahaan ini. Argeano di jalan Sudirman."
"What? Sudirman?" Ia sontak menegakkan punggungnya.
"Gimana sih lo. Nikah sama CEO-nya. Ini aja nggak tahu." Windia yang ingin menyeruput tehnya, meletakkan kembali cangkir itu dengan dua alis tertaut.
Dia aja baru tahu ini. Dia juga tahu Adrean Atra Group punya dua perusahaan. Satu lagi di Sudirman. Di google bahkan sudah ada. Shaela tidak sekudet itu. Bahkan Perusahaan yang saat ini ia tempati adalah bekas perusahaan keluarganya yang diambil alih. Tapi yang dia kesalkan, kenapa dia baru tahu jika perusahaan satu lagi dipimpin oleh kembaran Argieno.
"Eh, tapi pertanyaan gue tadi." Windia melirik sekitar sejenak. Mencondongkan badan, berbisik. "Gimana ceritanya nikah sama Argeano?"
Shaela menutup matanya, beralih menyandarkan tubuh.
"Setahu gue Argeano paling kejam daripada Argieno. Lo gak tahu. Argeano itu nggak segan pecat karyawan yang nggak banget menurut dia. Apalagi karyawan yang nggak ningkat prestasinya di kantor. Habis itu tatapan dia itu loh. Tapi dia jago banget soal bisnis. Buktinya ajak PT Ardean Atra makin jaya. Banyak pihak asing yang berinvestasi. Laba perusahaan tiap tahun juga nggak main-main."
"Argieno juga sih. Tapi menurut gue lebih baik Argieno. Baik banget. Atau jangan-jangan-" Windia terbelalak. Mencengkram bahu Shaela panik. "Lo selingkuh ya Sha sama Argeano?"
Matanya terbuka dengan pelototan kesal. "Mulut lo ya!" hardiknya memukul lengan perempuan berambut sebahu didepannya itu. "Gila kali."
"Ya terus. Argieno juga mana? CEO yang sempat bikin patah hati kaum hawa karena mau nikah sama lo itu belum datang. Telat dari biasa. Ooh atau patah hati."
KAMU SEDANG MEMBACA
Skenario Pernikahan CEO Licik (Salah Akad) ✓
Romansa"Kamu-" Argeano menatap tajam. Mata elangnya kini menatap penuh kemenangan Shaela yang kini meremas sisi gaun pengantinnya. Laki-laki berperawakan tegap dan tinggi itu kini mengikis jarak hingga Shaela tersudut dengan pucat. "Kamu bukan Argiano!" ge...