[41] Aku Juga Mencintaimu

236 16 4
                                    

“Bodoh Shaela, kau menyukai suami yang berkhianat itu? Laki-laki kasar seperti Argean?” Willy tertawa. Menekan pisau itu membuat Shaela menjerit karena pipinya tergores. “Ayolah bagi dia kamu babu. Dia menyiksamu.”

Air matanya lolos, membuat perih luka di pipinya.

“Sakit?”

“Aku mohon jangan lakukan ini.”

“Padahal aku berniat yang lebih sakit pada ini.” Willy menyeringai.

Shaela menangis dalam diam. Detak jantungnya kian kencang, Ia takut, sangat takut. Willy begitu mengerikan, bahkan lebih mengerikan dari Argean.

“Hah,” desahnya. Willy kini menarik pisaunya, menyentuh lembut luka Shaela. Tak mempedulikan rintihan itu. “Sayang sekali kau terpaksa dikorbankan.”

“Willy …”

“Suara memohonmu terdengar menggoda Shaela.”

Kepalanya menggeleng.

“Argean panik begitu tahu aku berencana melakukan sesuatu padamu.”

“Argean?” lirihnya tercekat di antara tangis. Willy mengangguk. “Di mana Argean?”

“Shaela … bukannya kamu yang ingin jauh darinya? Kenapa menanyakannya?”

“WILLY KAMU TIDAK BISA MELAKUKAN INI!” teriaknya marah. “Aaghh sakit.” Willy menekan lukanya, Shaela memberontak.

“Shh jangan ribut.”

“Apa yang akan kamu lakukan?” tanyanya terisak.

“Aku kasih clue dulu. Bagaimana jika aku merusakmu dulu, lalu membunuhmu? Argean pasti akan hancur. Aku jadi tidak sabar.”

Shaela mematung. “NGGAK! KAMU NGGAK AKAN BISA MELAKUKAN ITU WILL!” teriaknya penuh amarah.

“Ayolah Shaela sayang, Di ini gelap, hanya kita berdua. Aku bisa melakukannya.”

“AKU AKAN MEMBUNUHMU!”

“Membunuhku?”

Bibirnya terkatup begitu Willy membelai lembut rambutnya. Matanya memerah. Willy mendekat, memangkas jarak. Shaela memejamkan matanya takut.

“Kau yang akan kubunuh Shaela.”

Matanya terbuka. Sorotnya dan Willy berselobok. Tatapan willy penuh amarah dan dendam.

“Apa salahku, Will?”

“Salahmu?”

“Hmm .. mungkin karena kau ada di hidup Argean?”

“Aku tahu kamu baik, Will aku mohon.”

Terdengar ketukan sepatu Willy dengan lantai. Laki-laki itu kini menilik jam di tangannya yang sudah menunjukkan pukul Sembilan malam. “Waktuku tidak banyak. Kita mulai sayang?”

Deg!

“NGGAK WILL! AKU NGGAK MAU!”

“Afhhmmmm.” Mulutnya kembali diperban. Air matanya tiada henti menerobos. Willy kini menyeringai. Shaela memberontak begitu tangan Willy kini berada di buah bajunya. Ia mengeram marah, namun tidak membuat Willy menghentikannya niat jahatnya sedikitpun.

“Aku sudah tergoda dengan tubuhmu. Sudah lama juga kuinginkan.”

“Afhhmmm.”

“Tenang sayang, aku tahu kamu juga sudah tidak sabar.”

“Afhhmm.” Shaela menangis, isaknya teredam lakban. Matanya terpejam rapat. Tubuhnya gemetar takut.

Allah

Skenario Pernikahan CEO Licik (Salah Akad) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang