Hayolo yang kaget tiba-tiba Update 🤣
***
"Aku malu," Shaela meletakkan mukena putih di sampingnya, wajahnya terlihat jengkel. Ia menatap Argian yang duduk dihadapannya masih lengkap dengan pakaian sholatnya. Laki-laki itu baru saja selesai membimbing Shaela sholat subuh.
"Hm? Kenapa?"
"Kelihatan banget nggak pernah sholatnya. Tiga jam, aku baru berhasil, itu pun lihat ponsel. Untung aku pernah ikutin MDA karena Oma Maksa, seengaknya aku paham cara baca Al-Quran."
Tentu saja dumelan itu membuat Argian terkekeh. Pertama, setelah beberapa jam dingin dan marah, kini Shaela kembali seperti yang ia kenal dan wanita itu kini tampak menggemaskan dengan wajah cemberut.
"Aku tahu, nggak perlu ketawain aku seperti itu."
"Bukan ketawain kamu, kamu itu menggemaskan."
"Menggemaskan dari mana sih, malu-maluin tahu udah 24 tahun hidup, sholat baru satu kali," cerocosnya kemudian terdiam, sadar dengan 24 tahun tanpa sholat yang ia lakukan.
Dua alis Argian tertaut heran melihat perubahan ekspresi itu. "Kenapa?"
"Oma udah lama nyuruh aku sholat." Shaela menatap dua manik yang mirip punya Argean itu. "Tapi aku nggak mau," lirihnya membuang muka, menghindari Argian melihat air matanya yang kembali mengenang begitu mengingat Oma. "Selalu ada alasan dan alihin pembicaraan."
"Bagi aku ... Tuhan nggak adil Ar. Aku kecewa, makanya nggak sholat. Allah jahat hidup aku gini. Miskin, tanpa orang tua, hidup penuh fitnah, dan sekarang." Shaela menelan salivanya susah payah. Ia mengambil nafas sebelum tersenyum miris pada Argian yang menatap bersalah.
"Shaela ... maaf."
"Nggak perlu minta maaf," katanya membuat Argian yang tertunduk mendongak. Shaela tersenyum tipis. Menatap lekat dua manik dihadapannya.
"Kamu ... nggak salah. Kamu beda dari mereka. Kamu baik Ar. Kamu tulus, padahal aku seperti ini."
"Sha-"
"Lupain aja soal permintaanku semalam. Aku nggak akan dendam lagi sama keluarga kalian. Semalam aku masih belum terima dengan semuanya, termasuk kabar kematian Oma. Aku berusaha lupaian itu Ar."
"Sha,"
Air matanya luruh. "Aku nggak tahu perasaan apa yang sekarang aku rasakan. Rasanya capek dengan semua ini, benar ya kata Oma dendam nggak akan berakhir baik. Pada akhirnya aku yang kembali merasa sakit." Shaela terkekeh, menghapus kasar air matanya. Ia mendongak, mengibaskan tangan di depan mata.
"Huh Shaela cenggeng. Nggak boleh nangis. Kamu bisa."
"Kamu berhak nangis Sha."
Kibasannya berhenti. Ai mata itu kembali jatuh menatap tatapan Argian yang selalu sama sejak awal, teduh dan penuh perhatian. Tatapan yang selalu tulus, tanpa kebencian dan api kemarahan.
"Aku menyedihkan ya?" cicitnya.
"Sama sekali nggak." Argian tersenyum, mengurangi sesak yang menjalar di hati Shaela. "Kamu perempuan, lebih perasa. Sudah sewajarnya menangis. Sekuat apapun kamu, seberapa keras kamu menahan, air mata itu yang kamu butuhkan untuk menghilangkan rasa sakitnya."
"Shaela, aku akan tetap kasih 50% harta untukmu walaupun kamu membatalkannya. Aku mohon kamu bahagia. Kamu harus bahagia." Dan air matanya lolos dengan isak tergugu. Argian berhasil membuatnya menunjukkan sisi asli dirinya dihadapan orang lain.
***
Tidak bohong hatinya lebih lega setelah sholat dan menangis. Kini segelas cokelat panas sudah berada dihadapannya. Argian paling tahu kesukaannya satu ini. Laki-laki yang sudah rapi dengan setelan jas hitam itu kini Tersenyum, ikut menarik kursi dihadapan Shaela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Skenario Pernikahan CEO Licik (Salah Akad) ✓
Romansa"Kamu-" Argeano menatap tajam. Mata elangnya kini menatap penuh kemenangan Shaela yang kini meremas sisi gaun pengantinnya. Laki-laki berperawakan tegap dan tinggi itu kini mengikis jarak hingga Shaela tersudut dengan pucat. "Kamu bukan Argiano!" ge...