[25] Getaran Hangat

3.7K 425 183
                                    

Sebenarnya mau Double Update. Tapi banyak yang bacanya loncat. Jauh banget views- nya:(
Jadi, gantinya kalau part ini tembus lebih 150 komentar bsk aku update lagi ya😂

Happy Reading

***

Kadang kesakitan di awal kita kira adalah sebuah keburukan, padahal rasa sakit di awal kadang kala adalah pembuka kebaikan bagi hal yang tidak terduga. Mungkin seperti yang dialami Shaela.

Argeano ... sedikit berubah. Entahlah lebih ke laki-laki itu tidak membentak, kasar, memerintah namun ucapan laki-laki itu yang Shaela dengar saat ini membuatnya bingung harus heran atau bahagia.

"Karena kau membantu membuat namaku bersih, aku akan baik pada kau selama dua minggu. Ingat hanya dua minggu. Kau tidak perlu masak, bersihkan rumah dan segala lainnya. Ada pembantu dua minggu ini. Tapi kau tetap melayaniku, membuatkan kopi dan menyiapkan pakaian."

"Kau akan aku kasih uang untuk apapun yang kau mau. Aku tidak akan memukul. Tapi kau tetap tidak bekerja. Kau boleh ke manapun tapi di bawah pengawasan mata-mata."

"Terakhir," Argean menyipit "Perjanjian di awal tetap adanya. Selesai, itu saja. Sekarang siapkan saya air panas untuk mandi."

Argean melangkah ke kamarnya. Dibalik alasan lain karena Shaela mau saja membantunya, dilubuk hati terdalamnya ada perasaan bersalah melihat seminggu ini Shaela berperilaku seperti itu.

Shaela tercengang, menantap punggung Argean yang menjauh. Sekali lagi Shaela harus bahagia atau heran. Apa kejadian kemarin membuat Argean sedikit insyaf atau doanya dalam rintih malam itu terkabul?

Tuhan ... Shaela capek. Sekali saja, sebentar saja. Tolong kasih Shaela bahagia. Hanya itu Tuhan. Itu saja ...

Reflesk Shaela meloncat girang dengan senyum senang. Sesaat kemudian ia kembali diam dengan tatapan kosong. Ia menghela nafas berat, Ia takut akan satu hal. Bagaimana jika nanti ia sampai hamil?

Lagi Shaela menghela nafas berat, menantap kamar Argean di atas, lalu melangkah lamban ke sana. Ia masuk dan langsung ke kamar mandi milik laki-laki itu. Argean tengah sibuk di depan laptopnya.

Selesai menyiapkan air panas, Shaela melangkah keluar dan melihat Argean di atas kasurnya masih fokus pada laptop. Tanpa banyak bicara, ia melangkah menuju lemari pakaian Argean dan menyiapkannya di atas kasur.

Matanya kembali melirik Argean.

"Buatkan kopi dan taruh di nakas."

Shaela terkejut dan buru-buru kembali sibuk dengan baju Argean. Ia hanya mengatakan iya sekadarnya dan berbalik keluar kamar.

"Satu lagi."

Langkahnya terhenti. Tubuhnya berbalik badan melihat Argean yang tak menoleh sedikit pun dengan dua alis tertaut heran.

"Saya akan mengizinkan kau tidur di kamar saya dua minggu."

Shaela bergeming, dadanya berdebar tanpa diminta.

"Hanya dua minggu."

Shaela mengerjap lalu tersadar. "Nggak, makasih," tolaknya bertolak belakang.

"Ya sudah, saya tidak akan datang jika lampu padam kalau Hujan petir. Saya tidak akan berbaik hati seperti waktu itu. Kau sudah tahu info cuaca bulan ini."

"Iya, aku mau," decaknya. Bagaimana pun Shaela tidak mau mati duluan karena fobianya. Lagian di musim hujan petir seperti ini, dia biasanya tidur dengan Oma. Shaela kemudian berbalik badan ke bawah. Tanpa Shaela sadari Argean tersenyum kecil.

Skenario Pernikahan CEO Licik (Salah Akad) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang